Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Blogger - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kasus Jennie Blackpink, "Hate Comment" dan Kejamnya Ibu Jari Netizen

15 Januari 2020   20:53 Diperbarui: 15 Januari 2020   21:05 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : kompas.com

Kehadiran Blackpink dalam acara fan meeting yang diselenggarakan Samsung di Senayan meninggalkan kenangan yang kurang menyenangkan bagi salah satu member yaitu Jennie.

Dibanding ke 3 member lain, Jennie lebih sering diam dan terlihat tidak bersemangat. Pasalnya pada sesi membaca komentar netizen, banyak hate comment bermunculan. Sontak ekspresi Jennie mulai surut bahkan banyak yang mengatakan Jennie berusaha menahan tangis.

Banyak Blink (sebutan untuk penggemar Blackpink) tidak terima dengan perlakuan yang diterima idolanya, terlebih Jennie akan segera berulang tahun pada 16 januari esok. 

Mereka merasa idolanya tak seharusnya mendapat perlakuan seperti itu di beberapa hari menjelang perayaan hari kelahirannya. Blink juga mengungkapkan kekecewaannya karena tidak diijinkan memberi kejutan ulang tahun untuk Jennie.

Di twitter tagar #JennieDeservesBetter mulai bermunculan, bahkan setelahnya mulai muncul tagar #BOYCOTTSamsungIndonesia yang sempat menjadi trending topic. 

Sementara MC acara Lee Jeong Hoon mendapat banyak serangan karena di nilai tidak adil dalam memperlakukan Jennie. Blink merasa MC lebih banyak bertanya kepada ketiga member lain yaitu Lisa, Jisoo dan Rose, sementara Jennie dicuekin.

Lee Jeong Hoon sendiri mencoba memberikan klarifikasi dengan membalas komentar salah satu netizen dan menjelaskan kondisi bahwa dia sudah berusaha menjalankan pertanyaan dengan adil dan menjalankan acara sesuai dengan rencana dari penyelenggara.

Hate Comment seolah menjadi bagian tak terpisahkan di era sosial media. Tidak hanya Indonesia, Hate comment juga muncul hampir di setiap negara termasuk Korea.  Tak heran pula jika kini hate comment menjadi momok menyeramkan karena sering berujung pada hilangnya nyawa seseorang.

Masih hangat dalam ingatan kita kasus yang terjadi tahun lalu di mana artis Korea Choi Jin-Ri alias Sulli memilih untuk mengakhiri hidupnya lantaran menerima banyak hate comment. 

Publik tentunya menyesalkan kepergian sang Idola, terlebih beberapa bulan setelahnya sahabat Sulli yaitu Goo Haraa juga melakukan hal yang sama.

Di Indonesia sendiri kasus hate comment banyak menimpa para selebritis, salah satu di antaranya adalah youtuber Ria Ricis. Ria Ricis sempat mengaku depresi lantaran komentar jahat netizen akibat video "pamit" yang dibuatnya. Syukur ia tidak melakukan hal-hal yang berbau negatif dan segera memilih untuk kembali berkarya.

Permasalahannya adalah, tidak setiap orang memiliki kapasitas kesabaran yang sama. Yang dianggap "Biasa" oleh seseorang bisa berbeda untuk orang lain. Kita tidak berhak menghakimi hidup seseorang hanya dengan melihat 1 muka dari 1000 muka hidup orang lain.

Jempol netizen yang memang sulit diatur, banyaknya kasus yang terjadi belum juga memberikan efek jera. Hate comment masih saja sering bermunculan. 

Salah satu contoh nyata adalah live streaming acara Hut Transmedia yang menghadirkan boyband Korea Exo pada desember lalu. Ketika Exo manggung, live komen diserbu para Army (fans boyband BTS), akibatnya terjadilah  perang komentar antara fans EXO dan fans BTS yang kurang lebih isinya saling menjatuhkan satu sama lain.

Hate comment sendiri dilakukan oleh netizen lintas usia, mulai dari remaja hingga orang dewasa.  Banyak dari kita memang sudah dewasa secara umur namun, dalam hal bermain sosial media, masih seperti anak- TK yang belum mampu sepenuhnya menguasai diri.

Tentu kita tidak ingin sesuatu menimpa Jennie hanya karena hate comment yang dilontarkan oleh netizen yang tidak pula jelas asal usulnya. Penyesalan selalu datang di akhir, karena itu mari lebih berhati-hati dalam berkomentar. Sudah saatnya kalimat "netizen maha benar" turun dari tahtanya.

Kalau dulu ada istilah "Ibu kota itu kejam", maka di era digital, sekejam-kejamnya ibu kota, jauh lebih kejam ibu jari netizen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun