Kebakaran Hutan di Kalimantan yang terjadi belakangan ini sempat membuat resah kita semua, dampaknya tidak hanya kepada masyarakat pulau Kalimantan saja, namun pengaruh cuaca pun terasa sampai ke pulau Indonesia.
Kali ini, tim 360 Indonesia akan menceritakan bagaimana perjuangan masyarakat Kalimantan menghadapi kebakaran hutan di Kalimantan yang terjadi hampir setiap tahun.
START JOURNEY
Perjalanan dimulai dari pukul 15:00 dari Bandara Soekarno Hatta pada tanggal 25 Mei 2019. Kami menaiki pesawat dan menghabiskan waktu perjalanan dengan menonton film di pesawat.
Sesampainya di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Balikpapan, kami langsung menuju Balqis Hotel, sebuah penginapan di Amuntai, Hulu Sungai Utara.Â
Perjalanan memakan waktu sekitar 4 jam dari bandara dan sedikit tersendat karena adanya karnaval yang sedang berlangsung di sepanjang jalan raya tempat kami menginap. Sesampainya di hotel kami langsung unload peralatan perang kami ke dalam hotel dan turut larut dalam semarak karnaval.
Â
PURUN
Perjalanan kami selanjutnya adalah ke desa di Hulu Sungai Utara, sebuah desa yang memanfaatkan tanaman purun untuk membuat kerajinan tangan. Dibutuhkan waktu sekitar 3 jam untuk mencapai desa tersebut. Letaknya bersebelahan langsung dengan sungai, Tim 360 Indonesia sangat menyukai pemandangan desa HSU karena masih sangat asri dan bersih.
Sembari menyeberangi jembatan dengan berjalan kaki kami mengeluarkan handphone untuk mengabadikan indahnya lokasi tersebut. Namun sangat dianjurkan untuk tidak mengeluarkan handphone di atas jembatan karena jarak antar kayunya sangat renggang dan dibawah jembatan merupakan sungai yang mengalir. Tidak jauh dari jembatan tadi terdapat sebuah mekanisme dengan roda kayu raksasa di salah satu rumah penduduk.Â
Kami melanjutkan perjalanan ke rumah kepala desa untuk ijin melakukan pengambilan gambar. Setelah mendapat ijin, pak kepala desa mengumpulkan pengrajin di desa tersebut untuk ikut syuting. Take 1 dilakukan di salah satu rumah penduduk.Â
Dalam video 360 kali ini kami menangkap kegiatan pengrajin purun mulai dari menggiling purun hingga menjadi sangat tipis, menganyam, hingga terbentuk menjadi sebuah tas.Â
Hebatnya pembuatan tas purun ini tidak menggunakan lem ataupun pengikat lainnya, semuanya murni hasil anyaman dan hasilnya pun sangat kuat. Tim 360 Indonesia cukup kaget saat melihat tas yang di display di rumah kepala desa diberi harga 10.000 rupiah per buah nya.Â
Roda ini ternyata merupakan sebuah alat penumbuk skala besar putaran roda dihasilkan dari genset yang dihubungkan menggunakan kain panjang, roda tersebut secara bergantian mengangkat batang kayu raksasa yang kemudian dijatuhkan kembali ke tanah. Gerakan inilah yang dipakai untuk menumbuk daun purun secara besar-besaran.
PEMBASAHAN LAHAN
Target kami di selama projek BRG ini adalah mengambil gambar di tempat-tempat yang sering terbakar, pengolahan lahan gambut, pemanfaatan tanaman purun, hingga pemberdayaan masyarakat.
Destinasi pertama Tim 360 Indonesia adalah Gohong, lokasi rawan terbakar. Tim 360 Indonesia melewati jalan yang luar biasa panjang, sisi kanan dan kiri kami dipenuhi oleh hamparan lahan hijau yang luasnya bukan maen.Â
Tidak ada bangunan yang menjulang tinggi ataupun jalanan lain, bahkan sampai ujung mata memandang perbatasan langit dan bumi adalah lahan hijau Kalimantan yang sangat subur.
Lahan di Kalimantan memang subur karena lahan ini mengandung gambut. Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi tanaman yang mulai membusuk akibatnya kandungan organiknya sangat tinggi dan bagus untuk sumber energi.Â
Namun begitu, pada musim kering lahan gambut yang mengering sangat mudah terbakar oleh cahaya matahari dan memicu kebakaran hutan. Di sini lah BRG bersama masyarakat peduli api secara berkala menyiram lahan yang luasnya luar biasa tadi agar lahan gambut tetap basah.
Pengambilan konten 360 video dan 360 photo yang kami lakukan cukup menantang. Setibanya di lokasi kami melanjutkan perjalanan dengan motor trail menembus jalur setapak yang dikelilingi hutan. Saat motor berhenti kami masih melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menembus tanah lumpur yang ketebalan-nya berubah-ubah.Â
Lepas dari tanah berlumpur kami melanjutkan melewati sebuah batang pohon yang diletakkan sedemikian rupa menjadi sebuah jembatan setapak. Kekompakan Team 360indonesia diuji di sini karena harus dengan sigap mengoper-oper tas laptop, tas kamera 360, 2 tas drone, dan tas tripod yang kami bawa di setiap medan.
Setelah sampai di lokasi akhirnya kami dapat melihat dan mengerti lahan Kalimantan yang sering terbakar. Di lahan ini cuacanya sangat terik dan udaranya sangat kering.Â
Jangan sedih, panas yang dihasilkan bukan hanya dari matahari saja, tapi lahan gambut yang berada dibawah tempat kami berdiri juga ternyata menghasilkan panas. Di bawah teriknya matahari kami meletakkan tripod dan siap mengambil konten 360 video untuk merekam kegiatan Masyarakat Peduli Api (MPA).
Kamipun mengikuti tim MPA ke sumur bor, sebuah lokasi dimana pengeboran tanah untuk mendapatkan air dilakukan. Dilakukan pengeboran sedalam 20 meter untuk mendapatkan air tanah, air tersebut kemudian dipompa dengan genset yang dibawa oleh salah satu tim MPA.Â
Air yang dihasilkan cukup kencang dan deras hingga mencapai jarak 20 meter. Pada saat pembasahan dilakukan, drone yang kami gunakan sempat mengenai ranting pohon dan terjatuh di antara semak-semak tinggi hutan tersebut, untungnya Tim MPA dengan sigap mau membantu menemukan drone tersebut.
Usai melakukan pembasahan lahan, beberapa orang dari MPA menggunakan semprotan tadi untuk membasuh diri. Melihat air dibawah teriknya matahari dan udara kering memang menggiurkan, namun tim 360 Indonesia menarik diri setelah mengetahui air yang keluarpun adalah air panas.Â
Hebatnya Tim MPA tampak tersenyum sambal bersenda gurau tanpa peduli betapa luasnya lahan yang akan mereka basahi. Semua ini secara rutin mereka hadapi agar bahaya kebakaran hutan dapat diminimalisir.
 PEMBUDIDAYAAN JAMUR
 Usai dari pembasahan lahan, kami menuju lokasi selanjutnya yang hanya berjarak 4 jam dari lokasi sebelumnya. Tidak dipungkiri kebakaran di Kalimantan merupakan campur tangan manusia juga. Bahkan Tim MPA mengatakan bahwa ada yang sengaja melakukan pembakaran oleh pihak tertentu untuk membuka lahan.Â
Sejak saat itu pemerintah mencanangkan beberapa program usaha mandiri yang dapat dilakukan masyarakat. Diantaranya adalah peternakan kambing, pembudidayaan jamur, dan penanaman kunyit putih.Â
Â
Pada lokasi pembudidayaan Jamur, Tim 360 Indonesia menemukan banyak jamur yang tumbuh diatas media dapat tumbuh hingga sebesar telapak tangan orang dewasa. Jamur-jamur inilah yang menurut pembudidaya akan menjadi hidangan di berbagai restoran. Disana kami merekam video 360 mulai dari proses pemilahan jamur hingga penelitian jamur untuk dikembangkan di dalam lab tersebut.
KERENGBANGKIRAI
 Usai dari Desa Purun tersebut kami berangkat ke tempat wisata Kerengbangkirai Di area perairan ini terdapat banyak juru mudi kapal klotok yang menyewakan kapalnya untuk rekreasi lokal. Di tempat ini kami hendak mengambil video 360 di tengah-tengah rawa.Â
Perjalanan menelusuri rawa dengan kapal klotok ini cukup menegangkan. Perlu diketahui bahwa di tengah rawa tidak ada daratan sedikit pun yang bisa dipijak, tanaman sekitarpun memiliki duri setajam silet pada setiap daunnya. Ditambah lagi dengan cerita sang juru mudi yang mengatakan kalau kapal rusak di tengah rawa maka kita harus menunggu orang lewat untuk minta bantuan.Â
"Ada buaya gak di sini, pak?" , "ada" tambah sang juru mudi, "tapi di perairan kesana lagi" Tim 360 Indonesia dalam hati hanya dapat mempertanyakan seberapa jauh 'kesana lagi'nya itu. Namun kerennya lokasi syuting kali ini membuat tim 360 Indonesia  melupakan hal-hal tersebut.
Syuting selesai dan kapal klotok yang kami tumpangi tidak perlu untuk pergi terlalu kesana, juru mudi mulai berputar balik dan kembali ke area rekreasi lokal. Tim 360 Indonesia  menghabiskan sisa sore hari dengan mengambil 360aerial taman rekreasi tersebut dan dengan menggunakan dua drone, kami berhasil saling mengambil foto drone yang berpose berlatarkan sunset di udara.
Â
DESA TAMPAKANG
Untuk mencapai Desa Tampakang kami melewati pasar tradisional yang memiliki pelabuhan di belakangnya. Kami menumpang sebuah kapal feri berwarna hijau dan langsung menuju desa Tampakang.Â
Sepanjang perjalanan kami kembali dihadpakan dengan hamparan yang sangat luas, namun kali ini hamparan tersebut adalah perairan yang mencapai cakrawala. Tidak ada bangunan ataupun tanah lain di titik ini. Semua hanya air tanpa fasilitas penunjang apapun.
Sesampainya di sana tim 360 indonesia sudah mengerti untuk tidak mengeluarkan ponsel ataupun kamera 360 karena renggangnya jalanan kayu di desa ini bisa mencapai 5cm dan handphone yang jatuh bisa langsung berendam di air gambut.Â
Air dari lahan gambut memang berwarna hitam dan saat dilewati kapal buihnya berwarna cokelat, persis coca cola. Meskipun begitu, jangan sekali-kali meminum air gambut, karena air gambut mengandung senyawa organik trihalometan yang bersifat karsinogenik alias dapat memicu kanker.
Di desa ini kami mengambil footage Aerial 360 yang dapat dilihat pada video BRG. Pengambilan footage aerial 360 ini cukup seru dan menghibur terutama untuk anak-anak dari desa Tampakang. Terpancar kebahagiaan dari wajah anak-anak tersebut saat melihat drone yang kami terbangkan.
Mereka tak ada lelahnya berlari dari ujung ke ujung desa mengejar drone tersebut. Setelah pengambilan gambar selesai, kami kembali ke kapal feri untuk perjalanan pulang. Saat kembali ke kapal feri tim 360 Indonesia cukup terkejut melihat anak-anak tersebut langsung melompat ke dalam air gambut dan berenang-renang di dalamnya. Setelah menyampaikan selamat tinggal kamipun kembali ke kota membawa memori yang tak terlupakan.
Simak perjuangan mereka dalam video 360 berikut ini guys! Salam 360indonesia.
Penulis : Erik Marcel
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H