Mohon tunggu...
Amalia Tri Agustini
Amalia Tri Agustini Mohon Tunggu... wiraswasta -

Maknya Kanzu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bulir Kuning Sumbawa

14 Mei 2016   11:53 Diperbarui: 14 Mei 2016   11:58 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon galau (sendirian) di Pelb. Badas

Sore yang cerah berawan, pukul lima, murid-murid telah pulang. Ada waktu luang sekitar satu jam sebelum sunset, sebelum bedug maghrib berbunyi. Biasanya saya melaju dengan motor keliling kota, sekedar memutari jalan-jalan utama, bertemu sibukan kota jelang matahari turun. Tapi sore itu tiba-tiba terlintas niat pergi ke Pelabuhan Badas. Sebuah pelabuhan di perairan Sumbawa Besar. Ingin sekali mengambil foto pelabuhan dari bukit kecil tempat Hotel Laguna Biru berdiri. Laguna Biru tidak jauh dari rumah. Hanya sekitar 10 menit dengan laju kecepatan sedang. Laguna Biru mengarah ke Timur dari rumah, menyusuri beberapa kelokan bukit dan teluk. Salah satu teluk dengan perairan dalam terdapat beberapa spot penting. Laguna Biru, Pelabuhan Badas dan tangki Pertamina adalah tiga spot yang saling berdekatan di teluk dalam tersebut. Perairan tenang dan dalam sangat cocok untuk sandar kapal-kapal besar di pelabuhan dan di dermaga tangki milik Pertamina.

Kiri : Dermaga Amanwana
Kanan : Hotel Laguna Biru

20160422_092645
20160422_092645
Hotel Laguna Biru , Sumbawa

Jalan naik ke Laguna Biru tidak terjal dan pendek. Ketinggiannya sekitar 50 meter. Sehingga mengambil gambar di sana tidak bisa menangkap keseluruhan fisik pelabuhan. Inilah pemandangan pelabuhan Badas sore itu.

Lab Badas Sbw
Lab Badas Sbw
Pelabuhan Badas, Kabupaten Sumbawa

 

Dari Laguna Biru terlihat ada dua kapal besar sedang bersandar. Di dekatnya ada sebuah kapal kayu ukurang sedang berkapasitas 20-an penumpang, dan beberapa kapal kayu berukuran kecil. Bangunan besar di pelabuhan adalah gudang dan tangki di sana-sini. Kapal-kapal kayu di sana biasanya digunakan untuk transport ke pulau-pulau kecil seperti Pulau Moyo dan Pulau Medang. Terkadang kapal phinisi dengan kayu berplitur bagus juga sandar di teluk itu. Kapal phinisi itu diam di tengah teluk dijaga jangkar yang dijatuhkan di sana. Kapal phinisi itu rutenya sampai ke Pulau Komodo, menyusuri Laut Flores.

Kapal kayu ke pulau sekitar Sumbawa
Kapal kayu ke pulau sekitar Sumbawa
Kapal kayu ke pulau sekitar Sumbawa

Anak muda lomba lari di dermaga
Anak muda lomba lari di dermaga
Anak muda lomba lari di dermaga

Langit masih terang, saya pun menuju ke area pelabuhan. Ternyata sore itu sangat ramai. Muda-mudi, lalu lalang dengan motor mereka. Saya berhenti di dermaga sebelah Barat yang sangat luas. Beberapa mobil parkir dan penumpangnya menikmati pemandangan sore pelabuhan yang aduhai. Duh! Bagi kebanyakan orang, pemandangan senja lepas pantai memang mewah. Beberapa orang membawa pancing meski di gerbang masuk pelabuhan tertulis larangan memancing di area pelabuhan. Segerombolan pemuda berkaos seragam warna kuning datang ke dermaga, tak lama mereka mengadakan lomba lari. Luasnya dermaga mendorong mereka beraksi rupanya. Beberapa orang sibuk berfoto, selfie, dan duduk di tepi dermaga. Ini memang bukan Tianan Men tapi saking luasnya dermaga dan kosong pula, biarlah otak saya percaya ini sedang di Tianan Men. Biarlah sejenak berkhayal asal jangan melamun sampai kecemplung laut. Dermaga sebelah Timur rupanya sedang sibuk. Sebuah kapal besar dengan tiga katrol derek sedang menjadi pusat aktivitas sore itu. Gundukan material berwarna kuning-orens nampak diangkut dengan katrol masuk ke lambung kapal. Setelah beberapa menit, nampak sebuah truk mendekati kapal dan buruh pelabuhan bergegas mengayun sekop mengeluarkan material kuning-oren ke lantai dermaga. Material dipindahkan ke dalam jarring pengangkut dan ditarik katrol masuk ke lambung kapal. Truk berikutnya mengangkut material berwarna yang sama juga. Apa gerangan material itu? Saya dekati area bongkar muat. Seorang buruh berdiri dekat saya, dan darinya saya pun tahu bahwa material itu adalah bulir jagung kering. Bulir itu diangkut dari gudang di daerah Seger. Rasa penasaran saya pun terjawab. Kapal besar itu sedang dalam proses muat 8000 ton jagung kering pipilan. Benar, ini memang musim panen. Sumbawa adalah sentra jagung NTB. Bahkan potensi produksi jagung masih bisa ditingkatkan lagi. Karena lahan kosong masih sangat luas. Fakta itu pernah ditulis oleh pemilik usaha penjualan pupuk dan material pertanian (Pak Handoyo) dan tulisannya dimuat di koran lokal Sumbawa.

Bulir Kuning ~ jagung Sumbawa
Bulir Kuning ~ jagung Sumbawa
Bulir Kuning ~ jagung Sumbawa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun