Hingga saat ini bentuk penghargaan kepada pemenang lomba atau pertandingan umumnya masih memakai simbol sebuah Piala yang dalam bahasa Inggris disebut CUP.Â
Piala sejatinya adalah semacam Cawan yang besar dan bentuknya langsing dan tinggi. Bentuk lain dari Piala adalah mempunyai tangkai pegangan disisi kiri dan kanannya.Â
Macam-macam bentuk piala ada yang besar ada yang kecil, ada yang tinggi ada yang rendah, ada yang bertangan dua ada yang tanpa tangan, ada yang disertai penutup ada pula yang tidak.
Sebelum kita cerita tentang asal mula Piala, ada baiknya kita cerita tentang macam-macam bentuk penghargaan di bidang olahraga.
Sekarang bentuk Piala sebagai hadiah/penghargaan di bidang olahraga juga banyak mengalami perubahan. Dari yang tadinya berbentuk Cawan tinggi langsing dengan penutupnya dan ada pegangannya, berubah menjadi bentuk seperti Tugu atau berbentuk miniatur sebuah bangunan. Piala jenis ini biasa disebut Trophy.Â
Adapula piala yang berbentuk Piringan yang terbuat dari Baja Putih atau Perak atau bahan lain yang tidak mudah berkarat. Pada bagian tengah piring itu tertulis keterangan tentang kejuaraan.Â
Selain piala, kita juga mengenal Medali. Apa beda Piala dan Medali? Piala adalah penghargaan bagi pemenang untuk SATU event olahraga beregu, seperti: Piala Thomas (Bulutangkis putra), Piala Dunia (sepak bola), Piala Davis (Tenis Putra) dan lain-lain. Sifat kepemilikan Piala biasanya Bergilir dan kepada setiap pemenang diberikan duplikasi atau berupa Piringan.Â
Sedang Medali adalah penghargaan bagi pemenang untuk multi-event olahraga, seperti: Olimpiade, Asian Games, Sea Games dll.Â
Dan Medali, seperti yang kita tahu terdiri dari tiga tingkatan: Emas, Perak dan Perunggu. Sifat kepemilikan Medali adalah tetap. Sekali diserahkan kepada pemenang maka selamanya menjadi milik pemenang.Â
Cerita mengenai Medali Emas tidak lengkap bila tidak membahas bahannya, apakah asli terbuat dari Emas atau bukan?Â
Sebagai gambaran, medali Emas Olimpiade Rio 2016 masing-masing medali beratnya 500 gram, sebanyak 494 gram terdiri dari perak dan emasnya hanya 6 gram. Jadi medali emas itu lebih banyak peraknya yang dibalut Emas.Â
Secara intrinsik nilai jualnya sebesar 7,5 juta rupiah. Nah itu Medali Emas Olimpiade, anda pasti dapat bayangkan bagaimana dengan medali Emas pada kejuaraan yang lebih rendah.
Kemudian adalagi kebiasaan sang juara bila menerima pengalungan medali emas, medali emasnya digigit. Hal itu merupakan tradisi sejak lama untuk membuktikan keaslian dari emas pada medali itu. Emas murni merupakan logam yang agak lunak, bila digigit akan menimbulkan bekas gigitan pada permukaan medali itu. Â Â
Ada lagi bentuk lain dari penghargaan untuk pemenang yaitu Sabuk Juara (Belt). Sabuk Juara umumnya diperebutkan dalam pertandingan Olahraga Tinju dan Olahraga bela diri lainnya. Sifat kepemilikan sabuk juara adalah Bergilir sampai ada lawan yang bisa mengalahkannya.
Terus ada lagi ! yaitu Plakat atau Piagam. Plakat, berasal dari kata: Plaquette (bahasa Prancis) adalah lempengan yang sifatnya memorable. Diberikan bukan untuk sang juara, namun lebih kepada keikut-sertaan seseorang atau tim dalam sebuah kejuaraan. Piagam adalah nama umum dari Plakat.Â
Nah sekarang penulis akan cerita tentang asal usul PIALA. Lho koq cerita? Iya, karena pengetahuan itu saya dapat dari cerita ibu saya.Â
Ibu saya walaupun tidak tamat SD beliau sangat lancar dan sangat gemar membaca sehingga suaminya (ayah saya) rajin belanja buku bacaan. Pada tahun 60-an buku adalah sumber informasi dan hiburan paling bermanfaat.
Berdasarkan cerita dari ibu saya, inilah asal mula PIALA. Â Â
Pada masa awal berdirinya kerajaan-kerajaan di Eropa sering dilakukan pertandingan adu kekuatan dan adu ketangkasan. Tradisi adu ketangkasan seperti itu hingga kini masih sering kita saksikan pada musim pesta rakyat di beberapa negara Eropa.Â
Umumnya peserta lomba dan acara perlombaan dilakukan secara spontan. Olahraga tradisional yang paling umum dilombakan adalah Gulat Romawi dan Cross Country. Selain itu ada juga cabor lain seperti: Lempar Batu, Lempar Tombak, Memanah, Â Angkat Berat dll.Â
Perlombaan umumnya dilakukan pada saat perayaan Pesta Rakyat. Suasana sangat meriah dan ramai sekali. Pengunjung dari desa-desa terdekat datang memenuhi lapangan. Tidak hanya bazarr dan pertunjukan seni yang diadakan. Lomba adu kekuatan dan ketangkasan adalah acara yang paling ditunggu-tunggu.
Event pertandingan Gulat Romawi adalah acara favorit penonton. Setelah melewati babak-babak penyisihan maka tampillah seorang kampiun juara. Lalu apa hadiah yang pantas diberikan kepada pemenang.Â
Panitia secara spontan mengambil Cawan Besar (Cup) lalu berkeliling mengitari penonton yang hadir mengumpulkan hadiah-hadiah dari penonton.Â
Penonton dengan antusias ramai-ramai mengisi Cawan itu dengan berbagai hadiah, umumnya uang. Uang yang terkumpul dalam Cawan itu langsung diberikan kepada sang JUARA berikut dengan WADAHNYA sekalian. Hadiah uang dibelanjakan oleh pemenang sementara Wadahnya dijadikan kenang-kenangan.
Pada masa-masa berikutnya nilai sakral dari Cawan itu dirasa lebih tinggi dari hadiah uang dalam Cawan itu sendiri. Maka kemudian hari Wadah itulah yang menjadi simbol yang diperebutkan dalam sebuah kejuaraan.Â
Sejak saat itu berbagai kejuaraan atau perlombaan yang bertujuan merebut simbol yang berupa sebuah Piala. Pada masa berikutnya hadiah dari sebuah kejuaraan disumbang oleh seorang Penggagas, Pionir atau seorang bangswan.Â
Maka Piala tersebut diberi nama sesuai penyumbangnya atau penggagasnya seperti: Jules Rimet Cup (Piala Dunia, Sepakbola), Thomas Cup (Bulutangkis), Davis Cup (Tennis).Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H