Mengolah persawahan butuh orang terampil, telaten dan sabar. Karena area persawahan butuh penanganan serta pengolahan lebih, harus dirawat, diairi dan dijaga secara kontinyu, baik dari serangan hama dan burung-burung liar, yang kesemua nya itu hanya bisa didapatkan dari jiwa-jiwa seorang petani seutuhnya.
jiwa-jiwa seorang petani sudah tergerus habis dan sangat tidak populer dikota metropolis level Surabaya. Masyarakat Surabaya lebih cenderung memillih melakoni bidang bisnis ataupun menjadi seorang profesional muda, kalau tidak begitu mereka lebih memilih untuk berwiraswasta.
Namun begitu, setidak nya lahan-lahan persawahan yang tersisa tidak malah terkikis namun bisa dipertahankan dengan seoptimal mungkin dan tidak menutup kemungkinan malah bertambah.
Bolehlah ini sekaligus sebagai surat terbuka buat Ibu Walikota Surabaya, Tri Risma Harini, agar bisa mengekspos secara besar-besaran, bahwasan nya menjadi seorang petani itu bukan pekerjaan rendah namun pekerjaan yang mulia.
Indonesia Memang dan Masih Sebagai Negara Agraris
"Jika meneruskan perjalanan" 5 Km dari titik tempat saya tinggal di kota Surabaya lanjut menyebrangi Jembatan Suramadu yang iconic kebanggaan nasional, penyambung kota Surabaya dengan Pulau Madura , 1 Km dari titik akhir ujung Jembatan Suramadu kita sudah bisa mendapati hamparan sawah nan hijau sehijau hijau nya. Tidak kurang-kurang nya bisa kita jumpai hamparan sawah baik dari sisi kiri maupun kanan sejauh mata memandang.
Mungkin saya juga tidak perlu jauh-jauh mengeksplore desa kelahiran orang tua di Menganti, Kebumen, Jawa Tengah hanya sebatas untuk tahu dan mengeksplore hijau nya persawahan dan sekaligus sebagai penanda, kalau Indonesia memang dan masih sebagai negara agraris.
Saya cukup mengunjungi relasi kerja yang ada di Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan, Madura yang berjarak tidak kurang dari 85 Km dari lokasi tempat tinggal saya di Surabaya. Beruntung dan selalu beruntung bisa senantiasa menikmati sekaligus mengamati hijau nya area persawahan yang membuat mata menjadi lebih sehat sepanjang perjalanan kesana.
Tidak sebatas menikmati, namun sering kali mengamati para pekerja-pekerja yang berada dan mengolah persawahan sepanjang mata memandang memang hampir bisa dipastikan hanya para orang tua bahkan lanjut usia, kenapa?.
Jawaban nya simple, karena mereka-mereka yang berada diusia produktif kebanyakan enggan untuk berprofesi sebagai petani meneruskan pekerjaan orang tua ataupun sebatas membantu orang tua.
Mereka lebih banyak "berhijrah" ke Surabaya terlebih, dan memilih menjadi buruh maupun pegawai disektor-sektor perdagangan maupun jasa dan sektor lain, karena tetangga saya setidak nya separoh juga berasal dari Madura.