Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Blogger - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Hitam Putih di "Jatuh Cinta Seperti di Film-Film"

19 Desember 2023   08:51 Diperbarui: 20 Desember 2023   13:51 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena dibuat dalam hitam putih, penonton pun tak tahu jika darah dalam film tersebut sebenarnya adalah sirup cokelat. Dengan kata lain, visual hitam putih juga bermanfaat jika dikaitkan untuk alasan trik dan teknik produksi.

Untuk kategori film berdarah, visual hitam putih dalam film Phsyco nyatanya cukup menguntungkan. Hal ini berbeda dengan film Jesedef yang malah justru dinilai merumitkan. Menurut Ernest, team artistik justru kewalahan ketika harus memadu padankan pakaian para pemain agar tidak kontras.

Alfred Hitchcock selaku sutradara Phsyco tika menampik bahwa pembuatan film hitam putih bisa memangkas budget. Sebaliknya Ernest mengaku pemilihan visual hitam putih dalam Jesedef tidak ada pengaruh sama sekali kepada penghematan budget dengan kata lain jumlah dana yang digelontorkan sama saja.

Meski hitam dan putih, nyatanya film Phsyco disambut baik oleh kalangan pecinta film dan menuai pujian sebagai seni sinematik oleh para kritikus internasional. Phsyco bahkan disebut-sebut sebagai salah satu film terbaiknya sang sutradara, Hitchcock.

Banyak alasan lain di balik keputusan pembuatan film bervisual hitam putih, salah satunya memberi efek dramatis. Alasan lain adalah agar penonton lebih berfokus pada cerita serta aspek-aspek lain ketimbang visualisasi yang mewah dan berwarna. Selain itu film hitam putih dianggap mampu menumbuhkan emosi tertentu serta senjata untuk menghindari sensor.

Memang dari sisi marketing akan terdengar cukup mengkhawatirkan tapi nyatanya dari sekian banyak film hitam putih yang tampil di era modern, hampir semuanya diterima baik oleh masyarakat dan dunia perfilman.

Film independen "Siti" misalnya, berhasil meraup berbagai penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri. Penghargaan dalam negeri yang berhasil diraih di antaranya menang ketegori film, penulis skenario serta penata musik terbaik di Film festival Indonesia 2015,  Film Fiksi Terpanjang Terbaik dan Poster Film Terbaik di Apresiasi Film Indonesia 2015, dan lain-lain.

Untuk kategori luar negeri sendiri film Siti berhasil menang di Singapore International Film Festival (2014) kategori Best Performance for Silver Screen Award, Asian New Talent Award Shanghai International Film Festival 2015 kategori best scriptwriter dan masih banyak lagi.

Bukan tidak mungkin film Jatuh Cinta Seperti di Film Film nantinya juga akan menyabet banyak penghargaan. Hal ini tercium dari banyaknya komentar positif baik dari masyarakat maupun selebritis pasca menontonnya.

Di luar premis tentang film yang diangkat, kepiawaian serta chemistry para aktor dan aktrisnya, sinematik yang memukau serta soundtrack yang memberikan kontribusi emosi, film Jesedef berani memberikan nuansa baru di dunia perfilman Indonesia melalui warna hitam putihnya.  Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun