Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Lainnya - irero

Blogger yang sedang mencari celah waktu untuk membaca buku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tradisi "Ngunduh Mantu", "Munjung", dan Cara Mengundang Pernikahan ala Masyarakat Jawa

11 Januari 2020   12:12 Diperbarui: 12 Januari 2020   04:01 3836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi pasangan yang akan menikah, menentukan jumlah undangan serta siapa saja yang diundang menjadi hal yang penting. 

Hal tersebut tak lain berkaitan dengan banyaknya biaya yang akan dikeluarkan, baik dari segi percetakan undangan maupun porsi menu yang akan dihidangkan.

Seringkali hal ini menjadi perdebatan di antara anggota keluarga. Seperti yang dulu saya alami. Saya menginginkan pernikahan yang sederhana dengan mengundang segelintir orang sementara orangtua berpendapat lain.

Menjadi satu-satunya anak perempuan di keluarga menjadi alasan banyak orang tua di Jawa khususnya untuk membuat acara pernikahan yang meriah dengan ribuan undangan. 

pngimage.com
pngimage.com

Alasannya, setelahnya tak akan ada lagi pernikahan yang harus dirayakan. Pernikahan dari sisi pria di sini dianggap tidak perlu "terlalu" dirayakan.

Di Jawa ada istilah ngunduh mantu, di mana mempelai wanita diboyong ke rumah si pria. Umumnya proses ini dilakukan setelah pesta pernikahan di rumah perempuan selesai dilakukan. 

Dalam tradisi ngunduh mantu seluruh biaya ditanggung oleh keluarga si pria. Sifatnya tidak wajib, tergantung dari keinginan dan kondisi finansial keluarga pria.

Melihat pada banyaknya biaya yang sudah dikeluarkan sebelumnya untuk meminang wanita, banyak pria di Jawa menghindari acara ngunduh mantu. Kalaupun tetap ingin melakukannya, hanya sebatas acara pertemuan kedua keluarga secara tertutup.

Penentuan jumlah undangan tidak terlepas dari konsep apakah pesta digelar hanya sebatas di rumah si perempuan ataukah juga akan ada ngunduh mantu. 

Bila hanya ada satu pesta maka biasanya undangannya adalah gabungan antara tamu kedua belah keluarga yang mana jumlahnya akan lebih banyak. Lain hal jika pesta dilangsungkan masing-masing pihak maka undangannya dikelola masing-masing pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun