Mohon tunggu...
Bayu Aristianto
Bayu Aristianto Mohon Tunggu... Dosen - Kuasa atas diri adalah awal memahami eksistensi

Menulis, proses pengabadian diri di tengah kesemuan hidup

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ada yang Salah pada Demokrasi Kita?

11 Agustus 2020   15:48 Diperbarui: 11 Agustus 2020   15:47 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebenarnya tidak jadi soal siapa yang akhirnya terpilih untuk berada pada posisi sebagai pemimpin. Karena rakyat saat ini suka tidak suka sudah semakin cerdas dan paham bahwa masa depan bangsa ini bukan sebatas omongan palsu tanpa realitas dan bukti nyata. Rakyat sudah bosan mengagung-agungkan seseorang yang belum merealisasikan janji-janji politiknya.

Politik kekerabatan pada lingkup yang lebih luas, mengambarkan bahwa fungsi kaderisasi partai sebagai lumbung mencetak calon-calon pemimpin bangsa tidak berjalan lurus dengan masih cukup tingginya Negara ini mengalami disorientasi pemimpin. 

Profesionalitas, akuntabilitas, integritas dan amanah adalah sedikit dari banyak karakter yang jadi standar kualifikasi pemimpin, lalu partai juga punya tanggungjawab melahiran calon pemimpin masa depan yang punya kesatuan visi dan ideologi. 

Akhirnya partai dapat berfungsi sebagai muara dari seluruh penjuru mata angin dalam mencari dan melahirkan sosok pemimpin kharismatik dan negarawan berwawasan nusantara.

Apa yang terjadi saat ini, boleh dikata jauh dari harapan kita bersama. Partai seolah hanya mengejar bagaimana kekuasaan dapat diraih dengan mengeliminasi fungsi kadersasi. Yang timbul adalah calon diusung dari "orang luar". 

Pragmatisme partai yang hanya mengejar popularitasan kandidat, punya kemampuan capital mumpuni, dan ada pertalian keluarga dengan penguasa jadi mantra abadi untuk mencari pemimpin "instan" di negeri ini.

Optimisme akan selalu ada disaat badai menerjang, percayalah badai akan berlalu dan mentari menanti disana. Semoga ungkapan ini bukan utopia saja. Harapan perubahan akan selalu ada meskipun perjalanananya masi cukup panjang dan melelahkan. Huff...!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun