Berbeda dengan lagu-lagu Pakde yang lain lagu Nunut Ngiyup menggunakan bahasa yang lebih halus, kromo inggil . Mungkin karena lagu ini ditunjukkan kepada orang yang di tumpangi berteduh sehingga dalam posisi meminta bantuan lebih sopan jika menggunakan kromo inggil.
Nunut ngiyup, kulo nunut ngiyup
Udan lali ra nggowo payung
Teng tritis kulo nggih purun
Teng emper kulo nggih purun
Sak derenge matur nuwun
(Numpang berteduh, saya numpang berteduh, hujan lupa membawa payung, di pinggiran saya mau, di teras saya juga mau, sebelumnya terima kasih.)
Memang banyak lagu Pakde yang bercerita mengenai keseharian serta pengalaman yang pernah dialami sehingga terasa dekat dan mudah menyatu dengan pendengarnya.
Sedih rasanya, hari ini sang maestro pergi. Meski begitu lagu-lagu beliau cukup untuk menemani sisa usia kami. Seluruh perasaan, tempat dan pengalaman sudah Pakde curahkan ke lagu, tugas kami hanya meneruskan untuk terus memutar dan menikmati hingga kami menua.
Terima kasih Pakde Didi Kempot, terima kasih sudah menciptakan lagu Kuncung untuk masa kecil kami. Terima kasih atas seluruh dedikasi Pakde di industri musik tanah air khususnya campur sari. Selamat jalan Dionisius Prasetyo, karya-karyamu akan selalu hidup di hati kami.