Mohon tunggu...
Pudji Prasetiono
Pudji Prasetiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perjalanan serta penjelajahan ruang dan waktu guna mencari ridho Illahi

Budaya, culture sosial dan ciri keberagaman adalah nilai. Alam terbentang dan terhampar elok sebagai anugerah Illahi. Buka mata dengan mata-mata hati. Menulis dengan intuisi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masih "Nikmat" Belajar di Rumah

12 Desember 2020   22:28 Diperbarui: 12 Desember 2020   23:09 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, lensaindonesia.com

"Ibu walikota memberikan warning, "zona kota kita terkait covid-19 kembali merah dan menghitam, jadi jangan keluar rumah, jika  memang tidak ada kepentingan yang mendesak".

Itulah cuplikan berita yang dibaca Pudja dan Pudji sehari sebelum pelaksanaan pilkada serentak yang dilaksanakan pada 9 Desember 2020 disalah satu media online terkemuka di kotanya.

Serasa masuk dalam "lubang hitam" ruang semesta yang gelap tanpa batasan waktu, apakah semengerikan itu?. Apakah akan buyar kembali rencana sekolah tatap muka yang sudah direncanakan pada semester depan, di bulan Januari 2021?.

Mungkinkah rencana tatap muka yang sudah direncanakan mas menteri Nadiem Makarim selaku kemendikbud sebagai perwakilan dari pemerintah tetap berjalan di zona yang memang sudah berlabel "hijau". Sementara di kota kita akan tetap berjalan "sekolah dari rumah, belajar dari rumah" menjalankan aktivitas secara "daring" tetap diteruskan dan berlangsung sampai dengan batas waktu yang hanya bisa diprediksi saja.

Begitulah pikiran-pikiran di kepala Pudja dan Pudji yang masih duduk dibangku kelas tiga SDN Negeri Atas Awan I/171 Surabaya tersebut terus berputar "liar" layaknya anak gede yang terlihat dewasa sebelum waktunya. Maklum, Pudja dan Pudji memang salah dua dari murid yang cerdas, kreatif dan banyak "tingkah" di kelas sekolahan tersebut yang kebetulan mereka satu kampung di Jl. Sido Makmur I Surabaya.

Wajar nian pikiran-pikiran dikepala mereka berdua senantiasa "liar" dan "berputar-putar" layaknya gerak rotasi bumi tanpa henti yang menghasilkan peristiwa pagi dan petang, siang dan malam.

Sementara, waktu saat itu sudah menunjukkan pukul 10.01 namun cuaca masih nampak terlihat gelap, kondisi cuaca kota Surabaya memang sedang mendung dan sesekali gerimis turun membasahi tanah subur dengan taman-taman bunga "Sakura dan Persik" nya Surabaya alias bunga Tabebuya.

Pudja dan Pudji disamping cerdas juga senantiasa patuh dan mentaati protokol kesehatan maupun intruksi intruksi yang senantiasa diberikan dan dianjurkan oleh pemerintah kota setempat.

Saat kedua orag tua mereka pergi ke tempat-tempat pemungutan suara, terkait pilkada serentak yang  dilaksanakan di 9 Desember 2020 tersebut, mereka tetap tertib untuk tidak bermain dan hanya berdiskusi berdua di seputaran rumah mereka.

Pudja dan Pudji juga sudah mendengar bahwasannya di sekolah tempat mereka belajar sebelumnya, sekarang ini telah mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk "sekolah tatap muka" kembali.

Mulai dari mempercantik taman sekolah hingga merenovasi beberapa fasilitas sekolah yang bakal membuat kita betah berlama-lama duduk bercengkrama saat istirahat sekolah ataupun menghabiskan waktu berlama-lama diperpustakaaan sekolah saat selesai jam pulang sekolah.

Pudja dan Pudjipun mengetahui bahwasannya sudah ada beberapa perwakilan wali murid yang  diundang rapat ke sekolah guna kepentingan persiapan serta metode yang akan dijalankan saat dilangsungkannya "sekolah tatap muka" kembali. Hal tersebut menandakan serta mempertegas kegiatan sekolah akan berjalan normal kembali.

Dua anak yang memang serasi di kelas 3B, SDN Negeri Atas Awan I/171 tersebut tak henti-hentinya berdiskusi panjang kali lebar hingga menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang diatas rata-rata anak seumuran mereka.

Seperti halnya mereka, yang senantiasa semangat dalam menjalankan aktivitas sekolah "daring" sekalipun dengan berbagai keterbatasan yang harus mereka lalui. Sekalipun tugas "daring" yang kesemua pengerjaan dilakukan di rumah, tetap mereka kerjakan dan jalankan dengan sebaik-baiknya tanpa keluhan yang berarti. Malahan mereka menganggap tugas "daring" itu lebih fleksibel.

Karena mereka sadar, tidak tahu kapan pandemi covid-19 akan berakhir, sehingga menghargai setiap kesempatan yang ada tanpa mengenyampingkan tugas satupun dari sekolahan yang diberikan kepada mereka sembari menunggu kepastian sekolah tatap muka benar-benar akan dijalankan.

Pudja dan Pudji disamping banyak "tingkah", namun mereka juga senantiasa berpikiran "diatas awan-awan" jauh terbang tinggi keatas. Mereka menganggap covid-19 merupakan wabah yang tanpa suara, terkesan halus namun disatu sisi mematikan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 13.00, saat penghitungan suara dari berbagai tempat pemungutan suarapun dimulai. Pudja dan Pudji lantas menghentikan diskusi "liar" mereka dan beranjak lanjut ke layar televisi yang memang masih berlayar cembung dan jauh dari kata digital tersebut untuk mengikuti berita penghitungan cepat atau quick count yang akan segera berlangsung.

#SalamSehat

#SalamSilaturahmi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun