Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Administrasi - irero

Sedang mencari celah waktu untuk membaca buku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perihal Memilih Nama untuk Anak yang Ternyata Tidak Mudah

18 Januari 2018   16:04 Diperbarui: 18 Januari 2018   19:10 1831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Semenjak media sosial semakin populer, keberadaan nama-nama anak yang tidak lazim atau tidak umum semakin sering muncul ke permukaan. Sebut saja nama Andy Go To School  milik seorang pria asal Magelang. 

Tidak hanya satu anak, ayah Andy juga memberi nama unik untuk anaknya yang lain seperti August Dedy My House, Happy New Year, Rudy A Good Boy, Friday Back To School, hingga Effendy My School. (kompas.com)

Kalau anda search di google beberapa nama aneh atau unik lainnya pun bermuculan, seperti "Satria Baja Hitam," "Minal Aizin Wal Faizin,","Selamet Dunia Akhirat," dsb. Bukan apa-apa, orang tua mereka patut diacungi 10 jempol atas keberaniannya. Memberi nama seperti itu di Indonesia pasti tidak mudah. 

Di negeri ini kebiasaan di mana Bapak-Ibu, mertua, paman-bibi, kakek-nenek yang turut andil dalam memberikan nama anak masih semarak. Belum lagi soal tradisi keluarga tertentu yang tidak boleh sembarangan. 

Di Jawa misal, nama yang diberikan tidak hanya menjadi tanda pengenal tapi juga mengandung arti tertentu. Salah memberikan nama bisa-bisa menyulitkan hidup si anak atau kelak akan sakit-sakitan.

Ambil contoh mantan presiden RI pertama kita, Soekarno. Kita tahu bahwa nama Soekarno adalah peralihan dari nama Koesno Sosrodihardjo. Ayah Soekarno menggantinya ketika mendapati anaknya sakit-sakitan. 

Di Jawa khususnya di zaman dulu, hal seperti ini lumrah dan dilakukan oleh kebanyakan orang. Dalam tradisi jawa, jika anak sakit-sakitan bisa jadi nama yang diberikan tidak cocok/berat. Pihak keluarga akan berdiskusi untuk mengganti nama anak tersebut lalu mengadakan syukuran. Dari situ disimpulkan bahwa memberi nama anak tidak boleh sembarangan.

Sebagian masyarakat lain menganggap nama adalah doa untuk si anak karenanya nama yang diberikan harus mengandung kebaikan. Dalam segala kondisi tadi, patutlah jika saya salut dengan orang-orang yang berani memberi nama tidak lazim seperti tadi.

Di samping faktor eksternal, setiap orang tua sendiri pasti mempunyai ego saat memberikan nama pada anak. Jika mereka berasal dari keluarga di mana kakek-nenek, paman-bibi ikut urun nama untuk si anak, pasti persoalan ini menjadi semakin tidak mudah. 

Apalagi saat nama yang diajukan tidak lazim, jarang didengar dan bahkan aneh. Persoalan apakah anak akan diberi nama kebarat-baratan, ketimur-timuran, kearab-araban, saja sudah cukup menjadi perdebatan apalagi ditambah dengan pengajuan nama unik seperti tadi.

Namun, beberapa kawan saya masih memegang kendali atas nama anak mereka sendiri. Mas Wisnu dan Mbak Novi misal, kedua orang tua muda tersebut mantap memberikan nama "Muhammad Kenzie Athaya" dan "Madeeha Kireina Athaya" kepada ke dua buah hati mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun