Anak sekecil itu mengajari kita semua arti pengorbanan, bahwa hidup haruslah bermakna dan bermanfaat untuk orang lain. Â Anak sekecil itu telah menampar kita semua orang dewasa yang selama ini masih saja memikirkan tentang diri sendiri. Ia mengajari kita bahwa hidup tidak melulu soal diri sendiri.
Fauzi juga mengingatkan saya dulu sewaktu masih duduk dibangku sekolah. Banyak sekali momen indah bersama teman-teman. Kala itu kami mudah saja untuk berbagi. Punya permen dibagi, punya mainan saling meminjami, ringan tangan dan selalu ada untuk teman-teman.
Pertemanan seorang anak kecil lebih tulus, mereka tidak berpikir status sosial dari teman-temannya, yang mereka tahu adalah mereka melalui hari dan mendapat PR yang sama.
Berbeda hal setelah dewasa, kita mulai itung-itungan, berteman pun mulai pilih-pilih. Si ini tidak selevel, si itu bukan kelasku dan lain-lain.
Kita mulai berkumpul dengan orang-orang selevel pendapatan dan selevel pekerjaan. Kita mulai overprotected terhadap harta-harta kita dan menaruh curiga kepada orang-orang yang mendekat.
Kita mulai takut dikategorikan ke dalam kelompok orang-orang yang tidak sukses alias gagal. Kita mulai membentengi diri, mencari harta sebanyak-banyaknya dan lupa akan salah satu tujuan sederhana hidup yaitu bermanfaat untuk orang lain.
Sebagaimana Rasulullah SAW pernah bersabda, "Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi  manusia lainnya,"(HR. Ahmad.)
Masyaallah..! Fauzi telah berhasil menjadi manusia yang bermanfaat. Pengorbanannya mengingatkan kita yang masih punya kesempatan untuk menjalani hidup dengan sebaik-baiknya dan bermanfaat untuk orang lain.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H