Sedikit Berbeda dengan MRT dan Commuterline, LRT hanya memiliki 2- 4 gerbong dengan kapasitas sekitar 600 penumpang saja. Sementara MRT sendiri memiliki memiliki 6 gerbong dengan kapastitas sebanyak 1800 penumpang.
Dari Stasiun Velodrome menuju ke Stasiun Kelapa Gading kami harus melewati 4 stasiun yaitu Stasiun Equestrian, Pulomas, Boulevard Selatan dan Boulevard Utara. Jadi total ada 6 stasiun yang sudah beroperasi (termasuk st Velodrome dan St Kelapa Gading.)
Bagi pengguna KRL alias  commuterline tentunya tak kesulitan untuk menggunakan LRT karena pada dasarnya caranya sama baik dari kartu maupun cara tapping. Berbeda dengan orang-orang dari luar kota yang masih asing dengan sistem transportasi dengan menggunakan kartu, pasti akan banyak meminta bantuan kepada mbah google.
Selesai dan puas menjajal LRT, kami pun menuju jalan paus No. 93. Â Menikmati kota dengan menggunakan LRT lumayan membuat perut kami keroncongan. Naik LRTnya sih sebenarnya sebentar, tapi menunggu teman-teman itu lho yang lama, hehehehe. Bakmie Tasik legendaris menjadi tujuan sempurna kami untuk memadamkan kelaparan.
Jaraknya hanya sekitar 400 meter dari stasiun LRT Velodrome. Karena saking dekatnya, kami memilih untuk berjalan kaki. Lengkap sudah rasa lapar yang di tambah panas terik mentari yang membuat kami semakin tak sabar untuk mencicip mie legendaris ala Rawamangun tersebut.
Setelah menamatkan rasa lapar, kami kembali ke agenda utama yaitu menuju makam Pangeran Jayakarta. Meski hanya berjarak 1.5 km namun, teman-teman memutuskan untuk naik angkot ketimbang berjalan kaki. 1,5 KM tentunya bisa membuat perut kenyang kembali kosong jika kami benar-benar melakukannya.
Setelah sampai, kami segera mengambil air wudhu dan salat ashar di masjid Assalafiyah yang berada tepat di samping makam Pangeran Jayakarta. Masjid ini juga merupakan peninggalan dari Pangeran Jayakarta dan dulunya sering digunakan untuk menyusun strategi melawan VOC. Masjid ini juga telah mengalami beberapa kali perombakan sebelum pada akhirnya terlihat seperti sekarang.