Selama bulan suci Ramadhan kita kerap mendengar pemahaman-pemahaman keliru seputar puasa yang berkembang dimasyarakat sebagai sebuah mitos. Mengenai sesuatu yang boleh maupun yang dilarang dilakukan sepanjang puasa berlangsung.
Pemahaman-pemahaman keliru dan rancuh yang seharusnya tidak dianjurkan namun tetap berkembang menjadi sebuah kebiasaan.
Kalau boleh mengambil contoh, berbukalah dengan yang manis, berbukalah dengan minuman dingin, tidak melakukan olah raga saat puasa, begitu juga dengan fenomena, bulan puasa malah menjadikan pengeluaran hidup menjadi boros.
Persepsi dan sudut pandang dalam bulan suci ramadhan adalah, mengajak senantiasa untuk berhemat. Tidak berlebihan dan senantiasa rendah diri. Dengan begitu, saat bulan suci ramadan pengeluaran menjadi boros adalah sebuah pemandangan yang keliru dan perlu dikaji ulang "kejiwaan" ibadah puasa kita.
Coba kita tengok kembali pada tuntunan serta adab puasa yang telah diajarkan oleh baginda rasullulah Muhammad Saw, kepada kita semua. Beliau berbuka hanya dengan tiga butir kurma dan beberapa teguk air. Tidak lebih, setelah itu beliau melanutkan dengan ibadah.
Seirama dengan firman Allah dalam surah Al' Araf : 31 yang artinya, "Dan makan dan minumlah kamu, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguh nya Dia (Allah) tidak suka orang yang berlebih-lebihan".
Puasa sejatinya mendidik untuk menjadi sosok yang dermawan, bukan boros. Mengkonsumsi berlebih serta menghambur-hamburkan dan melakukan kegiatan berlebihan sejenisnya adalah jauh dari tuntunan.
Selama bulan puasa harusnya menjadi hemat. Kita mengkonsumsi makanan hanya dua kali selama bulan puasa, yakni saat sahur dan berbuka. Beda hal nya dibulan-bulan biasa, kita bisa mengkonsumsi makanan tiga kali dalam sehari.
Menurut hitung-hitungan, kita memiiki penghematan 30 kali jatah konsumsi makanan selama bulan puasa.
Tapi nyatanya  porsi makan yang cuman dua kali sehari tersebut ternyata menjadi lebih banyak. Jumlah makanan yang kita konsumsi tidak menjadi lebih sedikit, namun malah sebalik nya, menjadi lebih banyak.
Tidak terasa mulai dari bedug maghrib, sudah mulai "estafet" menyantap makanan makanan yang  ada didepan kita, pada kenyataan nya seperti itu yang sering kita dapati
Mulai dari makanan kecil, takjil dan seterusnya. Lebih tepatnya semua itu menjadi ajang "balas dendam" yang tanpa kita sadari  memperburuk dan memberikan dampak yang kurang baik bagi kesehatan dan alih-alih menjadikan "kantong kering" semakin nyata adanya.
Acara buka Bersama yang dibalut dalam metode reuni menambah kesan boros semakin kentara. Bagi yang terbiasa berbuka puasa dengan metode "balas dendam"' sebaiknya berhati-hati dengan apa yang sudah anda lakukan, atau malah sebaiknya hal tersebut anda hindari.
Mengkonsumsi makanan berlebih tanpa mempedulikan apapun itu tentu akan lebih mengakibatkan resiko penyakit susulan yang bisa ditimbulkan.
Dokter dan ahli kesehatan pun tidak menganjurkan mengkonsumssi segala makanan atau minuman yang tersedia dengan tidak memperdulikan apapun bentuk dan kandungan yang ada. Jangan asal penting bikin perut kenyang seketika begitu saja. Jika tindakan ini dilakukan secara terus menerus adanya malah bikin peningkatan kadar kolesterol darah dalam tubuh menjadi meningkat.
Bulan suci Ramadhan adalah bulan pengendalian. Pesan tersirat yang harusnya bisa kita ambil adalah kontrol diri dengan sebaik baiknya. Mengontrol dan membatasi segala asupan yang masuk kedalam tubuh.
Agar nilai puasa bisa benar-benar tercapai, terserap dan diterapkan mulai dari hal  yang paling kecil. Mulai mengontrol nafsu makan pada saat berbuka adalah yang terpenting.
Dengan makan secara bertahap, sedikit demi sedikit dari menu yang ringan ke menu yang berat dengan jeda waktu yang cukup. Begitulah point dari berbuka puasa dan puasa yang tepat sesuai dengan tuntunan.
Wasalam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H