Mohon tunggu...
Pudji Prasetiono
Pudji Prasetiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perjalanan serta penjelajahan ruang dan waktu guna mencari ridho Illahi

Budaya, culture sosial dan ciri keberagaman adalah nilai. Alam terbentang dan terhampar elok sebagai anugerah Illahi. Buka mata dengan mata-mata hati. Menulis dengan intuisi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menganti, Dusun yang Mengusik Rinduku

1 Oktober 2018   21:56 Diperbarui: 1 Oktober 2018   22:18 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Dok. Pribadi)

Coba serching google Map, Kauman tempat kita akan ketemuan dari tempat dimana saya menunggu, cuman tiga belas kilo. Tapi masak iya, saya harus berjalan sejauh itu lagi yang sebelum nya sudah jalan kaki setidak nya lima kilo meter, cerita nya jalan sehat ini nanti, bukan jalan-jalan alias travelling.

Sementara adek ku sudah standby dilokasi dimana kita janjian dan terus meluncurkan pesan pesan singkat nya by WA massangger untuk buruan datang. Jalan semakin pagi semakin baik dan bagus, begitu pinta nya. Padahal memang sudah aku perhatikan betul komitmen itu dan akupun memahami nya, kalau semakin pagi itu semakin baik, tapi dia kan tidak tahu derita apa yang sedang menimpaku, huff.

Sekitar satu jam lebih aku menunggu bus yang tak kunjung lewat sambil memainkan gawai buat hiburan, akhir nya ku coba bertanya pada anak kecil yang kebetulan lewat dan maen diselokan buat mencari ikan.

Belum sempat aku bertanya pada mereka ternyata agak jauh disamping tempat sebelum kumenunggu ada sebuah sekolahan SMP Negeri 1 Sidoharjo, sontak saja aku kaget, pasti ini bukan pasar Tengok, terus disamping itu pasar apa bukan?.

Setelah bertanya pada anak-anak yang bermain dilokasi selokan samping sekolah, kalau pasar Tengok yang biasa buat cegat bus di Sruweng masih di ujung jalan, sekitar satu setengah kilo dari lokasi saya menunggu, alamak saya salah tempat menunggu bus.

Untung saja saat itu ada abang becak lewat, langsung saja saya hentikan. Buat langsung mengantar ke tempat pemberhentian bus. Jika dipaksa jalan satu setengah kilo lagi sebener nya rela dari pada harus menunggu hampir dua jam karena salah lokasi pemberhentian. Begini itu repot nya jika berada di desa yang terpencil dan relatif sepi pula. Terkesan sia-sia aku menunggu tadi.

Ternyata dipasar Tengok ada bus yang lalu lalang, aku pikir mereka libur, mengikuti tanggal merah dan hari besar seperti anak-anak sekolah di Sidoharjo, huf bego nya diriku.

Bus yang kebetulan saat itu lewat bergegas ku tumpangi dengan segera, tidak perlu menunggu lama lagi karena memang tempat akses pasar Tengok merupakan akses yang dilalui bus dari tempat terdekat dari dusunku.

Tidak lebih dari lima belas menit saya sudah sampai di Kauman, dan ternyata murah saja tarif nya, cuman 5000 perak, tidak lebih. Coba dari tadi tidak salah tempat, jadi tidak sia-sia membuang waktu sebanyak itu. Masih kesel rasa nya mengingat kejadian tadi, masih bergumam pada diri sendiri.

Akhir nya sampai juga di Kauman, Gombong, disalah satu mini market dimana kita menentukan lokasi janjian sebelum nya. Sudah agak siangan kita ketemuan nya, sekitar pukul 9 pagi. Relatif siang buat nuntasin schedjule acara yang sebelum nya kita rencanakan.

Di mini market tersebut memang sebelum nya kita sengaja janjian buat nongkrong dulu, ngobrol, sambil menentukan planing buat jalan-jalan hari itu, karena memang obrolan semalam belum begitu kongkret.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun