Mohon tunggu...
Veriana
Veriana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

_

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Konflik Etnis Tionghoa dan Pribumi di Surakarta (1972-1998)

13 Desember 2021   09:47 Diperbarui: 13 Desember 2021   10:19 14701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


          2. Adanya konflik individual

Konflik antara etnis Tionghoa dengan Pribumi juga disebabkan karena adanya konflik individual. Pada tahun 1972 dan 1980 menjadi awal mulai konflik besar yang terjadi di Surakarta, dimana seharusnya konflik individual ini tidak menyebabkan konflik yang sebegitu parah dan mengerikan. Namun, uniknya konflik ini bermula dari perbedaan pemahaman antara encik Arab dengan penarik becak masalah pembayaran. Akhirnya terjadi adu mulut dan konflik itu berakhir dengan terbunuhnya tukang becak tersebut.

Pada tahun 1980 juga diawali dengan konflik individual yaitu perkelahian antara Pipit dengan Kicak saat itu di depan Orlane. Konflik ini awalnya terjadi karena senggolan sepeda yang dikendarai 3 siswa ketika pulang sekolah dengan seorang pemuda dari Tionghoa yang menetap di Indonesia yang saat itu sedang menyeberangi jalan di jalan Urip Sumoharjo. Karena tidak terima Kicak memukuli Pipit hingga luka-luka.

          3. Adanya aksi mahasiswa

Konflik yang terjadi pada tanggal 14 Mei 1998 diawali dengan aksi demonstrasi yang dilancarkan oleh mahasiswa, saat itu demonstrasi terjadi di 2 tempat yaitu Universitas Sebelas Maret (UNS) dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Dari keduanya, UNS lah yng mulai munculkan kekerasan massa selama demonstrasi. Hingga pada akhirnya kejadian tersebut meluas, lalu para mahasiswa pun bergegas bergerak pergi keluar kampus. Aksi damai ini dilakukan guna menuntut Reformasi pada masa pemerintahan Soeharto, akan tetapi seketika kasus ini terjadi bentrok dan juga warga sekitar di lokasi tersebut terprovokasi sehingga dari kejadian ini menjadi awal mula kerusuhan Mei 1998.

 

2.3 Dampak dari Konflik Tionghoa dan Pribumi pada Tahun 1972-1998

Pada konflik antara etnis Tionghoa dengan masyarakat Pribumi tentu ada dampak setelah kejadian tersebut, dampak itu bisa dibagi menjadi 2 yaitu dampak ekonomi dan dampak material.

  • Dampak ekonomi

Dampak dari konflik antara etnis Tionghoa dengan masyarakat Pribumi diantaranya yaitu dampak dibidang perekonomian, khusus nya di wilayah pasar Pon, pasar Kliwon serta wilayah sekitarnya yang pada saat itu perekonomian nga sangat lumpuh total. Semenjak konflik tersebut terjadi, para pedagang tidak berani membuka toko untuk berjualan sebab mereka khawatir akan ada konflik susulan yang akan terjadi kembali. Alhasil, warga sekitar kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangan nya. Dampak dari konflik yang terjadi kali ini bisa dibilang lebih besar daripada dampak yang terjadi sebelumnya. Sebab, peristiwa ini melibatkan para preman. Benar saja, pada tanggal 21 November 1980 banyak toko-toko China yang menjadi sasaran amukan massa. Selain itu juga terjadi kebakaran di pabrik-pabrik besar, akibatnya banyak warga buruh pabrik yang menjadi pengangguran.

  • Dampak material

Pada konflik antara etnis Tionghoa dengan masyarakat Pribumi yaitu ketika kerumunan massa bergegas pergi ke pasar Kliwon sekaligus pusat perdagangan dengan tujuan untuk merusak toko-toko milik orang Arab. Namun, ketika sore hari tiba, dampak dari konflik ini semakin meluas hingga merusak dan membakar toko-toko yang diperkirakan milik orang-orang Tionghoa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun