Mohon tunggu...
Pudji Prasetiono
Pudji Prasetiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perjalanan serta penjelajahan ruang dan waktu guna mencari ridho Illahi

Budaya, culture sosial dan ciri keberagaman adalah nilai. Alam terbentang dan terhampar elok sebagai anugerah Illahi. Buka mata dengan mata-mata hati. Menulis dengan intuisi.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

"Salam Tempel" sebagai Bentuk Sedekah, "Insya Allah" Berkah

12 Juni 2018   20:40 Diperbarui: 12 Juni 2018   20:39 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salam tempel atau pemberian uang kepada anak-anak sudah merupakan tradisi dan budaya yang mengakar dalam masyarakat saat hari raya Idul Fitri. Tentunya sudah lama budaya ini. Kapan dimulainya, tidak ada catatan yang jelas.

Namun dalam sebuah hadist dijelaskan anjuran untuk bersedekah sangat banyak disebutkan dalilnya. Diantara dalil tersebut disebutkan dalam firman Allah SWT yang berbunyi "perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengandd, sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai tumbuh serratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki dan Allah maha luas (karunianya) lagi maha mengetahui". Penjelasan ini terdapat dalam Quran surat Al-Baqarah, ayat 261.

Apakah "salam tempel" sama dengan bersedekah?. Jika salam tempel sekaligus dimaksudkan sebagai sedekah tentu saja sangat dianjurkan, mengingat sedekah merupakan sebuah amalan yang sangat dianjurkan.

Sedekah juga dapat menghapuskan dosa-dosa dan kesalahan kita sebagai mana dijelaskan dalam hadist Rasulullah Saw yang berbunyi "sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api" (HR. Tirmidzi).

Salam Tempel  Sebagai Senyum Kemenangan

"Indri dan Yani mukanya masih nampak merona merah berseri, saat menerima "salam tempel" dari bude Tuti. Sedikit malu-malu tapi mau sepertinya dia. Indri masih kebagian salam tempel dari bude Tuti lebaran kemaren tahun lalu".

Begitulah budaya "salam tempel" saat lebaran Idul Fitri yang ada dalam keluarga kita. Budaya tersebut sudah dari dulu ada hingga kini "lestari". Diera dulu pun saat saya masih kanak-kanak seperti seumuran Yani, yang masih kurang dari sepuluh tahun, masih duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar hingga sampai seumuran Indri, yang sudah menginjak 17 tahunan, bakal ikut kebagian "salam tempel".

Begitu gembiranya mereka semua menerima "salam tempel", sekalipun tanpa melihat berapa besar nominal yang tersemat di dalam amplop masing masing. Pastilah dalam hati terselip sebuah perasaan kegembiraan yang begitu mendalam.

Seperti kita ketahui, pemberian "salam tempel" tidak terlalu sering, hanya pada saat moment lebaran atau Idul Fitri saja. Andaikan budaya "salam tempel" tersebut dilarang dan tidak diperkenankan, sekalipun hanya satu kali dalam setahun, saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan anak-anak dalam menyambut datang nya lebaran tiba. Anak-anak seperti Indri dan Yani, beserta anak-anak lain seumuran mereka yang belum bisa dan belum saatnya untuk mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Anggap saja itu sebagai sebuah bentuk apresiasi atas prestasi mereka dalam keberhasilannya menuntaskan puasa di bulan suci ramadhan yang mereka jalankan selama sebulan penuh. Sejatinya itulah ekspresi kemenangan dan kebahagiaan yang bisa mereka raih.

Salam Tempel Sebagai Bentuk Sedekah

Berbeda dengan kebahagiaan Indri dan Yani, disana masih ada anak-anak panti beserta anak-anak yatim yang saya rasa juga menginginkan kebahagiaan yang sama. Jika mereka mendapat uluran tangan berupa "salam tempel" dihari lebaran yang fitri, pastilah mereka bisa tersenyum seperti Indri dan Yani.

Janganlah "salam tempel" dijadikan sebuah bentuk perdebatan, melainkan jadikan salam tempel sebagai bentuk sedekah lain dari kita. Jika kita sebagai orang yang tidak sependapat dengan budaya "salam tempel" seperti yang diberikan bude Tuti kepada Indri dan Yani. Maka mereka, anak-anak panti dan yatim, adalah bagian yang tepat sebagai penerima "salam tempel" bentuk sedekah dari kita.

Kebahagiaan mereka juga kebahagiaan kita, sehingga mereka juga bisa menikmati dan merasakan kegembiraan yang sama di hari raya Idul Fitri. Idul Fitri yang selalu dinanti, untuk itu jadikan Idul Fitri sebagai moment kemenangan dan sekaligus keberkahan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun