Mohon tunggu...
Amrullah Usemahu
Amrullah Usemahu Mohon Tunggu... -

KUASAI LAUT - KUASAI DUNIA\r\n" Terus Berkarya Demi Perikanan Jaya"

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Temukan Jawabannya untuk Indonesia Bebas Bencana

2 Januari 2019   22:03 Diperbarui: 2 Januari 2019   22:06 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Sebuah Catatan yang berawal dari Citarum harum)

Puluhan tahun membahas Citarum rasanya, sama seperti mengurai benang kusut saja:Tak tahu dari mana harus memulai, bagaimana harus memulai, siapa yang harus memulai, dengan cara apa harus memulai. Situasi ini membentuk semacam lingkaran setan yang begitu ruwet.Sudahlah lingkaran yang tidak ada ujungnya, ini setan pula yang punya urusan. Benar kata orang, di Indonesia, semua urusan, termasuk urusan lingkungan, jangankan dibereskan, dirumuskan saja susah.

Air
Air antara sumber kehidupan dan bencana. Air tawar (air bersih) yang akan dapat secara langsung dipakai dalam menunjang kehidupan masyarakat/manusia (ekonomi/kesejahteraannya) dan kesehatan. 

Selama berabad-abad perjalanan manusia telah mengakibatkan kerusakan yang amat besar, yang mengancam keberadaan alam semesta. Pembangunan adalah sebuah keniscayaan linieritas sejarah yang menjadi konsekuensi logis atau potensi manusia yang terus-menerus berkreasi.

Dengan kata lain, perilaku menghambat proses pembangunan berarti sama halnya dengan menghentikan daya kreativitas manusia yang merupakan fitrah alamiah manusia. Sebagai pemegang mata rantai tertinggi dalam ekosistem kehidupan, manusia memiliki kekuatan penuh untuk memanfaatkan potensi sumber daya alam guna proses pembangunan, melebihi spesies lainnya di muka bumi ini. Namun semenjak manusia dibaptis sebagai pusat dari segala sesuatu (antroposentris), pemanfaatan alam tersebut kemudian berubah menjadi eksploitasi yang merusak tatanan alam.

Hingga saat ini perubahan itu telah mengakibatkan krisis energi, kerusakan hutan, kepunahan hewan dan tumbuhan, Serta iklim yang tak bersahabat. Pada akhirnya beragam bencana datang silih berganti tanpa bisa diprediksi, dan kita menyebut fenomena tersebut sebagai global warming. 

Minimal, kita dapat meyakini bahwa tidak mungkin jika setiap kejadian akan terulang kembali dengan tingkat kualitas yang sama persis, baik pada dimensi fisik maupun idea. Inilah yang disebut dengan keniscayaan pergerakan dan perubahan. Setiap terjadi kerusakan akan membutuhkan perbaikan. 

Namun, pada kondisi tertentu kerusakan bisa mencapai pada tingkat yang paling rumit yang tak mungkin lagi dapat diperbaiki. Kondisi yang tak diinginkan ini, kemudian dapat kita sebut dengan kerusakan total. Alam harus memperbaiki dirinya sendiri dengan manusia (yang juga bagian dari alam) sebagai nahkodanya. Manusia harus bertanggung jawab atas semua kerusakan yang dilakukan sepanjang zaman.

Harmoni alam dengan manusia sejatinya sudah ada, sejak masa-masa masyarakat agraris. Idiom-idiom budaya seperti: harmoni kehidupan dan lingkungan (tradisi kuno penggembalaan, kemakmuran peternakan, ladang hijau, gonggongan rubah di bukit-bukit, rusa yang diam, pakis dan bunga liar, aneka burung yang tak terbilang jumlahnya, cabang-cabang sungai yang dingin. 

Ecocriticism menyatakan bahwa alam hadir sebagai cornucopians (persediaan yang melimpah). Hanya ketika alam dan lingkungan menjadi rusak karena kebutuhan ekonomi dan industri maka peranannya sebagai 'persediaan yang melimpah' itu sangat mencemaskan. Heraclitus :  saya percaya, mengatakan bahwa segala sesuatu pergi dan tidak ada yang tetap, dan membandingkan semua eksistesi  sebagai aliran sungai. 

Ia  mengatakan Anda tidak bisa melangkah dua kali ke dalam sungai yang sama. Mereka melangkah dalam sungai dalam langkah yang tetap sama, padahal air tetap mengalir. Bumi semakin lama semakin terpuruk, para ahli sains mempercayai bahwa perubahan iklim yang drastis, seperti musim hujan di suatu tempat yang berkepanjangan, dan di tempat lain badai salju yang begitu keras menghantam kota-kota di dunia, ataupun bencana kekeringan yang begitu panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun