Oleh : Mutmainah irji'iÂ
Senja sore itu masih terlihat indah.
Dipadukan dengan senyum di bibirmu yang merekah.
Kedua netra melihat dua insan yang sedang singgah.
Menatap ombak laut yang menepi.
Kini yang aku rasakan adalah seperti berdiri di ambang pintu.
Semakin terasa pilu saat mengingat masalalu.
Tidak bisakah kita memutar waktu?
Hanya untuk mengenang masa itu?
Renjana terus saja menerobos.
Angkaramu masih saja berkelebat di malam yang syahdu.
Aku tersingkirkan,sebab aku masih saja merindukanmu.
Alunan lagu masih saja menggema.
Tak perduli dengan dirimu yang telah pergi meninggalkan luka.
Sajak rindu sudah rampung ku baca.
Kini,hatiku tak lagi bertuan.
Yang ada,hanyalah sebuah diksi yang berterbangan mewakili kesenduan.
Swasmita di ufuk barat sudah tak lagi sama.
Tidak lagi seperti dahulu kala,
Yang sinarnya sangat menghangatkan buana.
Kini, yang tersisa hanyalah kalimat semu.
Juga puisiku yang masih bertemakan kamu.
31 Agustus 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H