Mohon tunggu...
Pudji Prasetiono
Pudji Prasetiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perjalanan serta penjelajahan ruang dan waktu guna mencari ridho Illahi

Budaya, culture sosial dan ciri keberagaman adalah nilai. Alam terbentang dan terhampar elok sebagai anugerah Illahi. Buka mata dengan mata-mata hati. Menulis dengan intuisi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menganti, Dusun yang Mengusik Rinduku

1 Oktober 2018   21:56 Diperbarui: 1 Oktober 2018   22:18 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Dok. Pribadi)

Masih pukul enam pagi waktu yang ditunjukkan smart phone kesayangan dan satu-satu nya ini. Segar  nya hari itu tidak bakal bisa saya temukan di kota dimana saya tinggal saat ini. Teduh dan segar dengan suasana yang menenangkan, menambah kerinduan untuk selalu tinggal di desa yang tidak pernah mengalami perubahan perkembangan secara fisik ini.

Setidak nya delapan tahun silam semenjak terakhir kali ku berkunjung ke desa sebelum nya. Desa dimana tempat orang tua dan para leluhur lahir dan dibesarkan. Desa Menganti, kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Sruweng, Kabupaten Kebumen, memang desa yang tidak berubah sedikit pun sejauh mata memandang.

Jalan setapak yang dulu aku lalui delapan tahun silam dengan yang sekarang, sama sekali tidak berubah. Lebar nya, sudut-sudut nya, juga persawahan disepanjang kanan kiri jalan, masih tetaplah sama.

Pemandangan tetap hijau dan fresh yang memberikan arti tersendiri dalam pandanganku dan hamparan itulah yang senantiasa buatku merindu. Rindu untuk senantiasa bisa tinggal lebih lama dan melupakan semua kepenatan serta pekerjaan yang sementara kutinggalkan di kota.

***

Jalanan desa tetap begitu sepi nya, hanya beberapa orang lalu lalang yang aku temui. Pangkalan ojek dan becak yang biasa mangkal selepas balai desa juga kosong melompong, tidak satu pun kudapati abang becak ataupun ojek mangkal dengan armada nya.

Terus saja aku berjalan menyusuri pematang persawahan di kanan kiri jalan tanpa merisaukan keadaan yang sepi. Sekalipun dalam hati bertanya, apakah saya harus terus berjalan sekalipun tanpa menjumpai satu pun tukang ojek atau abang becak dijalanan?.

Desa Menganti yang tergolong dusun terpencil jauh masuk kedalam, tergolong sulit menemukan angkutan. Tidak semudah seperti di kota layak nya Surabaya atau kota besar lain yang bisa memesan ojek lewat Gojek ataupun Grab yang merupakan salah satu moda transportasi berbasis online yang tinggal pesan by aplikasi di gadget sembari duduk ataupun tiduran dirumah lantas tinggal menunggu armada datang menghampiri.

Di dusun Menganti semua nya masih serba manual dan tertinggal, sekalipun sudah berada di tahun 2018. Harus menghampiri pangkalan terlebih dahulu,  jika beruntung bisa memanggil abang becak atau ojek yang kebetulan lewat saat itu tanpa harus jauh-jauh nyamperin pangkalan, begitulah keadaan di dusun ini.

Selepas balai desa, lokasi pangkalan ojek berikut nya dekat pasar yang lokasi nya tidak kurang dari 4 Km, upss jauh nya jika kudu berjalan kaki ke sana. Padahal jalanan selepas balai desa kerap kali ojek atau abang becak lewat dan menawarkan jasanya dari pengalaman sebelum-sebelum nya dari yang saya tahu.

Jadi beras tinggal di Bali rasa nya, "menyepi dan menyendiri" mengikuti adat tradisi dan kebiasaan nya. Secara hari itu memang bertepatan dengan libur hari besar, hari raya Nyepi dan pantas saja di jam segini, sekitar pukul enam pagi masih pada mengurung diri dirumah masing-masing.

Anggap saja aku kurang beruntung, tidak mendapat tumpangan dan harus rela jalan kaki setidak nya empat hingga lima kilo kedepan, huff.

Tapi tahu gak, seru juga jalan kaki di dusunku, suasana nya benar-benar beda, asri dan damai. Soal aku selalu disapa sapaan angin yang segar nan lembut, diiringi padi-padi yang mulai berisi hijau melambai, seakan mengajakku untuk mampir dan tinggal bersama. Jadi episode jalan kaki itu sangat nyaman, enak buat dinikmati dan memang gak bakal nyesel sekalipun sudah berjalan kaki sejauh itu.

Hari itu memang sudah kita rencanakan buat jalan-jalan. Yang pasti kepantai Menganti, jika cukup waktu bisa lanjut ke obyek wisata berikut nya, semisal benteng Van Der Wijk atau ketempat-tempat menarik lain nya. Setidak nya itu hasil obrolan dan kesepakatan semalam by Whats App Massengger bareng adek ku yang tinggal di Gombong.

Dengan adekku ini kita baru mengenal sekitar empat tahun. Kenal lewat media sosial, belum pernah bertemu sebelum nya, Tyas nama nya. Bisa kenal dan akrab karena mungkin kita kebetulan dari kota yang sama dimana tempat desa ku berada.

Kebumen memang desa yang senantiasa dan selalu kurindu, cuman memang jarang bisa buat sering-sering berkunjung ataupun silaturahmi sesama saudara-saudara disana. Karena memang kebetulan orang tua ku sudah tidak tinggal di desa, merantau ke Surabaya jauh sebelum saya lahir.

Terakhir berkunjung ke desa juga sekitar delapan tahun yang lalu, sementara orang tua memang lebih sering berkunjung ke desa dari pada saya, mengingat dusun Menganti merupakan tanah kelahiran mereka.

Kunjungan saya bersama orang tua kali ini karena lawatan takziah, beberapa hari sebelum nya kakak dari bapak yang merupakan bude saya meninggal dunia.

Untuk agenda jalan-jalan, sebelum nya kita janjian ketemu di salah satu mini market di daerah Kauman, Gombong, yang telah ditentukan adekku sebelum nya. Lokasi pertemuan ini juga belum pernah aku kunjungi, maklum kita datang dari tempat yang jauh, hehe. Harus searching ke google map atau bertanya sana sini kepada orang sekitar untuk tahu lokasi nya.

Alhasil sepanjang kaki melangkah bener-bener gak kedapatan ojek ataupun becak, mau tidak mau harus rela berjalan setidak nya lima kilo kepasar Tengok, Sruweng, tempat biasa bus lewat dan mangkal kemudian lanjut ke Gombong.

Sudah pukul tujuh pagi, apa karena memang sedang hari libur jadi semua aktifitas ikutan libur?. Memang begini ya, suasana desa yang relatif pelosok tersebut.

Hampir satu jam sudah menunggu tak kedapatan bus lewat, ada juga bus mini yang arah lewat nya berlawanan dengan tujuan ku.

Coba serching google Map, Kauman tempat kita akan ketemuan dari tempat dimana saya menunggu, cuman tiga belas kilo. Tapi masak iya, saya harus berjalan sejauh itu lagi yang sebelum nya sudah jalan kaki setidak nya lima kilo meter, cerita nya jalan sehat ini nanti, bukan jalan-jalan alias travelling.

Sementara adek ku sudah standby dilokasi dimana kita janjian dan terus meluncurkan pesan pesan singkat nya by WA massangger untuk buruan datang. Jalan semakin pagi semakin baik dan bagus, begitu pinta nya. Padahal memang sudah aku perhatikan betul komitmen itu dan akupun memahami nya, kalau semakin pagi itu semakin baik, tapi dia kan tidak tahu derita apa yang sedang menimpaku, huff.

Sekitar satu jam lebih aku menunggu bus yang tak kunjung lewat sambil memainkan gawai buat hiburan, akhir nya ku coba bertanya pada anak kecil yang kebetulan lewat dan maen diselokan buat mencari ikan.

Belum sempat aku bertanya pada mereka ternyata agak jauh disamping tempat sebelum kumenunggu ada sebuah sekolahan SMP Negeri 1 Sidoharjo, sontak saja aku kaget, pasti ini bukan pasar Tengok, terus disamping itu pasar apa bukan?.

Setelah bertanya pada anak-anak yang bermain dilokasi selokan samping sekolah, kalau pasar Tengok yang biasa buat cegat bus di Sruweng masih di ujung jalan, sekitar satu setengah kilo dari lokasi saya menunggu, alamak saya salah tempat menunggu bus.

Untung saja saat itu ada abang becak lewat, langsung saja saya hentikan. Buat langsung mengantar ke tempat pemberhentian bus. Jika dipaksa jalan satu setengah kilo lagi sebener nya rela dari pada harus menunggu hampir dua jam karena salah lokasi pemberhentian. Begini itu repot nya jika berada di desa yang terpencil dan relatif sepi pula. Terkesan sia-sia aku menunggu tadi.

Ternyata dipasar Tengok ada bus yang lalu lalang, aku pikir mereka libur, mengikuti tanggal merah dan hari besar seperti anak-anak sekolah di Sidoharjo, huf bego nya diriku.

Bus yang kebetulan saat itu lewat bergegas ku tumpangi dengan segera, tidak perlu menunggu lama lagi karena memang tempat akses pasar Tengok merupakan akses yang dilalui bus dari tempat terdekat dari dusunku.

Tidak lebih dari lima belas menit saya sudah sampai di Kauman, dan ternyata murah saja tarif nya, cuman 5000 perak, tidak lebih. Coba dari tadi tidak salah tempat, jadi tidak sia-sia membuang waktu sebanyak itu. Masih kesel rasa nya mengingat kejadian tadi, masih bergumam pada diri sendiri.

Akhir nya sampai juga di Kauman, Gombong, disalah satu mini market dimana kita menentukan lokasi janjian sebelum nya. Sudah agak siangan kita ketemuan nya, sekitar pukul 9 pagi. Relatif siang buat nuntasin schedjule acara yang sebelum nya kita rencanakan.

Di mini market tersebut memang sebelum nya kita sengaja janjian buat nongkrong dulu, ngobrol, sambil menentukan planing buat jalan-jalan hari itu, karena memang obrolan semalam belum begitu kongkret.

Setelah empat tahun akhir nya baru saat ini bisa ketemuan, karena jauh sebelum nya saya sudah sering didesak oleh adek ku buat berkunjung ke desa dan mengunjungi tempat-tempat wisata yang sebelum nya belum pernah aku datangi yang sekaligus merupakan lokasi-lokasi wisata baru di kebumen.

Sekarang adek ku punya "kewajiban" buat nganterin aku menjelajah lokasi wisata yang ada di Kebumen seperti janji dia sebelum nya!.

"Exsplore wisata di Kebumen yang top dan tidak kalah oke dengan wisata pantai di Bali sekalipun, di jamin!". Sebelum nya dia senantiasa meyakinkanku seperti itu.

Bersambung...

P_p

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun