Mohon tunggu...
Bayu Aristianto
Bayu Aristianto Mohon Tunggu... Dosen - Kuasa atas diri adalah awal memahami eksistensi

Menulis, proses pengabadian diri di tengah kesemuan hidup

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Euforia Pesohor Miliki Klub: Prestasi atau Sekedar Budaya Latah

9 Juni 2021   13:09 Diperbarui: 9 Juni 2021   13:25 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Termasuk Industri Sepakbola Tanah Air, dimana bahtera klub ditentukan oleh kompas "modal" untuk menunjang prestasi di lapangan hijau. Tidak ada kekeliruan saat kita menilai bahwa klub "kaya" akan lebih berprestasi dibanding klub "gurem". Sehandal apapun klub mencari bibit-bibit potensial pemain pasti akan selalu tertinggal beberapa langkah dengan klub yang mampu "membeli" pemain professional secara instan. Kalian boleh saja tidak sependapat dengan pernyataan ini, karena masih ada contoh beberapa klub dengan modal "cetek" mampu bersaing secara kompetitif. Tapi ingat itu perbandingannya seperi 1 berbanding 1.000 klub bola yang ada.

Rata-rata klub gurem hanya berada pada lapis kedua bahkan lapis ketiga level kompetisi profesional di sebuah Negara. Untuk mampu naik ke kasta tertinggi, klub dengan modal terbatas biasa melakukan "jual diri" ke investor yang berminat. Saya tekankan pada aspek kemampuan finansial, klub tidak hanya dilihat dari aspek profesionalitas mengejar prestasi an sich,  namun lebih jauh klub telah bermetamorfosis ke arah industri bisnis yang kudu musti menghasilkan profit / keuntungan. Artinya klub dinilai dari lini profitabilitas dan sustainabilitas, lalu passion dan gairah murni menjaga nama baik klub di depan kompetitor akhirnya berada pada tataran permukaan yang kerapkali bersifat normatif-idealitas semata.

Yang selanjutnya berbicara adalah "seberapa untung klub ini 5 tahun kedepan?", "berapa market harga setiap pemain kita?", "keuntungan apa yang kita peroleh dari penjualan hak siar apabila pemain X kita beli dari klub Y dengan harga Z?", "Skema pinjaman seperti apa yang bisa kita jalankan agar bisa membawa pemain A dari Klub B?" dan masih banyak pertanyaan business approach lainnya muncul.

Berita pesohor negeri ini mengakuisisi klub seperti Cilegon FC oleh Raffi Ahmad dan Rudi Salim ,Gading Marten merapat ke Persikota Tangerang, Rizky Billar yang ingin menanamkan saham di PSMS Medan, dan teranyar Atta "King of Youtuber" Halilintar memperkenalkan klub bola AHHA PS Pati. Apresiasi dan rasa hormat, patut kita sampaikan kepada pesohor negeri ini yang memberikan atensi dalam memajukan dunia sepakbola tanah air.

Melow dan risau saya rasakan ketika beberapa hari lalu Indonesia "dipastikan" dibantai  4-0 tanpa balas oleh Vietnam di laga kualifikasi piala dunia 2022  bahkan saya sampai harus menyadarkan diri apakah Channel TV yang saya tonton Hoax. Karena satu dekade silam Vietnam adalah Negara lumbung gol Indonesia bersama Filipina, Laos, dan Kamboja. Miris banget, kayak luka yang ditaburi alkohol, perih tapi tetap harus dirasakan.

Selayaknya kita jangan menilai klub apa yang dibeli atau diakuisisi oleh beberapa pesohor negeri ini. Amati nawaitu serta effort mereka untuk memajukan dunia persepakbolaan. Dalam beberapa kesempatan Raffi, Gading, dan Atta mengutarakan bahwa impian masa kecilnya adalah jadi pemain sepakbola, passion ini terakumulasi oleh kemampuan secara materi, pada akhirnya mereka wujudkan dengan membantu membentuk iklim sepakbola nasional pada lingkup terkecil yaitu memajukan klub di daerah.

Ditanya kenapa tidak membeli klub liga 1, yang secara struktur bisnis akan mendatangkan laba yang lebih tinggi dan pengaruh ke dunia persepabolaan akan jauh terasa di tim nasional, Jawabannya pertama tentu modal yang lebih besar dan kedua potensi memajukan klub di daerah sebenarnya akan jauh berpengaruh terhadap niat mulia para pemilik klub baru.

Bayangkan klub yang sebelumnya tidak pernah ada dalam perbincangkan masyarakat baik di warung kopi atau di tribun penonton. Kalian Tahu Cilegon FC, Pati FC, Persikota, atau klub-klub divisi kasta bawah lainnya? Saya pastikan tidak ada diantara kita yang mengenal klub-klub ini bahwa diantara kita berujar "wah ternyata ada yang klub itu" lugas tapi menyakitkan.

Kalau bukan gara-gara dibeli oleh pesohor, mungkin saja klub hanya beredar pada ingatan warga lokal setempat, namun ketika mereka diperkenalkan oleh pemilik barunya yang notabene pesohor atau influencer secara sekejap keterkenalan klub hampir setara dengan anggota dewan yang saat ini duduk manis sebagai "wakil rakyat" (ilmu harmonisasi masalah ya kayak gini, DPR dengan klub, dihubung-hubungkan) kalau kalian serius membacanya, saya kasih kesempatan untuk sekedar rileks.

Tidak jadi masalah saat klub dimiliki pesohor, pengusaha, artis, gubernur, hakim, youtuber, tik-toker, bahkan presiden sekalipun berhak memiliki klub dengan catatan kemampuan modal dibarengi oleh restu para pemangku kepentingan klub tersebut. Ingat siapapun punya tanggungjawab untuk membangun negeri ini, dengan cara dan langkah masing-masing. Kalau dengan memiliki klub lalu kita bisa meningkatkan harga diri bangsa minimal daerah setempat, bisa jadi kita lebih patriot dibandingkan pertanyaan-pertanyaan dalam test TWK. 

Akhirul Kalam, negeri ini sudah pantas memiliki klub dengan sejuta ide dari pemilik muda, apakah ini sebuah prestasi ? saya dengan sepenuh hati menjawab iya, kita jangan terus berada pada ruang stigmatisasi, anggapan-anggapan liar, bahkan pikiran picik, sepantasnya dukungan kita dan monitoring terus jadi palang pengatur agar pemilik klub baru ini menjalankan niat sucinya untuk membantu infrastruktur klub dan mempromosikan bibit-bibit muda di kasta sepakbola profesional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun