Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Lainnya - irero

Blogger yang sedang mencari celah waktu untuk membaca buku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Hitam Putih di "Jatuh Cinta Seperti di Film-Film"

19 Desember 2023   08:51 Diperbarui: 20 Desember 2023   13:51 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sama halnya dengan karakter Pak Yoram dalam film Jatuh Cinta Seperti di Film Film yang sempat pesimis, saya pun berpikir, bisakah film dengan visual hitam putih dihadirkan di tengah suguhan dunia digital yang penuh warna seperti sekarang? Sebagai tambahan informasi, karakter Pak Yoram di film Jesedef (singkatan penyebutan untuk Jatuh Cinta Seperti di Film-Film) ceritanya adalah seorang produser film.

Faktanya ternyata tak cuma saya dan Pak Yoram saja yang awalnya meragukan soal visual hitam putih, Ernest Prakarsa sebagai produser film Jesedef pun sempat ragu. Bagaimana cara jualannya dan apakah dengan cerita yang menarik bisa menembus barier mengenai stigma film hitam putih? Ungkapnya dalam bincang ringan di Hype Talk, kompas.com.

Film Jesedef 80%nya memang menampilkan visualisasi dalam format hitam putih. Suatu hal yang sedikit riskan dan jarang ditemukan dalam perfileman Indonesia. Satu - satunya film bervisual hitam putih di Indonesia yang saya tahu adalah film "Siti" yang dirilis tahun 2014 dan disutradarai oleh Eddie Cahyono.

"Ini serius tampilannya bakal hitam putih terus?" tanyaku kepada kawan di sebelah setelah satu jam film berjalan dan belum ada tanda-tanda warnanya akan dipulihkan.

Ternyata setelah diikuti hingga akhir, format hitam putih tersebut adalah bagian dari story telling yang bertujuan untuk memudahkan penonton membedakan mana adegan dalam script dan mana yang bukan.

Sebagai tambahan informasi lagi, Jesedef memang berkonsep film di dalam film. Film ini bercerita mengenai seorang penulis script film bernama Bagus yang tengah memperjuangkan script buatannya untuk difilmkan. Karena bercerita mengenai seorang penulis film, bisa dibilang film ini cukup personal.

Yandi Laurens selaku sutradara dan penulis pun memiliki alasan tersendiri terkait visualisasi hitam putih yang ia pilih. Ia mengintepretasikan kedukaan dalam warna hitam dan putih. Hal itu bermula ketika ia harus kehilangan ayah dan kakak perempuannya dalam jarak waktu yang cukup dekat. Yandi melihat dunia ibunya seolah hitam putih pasca rentetan peristiwa yang terjadi.

Sebetulnya kehadiran film berwarna hitam putih di era modern ini bukan pertama kalinya. Sudah ada beberapa film internasional yang sengaja dibuat dengan visual hitam dan putih. Salah tau contohnya adalah film asal Polandia berjudul "Ida" (2013) yang disutradarai oleh Pawel Pawlikowski. Film ini berlatar belakang suasana dan kondisi Polandia pada tahun 1962. Format hitam putih sendiri dipilih untuk menonjolkan setting tahun 1962 agar terasa lebih nyata.

Tidak menjadikannya buruk, film Ida justru menerima banyak penghargaan seperti Academy awards untuk Best foreign Language Film (2015), European Film Academy kategori Best Film (2014), British Academy of  Film and Television Arts kategori Best Film Not in The English Language (2016) dan lain sebagainya.

Alasan berbeda digunakan oleh film asal America Serikat "Phsyco" yang dibuat tahun 1960 di mana pada masa itu publik dinilai belum siap melihat adegan penuh lumuran darah. Film Phsyco sendiri bercerita mengenai  seorang psikopat yang diadaptasi dari novel "phsyco" karya Robert Bloch.

Karena dibuat dalam hitam putih, penonton pun tak tahu jika darah dalam film tersebut sebenarnya adalah sirup cokelat. Dengan kata lain, visual hitam putih juga bermanfaat jika dikaitkan untuk alasan trik dan teknik produksi.

Untuk kategori film berdarah, visual hitam putih dalam film Phsyco nyatanya cukup menguntungkan. Hal ini berbeda dengan film Jesedef yang malah justru dinilai merumitkan. Menurut Ernest, team artistik justru kewalahan ketika harus memadu padankan pakaian para pemain agar tidak kontras.

Alfred Hitchcock selaku sutradara Phsyco tika menampik bahwa pembuatan film hitam putih bisa memangkas budget. Sebaliknya Ernest mengaku pemilihan visual hitam putih dalam Jesedef tidak ada pengaruh sama sekali kepada penghematan budget dengan kata lain jumlah dana yang digelontorkan sama saja.

Meski hitam dan putih, nyatanya film Phsyco disambut baik oleh kalangan pecinta film dan menuai pujian sebagai seni sinematik oleh para kritikus internasional. Phsyco bahkan disebut-sebut sebagai salah satu film terbaiknya sang sutradara, Hitchcock.

Banyak alasan lain di balik keputusan pembuatan film bervisual hitam putih, salah satunya memberi efek dramatis. Alasan lain adalah agar penonton lebih berfokus pada cerita serta aspek-aspek lain ketimbang visualisasi yang mewah dan berwarna. Selain itu film hitam putih dianggap mampu menumbuhkan emosi tertentu serta senjata untuk menghindari sensor.

Memang dari sisi marketing akan terdengar cukup mengkhawatirkan tapi nyatanya dari sekian banyak film hitam putih yang tampil di era modern, hampir semuanya diterima baik oleh masyarakat dan dunia perfilman.

Film independen "Siti" misalnya, berhasil meraup berbagai penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri. Penghargaan dalam negeri yang berhasil diraih di antaranya menang ketegori film, penulis skenario serta penata musik terbaik di Film festival Indonesia 2015,  Film Fiksi Terpanjang Terbaik dan Poster Film Terbaik di Apresiasi Film Indonesia 2015, dan lain-lain.

Untuk kategori luar negeri sendiri film Siti berhasil menang di Singapore International Film Festival (2014) kategori Best Performance for Silver Screen Award, Asian New Talent Award Shanghai International Film Festival 2015 kategori best scriptwriter dan masih banyak lagi.

Bukan tidak mungkin film Jatuh Cinta Seperti di Film Film nantinya juga akan menyabet banyak penghargaan. Hal ini tercium dari banyaknya komentar positif baik dari masyarakat maupun selebritis pasca menontonnya.

Di luar premis tentang film yang diangkat, kepiawaian serta chemistry para aktor dan aktrisnya, sinematik yang memukau serta soundtrack yang memberikan kontribusi emosi, film Jesedef berani memberikan nuansa baru di dunia perfilman Indonesia melalui warna hitam putihnya.  Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun