Pangeran Jayakarta sebenarnya adalah sebutan gelar. Yang kami datangi saat itu adalah makam dari pangeran Ahmad Jakerta yang tak lain adalah pangeran Jayakarta ke 4.Â
Pangeran Jayakarta pertama sendiri adalah Fatahillah atau kita lebih mengenalnya dengan nama falatehan.Â
Sementara pangeran Jayakarta ke II adalah Tubagus Angke atau disebut dengan pangeran Gedeng Angke yang menikahi putri dari Fatahillah.Â
Pangeran Jayakarta ke III sendiri adalah putra dari Tubagus Angke yang bernama Sungerasa Jayawikarta.
Makam pangeran Jayakarta ke 4 ini diresmikan oleh gubernur Ali Sadikin dan pada tahun 1999 melalui Perda DKI no. 9 makam ini ditetapkan sebagai cagar budaya. Menurut Sahroel, setiap malam jum'at makam tersebut akan dipadati para pengunjung baik dari dalam maupun luar Jakarta.
Menurut informasi yang ia dapat, Â sesepuh dan anggota keluarga tidak boleh membocorkan letak makam Pangeran Jayakarta sebelum VOC hengkang dari Bumi Indonesia.
Maka dari itulah informasi mengenai makam tersebut baru diketahui publik pasca Indonesia merdeka. Pangeran Jayakarta memang terkenal gigih melakukan perlawanan terhadap VOC karena itulah VOC berusaha keras memburu pangeran Jayakarta hingga ke silsilah keluarganya.
Dengan berakhirnya cerita tentang Pangeran Ahmed Jakerta, berakhir pula perjalanan kami hari itu. Sebelum memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing, kami pun menyempatkan sejenak untuk berdoa bersama para peziarah yang lain di depan makam.
Rupanya banyak hal yang saya dapat hanya dalam waktu setengah hari, pengalaman baru, pengetahuan baru, teman baru. Senang sekali hari minggu saya berlalu dengan maksimal.
Salam.