Anggap saja aku kurang beruntung, tidak mendapat tumpangan dan harus rela jalan kaki setidak nya empat hingga lima kilo kedepan, huff.
Tapi tahu gak, seru juga jalan kaki di dusunku, suasana nya benar-benar beda, asri dan damai. Soal aku selalu disapa sapaan angin yang segar nan lembut, diiringi padi-padi yang mulai berisi hijau melambai, seakan mengajakku untuk mampir dan tinggal bersama. Jadi episode jalan kaki itu sangat nyaman, enak buat dinikmati dan memang gak bakal nyesel sekalipun sudah berjalan kaki sejauh itu.
Hari itu memang sudah kita rencanakan buat jalan-jalan. Yang pasti kepantai Menganti, jika cukup waktu bisa lanjut ke obyek wisata berikut nya, semisal benteng Van Der Wijk atau ketempat-tempat menarik lain nya. Setidak nya itu hasil obrolan dan kesepakatan semalam by Whats App Massengger bareng adek ku yang tinggal di Gombong.
Dengan adekku ini kita baru mengenal sekitar empat tahun. Kenal lewat media sosial, belum pernah bertemu sebelum nya, Tyas nama nya. Bisa kenal dan akrab karena mungkin kita kebetulan dari kota yang sama dimana tempat desa ku berada.
Kebumen memang desa yang senantiasa dan selalu kurindu, cuman memang jarang bisa buat sering-sering berkunjung ataupun silaturahmi sesama saudara-saudara disana. Karena memang kebetulan orang tua ku sudah tidak tinggal di desa, merantau ke Surabaya jauh sebelum saya lahir.
Terakhir berkunjung ke desa juga sekitar delapan tahun yang lalu, sementara orang tua memang lebih sering berkunjung ke desa dari pada saya, mengingat dusun Menganti merupakan tanah kelahiran mereka.
Kunjungan saya bersama orang tua kali ini karena lawatan takziah, beberapa hari sebelum nya kakak dari bapak yang merupakan bude saya meninggal dunia.
Untuk agenda jalan-jalan, sebelum nya kita janjian ketemu di salah satu mini market di daerah Kauman, Gombong, yang telah ditentukan adekku sebelum nya. Lokasi pertemuan ini juga belum pernah aku kunjungi, maklum kita datang dari tempat yang jauh, hehe. Harus searching ke google map atau bertanya sana sini kepada orang sekitar untuk tahu lokasi nya.
Alhasil sepanjang kaki melangkah bener-bener gak kedapatan ojek ataupun becak, mau tidak mau harus rela berjalan setidak nya lima kilo kepasar Tengok, Sruweng, tempat biasa bus lewat dan mangkal kemudian lanjut ke Gombong.
Sudah pukul tujuh pagi, apa karena memang sedang hari libur jadi semua aktifitas ikutan libur?. Memang begini ya, suasana desa yang relatif pelosok tersebut.
Hampir satu jam sudah menunggu tak kedapatan bus lewat, ada juga bus mini yang arah lewat nya berlawanan dengan tujuan ku.