Bila kopi tak punya rasa, ada senja yang memberi rasa.
Bila manusia tak punya rasa ,ada secangkir tawa yang memberi rasa
Pahit,manis ,asin adalah pilu ,haru dan sendu.
Sepahit apapun kopi ,jangan pernah menceritakannya pada gula
Dan sepahit apapun hidup ini,jangan pernah menceritakannya pada manusia,karena lisan terlalu miskin kata untuk mengungkapkan sejuta rasa .
Jika setiap jiwa punya rasa yang sama ,maka apakah arti dari manis ,pahit dan asin nya kehidupan karena itu adalah bumbu bumbu kehidupan.
Jika aku bisa memberi rasa manis pada kopi yang pahit,maka aku tak rela jika hari-harimu terasa pahit.
Kehidupan itu bagaikan senja ,ia berproses mulai dari terang ,redup dan menghilang.
Sama seperti manusia ada masanya ia lahir ,tumbuh dan akhirnya menghilang ditelan bumi.
Maka apakah sebuah arti keabadian bagi pijakan kaki yang bersifat fana ini.
Hari demi hari berlalu , yang pergi janganlah ditangisi dan yang menetap ,tetaplah disyukuri keberadaannya .
 karena tidak semua kepergian itu menyakitkan ,kadang ia juga pergi untuk kembali .
bagai senja yang kepergiannya dinanti jutaan mata dan hadirnya di ke esokan hari pun di nanti jutaan mata karena keindahannya,jadi tidak semua kepergian itu menyakitkan.
Kemana Angin berhembus bukanlah kehendak kita, begitupun manusia kemana ia melangkah dan pergi bukan dengan kehendak kita,jadi biarkan ia pergi ke arah yang ia mau.
Jika kepergiannya membuatmu pilu,maka berbahagialah menyambut apa yg datang kepadamu.
Jika senja datang diakhir petang ,maka layaknya kopi jadi penyandang.
Namun jika kepastian itu benar akan datang,Maka harapan pun tidak bersudut pandang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H