Kita sering mendengar istilah Big Data. Sebuah istilah yang sangat populer di dunia digital. Dalam bahasa Indonesia (KBBI) Big Data diterjemahkan sebagai Maha Data.
Namun banyak sekali orang awam yang tidak mengerti apa sih Big Data itu dan mengapa ia begitu penting dalam industri modern sekarang. Berikut penulis mencoba menjelaskannya dengan cara yang sederhana.
Secara harafiah Big Data didefinisikan sebagai: himpunan data dalam jumlah yang sangat besar, komplek, Â rumit, terstruktur atau tak terstruktur dan terus berkembang dari waktu ke waktu yang digunakan sebagai basis data bagi berbagai program aplikasi komputer untuk diolah dalam membuat kesimpulan atau mengambil keputusan.Â
Big data tidak sama dengan Ensiklopedi atau Perbendaharaan Kata. Kumpulan data pada Big Data bisa berupa serangkaian data Jati Diri seseorang atau organisasi beserta Aktifitasnya. Bisa juga berupa pergerakan harga suatu komiditi atau saham. Bisa juga berupa sebuah transkrip, rekaman suara atau rekaman gambar. Â Â
Bagaimana Big Data dikumpulkan ? Tanpa kita sadari, ketika kita baru memiliki sebuah Gadget (Hape, Tablet, PC) yang terhubung ke Internet, maka sejak saat itu pulalah data diri kita dihimpun dan diintegrasikan dalam sistem Big Data bersama file-file Big Data yang lain.
Pada level ini data pribadi yang direkam adalah Identitas diri kita seperti: nama, tempat dan tanggal lahir, tempat tinggal, alamat email, status marital, data keluarga, buku telpon, nomer kontak yang sering kita hubungui, aplikasi yang kita Install di hape kita, tempat-tempat yang pernah anda kunjungi, kapan anda keluar negri, apa yang sering anda cari pada mesin pencari, dan situs-situs yang pernah anda kunjungi.Â
Apakah hanya itu, atau masih ada lagi? Jawabannya: YA masih. Intinya sistem akan mengumpulkan data tentang kita sebanyak mungkin, hingga pada sesuatu yang sensitif dan pribadi kita seperti data perbankan dan keuangan, transaksi bisnis, lalu lintas keuangan anda, isi SMS, juga isi surel (email), file text, lembar kerja, file foto, film dan suara.Â
Untuk membuktikannya mari kita ulas dalam sebuah contoh: Sewaktu anda meng-install sebuah aplikasi ke dalam hape anda, pihak aplikator pasti menanyakan: Apakah kita SETUJU mengijinkan mereka meng-akses beberapa info dan menggunakan peralatan di hape anda! Lihat foto screen shot di bawah.
Hal ini sudah barang tentu mengganggu privasi kita bukan? Dan mereka (si Aplikator) bisa saja merekam kita kapan saja.
Waktu kita pertama kali membeli hape, pihak produsen melalui aplikasi bawaan, memotret wajah kita dengan Kamera depan. Hal ini bertujuan meng-identifikasi siapa pemilik sejati hape tersebut.
Di kemudian hari bila ada orang lain menggunakan hape kita, maka hape akan memberitahukan kepada kita bahwa seseorang (dengan menunjukkan foto orang tersebut) telah membuka dan memakai hape kita.
Selain aplikasi-aplikasi yang kita Install, ada beberapa pihak yang sudah mempunyai Hak Istimewa meng-akses langsung Big Data kita? Siapa sajakah mereka.
Produsen (pemilik merk) dari Hape yang kita beli (seperti yang sudah dijelaskan diatas)
Operator Selular yang kita gunakan. Yaitu provider telekomunikasi yang kita pakai, apakah Telkomsel, Indosat atau provider lainnya.
Sistem Operasi yang kita pakai. Apakah Android dari Google atau iOS dari Apple.
Aplikasi-aplikasi lain yang kita install yang jumlahnya bisa puluhan seperti; browser, mesin pencari, media sosial, pemutar video/lagu, games-games dll.
Praktek mengambilan dan penggunaan Big Data ini sering jadi perdebatan sengit antara lembaga advokasi hak Konsumen dengan pihak pengumpul Big Data (perusahaan-perusahaan digital itu).
Dalih lembaga advokasi itu tentu saja, bahwa perusahaan-perusahaan itu telah melanggar hak individu, melanggar privasi dan menjual Data Besar itu kepada pihak ke-tiga untuk tujuan komersil atau tujuan lain seperti: riset, forensik, politik, spionase dll.Â
Contoh sederhana penggunaan big data yang sering kita alami sehari-hari adalah: Google AdSense (Ad artinya iklan, dan Sense artinya sensitif/peka). Yaitu iklan oleh google yang tampil ketika kita membuka sebuah situs dimana iklan tersebut sesuai atau berkaitan dengan kepentingan kita.
Pemilik situs atau media bekerja sama dengan google untuk menayangkan iklan yang paling sesuai dan "tepat sasaran" bagi pemirsanya. Kalau kita jeli mengamatinya, iklan tersebut ditampilkan kepada kita berdasarkan rekam jejak kita di dunia maya. Misalnya kita pernah searching tentang hotel murah. Maka google Adsense menampilkan lagi tawaran menarik tentang hotel atau paket wisata lainnya.
Contoh kedua. Bagi pemilik akun fb, pada wall (dinding) fb antara akun yang satu dengan akun lainnya tidak pernah ada yang sama, baik iklan yang ditampilkan maupun postingan seseorang. Iklan yang ditampilkan sesuai dengan data demografis kita, seperti tempat tinggal, jenis kelamin, usia, hobbi dan kegemaran.
Demikian juga postingan akun seseorang, yang ditampilkan adalah yang mempunyai kedekatan dengan kita. Entah itu asal kota yang sama, sekolah yang sama, atau mereka yang sering berdialog dengan kita. Atau berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan oleh pihak fb dalam algoritma pemogramannya. Â Â
Ilustrasi diatas baru contoh kecil saja dari penggunaan Big Data di dunia maya. Pemanfaatan lain yang lebih luas dan dan lebih komplek digunakan oleh perusahaan analis keuangan, analis pasar, lembaga keamanan, lembaga survey, lembaga riset perguruan tinggi, institusi militer, intelijen, analisis politik, kedokteran dan lain lain.Â
Hal itu sangat dimungkinkan karena dengaan Big Data, sistem algoritma komputer dapat mengolah data-data itu untuk: melacak asal usul seseorang, mencari keberadaan suatu barang, menganalisa pergerakan pasar, meramalkan sebuah kejadian, mengurai dan menyimpulkan masalah, memberi alternatif solusi, mendiagnosa penyakit dan lain-lain.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H