Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Blogger - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Video Anak SD Berbahasa "Krama Inggil" dan Ingatan tentang Kampung Halaman

21 Januari 2020   13:14 Diperbarui: 21 Januari 2020   15:19 1730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah video sekelompok anak SD berdurasi 27 detik yang disebar oleh akun @rasaraba, menarik perhatian saya. Dalam video tersebut, anak-anak terlihat bernyanyi dan mempraktekkan gerakan lagu berbahasa "Krama Inggil" yang dipandu oleh guru mereka. Lirik yang diucapkan mengingatkan saya akan masa kecil dan kampung halaman. Jaman di mana Bahasa "Krama Inggil" masih banyak dipakai dan berseliweran di telinga.  Berikut video, lirik serta artinya, Klik

Diparingi, matur nuwun. Artinya, kalau diberi, bilang terima kasih.

Ditimbali , matur dalem. Jika dipanggil, menjawab "dalem".  Kata "dalem" sering digunakan untuk menjawab panggilan secara halus. Maknanya kurang lebih sama seperti kata "iya". Di jawa, menjawab "dalem" lebih terdengar lebih sopan ketimbang sekadar "Hmmm...", "opo.....", "Nopo"

Yen lewat, nderek langkung. Kalau lewat, bilang permisi. 

Yen lepat, nyuwun pangapunten. Kalau salah, meminta maaf. .

Artinya memang sekadar bahasa unggah-ungguh  untuk mengingatkan. Namun yang membuat saya baper adalah semua itu dilakukan dengan Bahasa "Krama Inggil". 

"Krama Inggil" adalah Bahasa jawa yang tingkatanya dianggap lebih sopan dan sering digunakan untuk berkomunikasi kepada orang yang lebih tua. Sementara Bahasa jawa yang sehari-hari saya pakai adalah Basa "ngoko" yang cenderung lebih santai dan biasa digunakan untuk berkomunikasi dengan orang sepantaran.

Sudah lama saya tak mendengar Bahasa "Kromo Inggil". Terlebih semenjak pindah ke Ibu kota. Di kampung halaman pun Bahasa yang dipakai orang kebanyakan adalah  "Ngoko" dan Bahasa Indonesia. 

Bagi yang mengerti artinya, mendengar orang berbahasa "Krama Inggil" akan membuat hati adem dan tentram. Hidup serasa dipenuhi orang-orang yang halus budi pekerti (seolah-olah, lho ya!).

Anak-anak di kampung rata-rata bisa berbahasa Jawa namun sudah jarang yang masih menggunakan "Krama Inggil" baik itu kepada guru maupun orang tuanya. Dengan orang tua mereka berbahasa "Ngoko", sementara di sekolah lebih sering menggunakan Bahasa Indonesia. Memang tak ada salahnya memakai Bahasa "Ngoko", toh artinya sama saja.

Memang, dengan berbahasa "Ngoko" secara arti dan fungsi Bahasa telah terpenuhi, namun rasa yang ditimbulkan orang yang mendengar tentu berbeda, terlebih untuk mereka yang lebih tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun