Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Blogger - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kasus Jennie Blackpink, "Hate Comment" dan Kejamnya Ibu Jari Netizen

15 Januari 2020   20:53 Diperbarui: 15 Januari 2020   21:05 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : kompas.com

Di Indonesia sendiri kasus hate comment banyak menimpa para selebritis, salah satu di antaranya adalah youtuber Ria Ricis. Ria Ricis sempat mengaku depresi lantaran komentar jahat netizen akibat video "pamit" yang dibuatnya. Syukur ia tidak melakukan hal-hal yang berbau negatif dan segera memilih untuk kembali berkarya.

Permasalahannya adalah, tidak setiap orang memiliki kapasitas kesabaran yang sama. Yang dianggap "Biasa" oleh seseorang bisa berbeda untuk orang lain. Kita tidak berhak menghakimi hidup seseorang hanya dengan melihat 1 muka dari 1000 muka hidup orang lain.

Jempol netizen yang memang sulit diatur, banyaknya kasus yang terjadi belum juga memberikan efek jera. Hate comment masih saja sering bermunculan. 

Salah satu contoh nyata adalah live streaming acara Hut Transmedia yang menghadirkan boyband Korea Exo pada desember lalu. Ketika Exo manggung, live komen diserbu para Army (fans boyband BTS), akibatnya terjadilah  perang komentar antara fans EXO dan fans BTS yang kurang lebih isinya saling menjatuhkan satu sama lain.

Hate comment sendiri dilakukan oleh netizen lintas usia, mulai dari remaja hingga orang dewasa.  Banyak dari kita memang sudah dewasa secara umur namun, dalam hal bermain sosial media, masih seperti anak- TK yang belum mampu sepenuhnya menguasai diri.

Tentu kita tidak ingin sesuatu menimpa Jennie hanya karena hate comment yang dilontarkan oleh netizen yang tidak pula jelas asal usulnya. Penyesalan selalu datang di akhir, karena itu mari lebih berhati-hati dalam berkomentar. Sudah saatnya kalimat "netizen maha benar" turun dari tahtanya.

Kalau dulu ada istilah "Ibu kota itu kejam", maka di era digital, sekejam-kejamnya ibu kota, jauh lebih kejam ibu jari netizen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun