Stadion NSC Olimpiyskiy, Kiev, Ukraina, akhirnya menjadi saksi torehan sejarah baru pencapaian Real Madrid dengan tiga kali beruntun dalam perolehan thropy Liga Champions Eropa musim 2017/2018.
Pengalaman bermain, ketenangan  dalam menjalani laga, serta mental dan ditambah jam terbang dikompetisi-kompetisi elite bergengsi Liga Eropa menjadi nilai lebih bagi Real Madrid dalam menjalani laga final.
Diatas kertas Real Madrid memang lebih diunggulkan, lebih berpengalaman ketimbang Liverpool. Tetapi bukan berarti Liverpool tanpa perlawanan dalam menghadapi nama besar Real Madrid. Liverpool tetap memberikan perlawanan berarti dalam laga final sarat gengsi tersebut.
Liverpool memiliki semangat dan pergerakan cukup tinggi, tidak melihat Real Madrid sebagai team besar lantas menyurutkan daya juangnya begitu saja. Namun dengan kematangan yang dimiliki Real Madrid, mampu meredam determinasi Liverpool yang tinggi dan tetap tenang dalam menghadapi perlawanan lawan.
Setidaknya itu gambaran umum yang bisa saya berikan dari final pertandingan Liga Champions, minggu pagi, 27 Mei 2018, saat jeda turun minum babak pertama pertandingan berlangsung. Sebelum maupun sesudah kejadian insiden Mo. Salah berlangsung.
Insiden Mo. Salah
Menit 31, Mo. Salah sudah harus ditarik keluar atas cedera yang dia alami. Yang berikutnya membuat "hentakan" Liverpool agak sedikit mengendor hingga blunder Loris Karius pada babak berikutnya, yang menambah "derita tangisan" di kubu Liverpool.
Saya menyimak betul sebuah kesedihan dari raut muka Mo. Salah, dengan mata berkaca-kaca, hingga harus "undur pamit" karena tidak bisa melanjutkan pertandingan hingga akhir. Laga final yang sudah ditunggu-tunggu, bahkan oleh banyak pemain yang tidak berkesempatan untuk tampil diputaran final itu harus rela diakhiri lebih awal lantaran cedera lengan .
Kesedihan Mo. Salah bukan lantaran menahan sakit atas cedera lengan nya, melainkan harus mundur dengan terpaksa, sehingga tidak bisa membela team di partai puncak. Bukan pula lantaran karena penampilan dilapangan yang kurang,
Sementara dari kubu Real Madrid, tidak luput akan kejadian yang serupa. Dani Carvajal mengalami kesedihan yang hampir sama dengan Mo. Salah, lantaran harus keluar karena cedera. Setelah dilanggar oleh pemain Liverpool lainnya.
Dari insiden yang dialami oleh Mo. Salah menjadikan drama serta kontroversi tersendiri, yang sampai saat ini menimbulkan perdebatan sekaligus menimbulkan simpati, serta hujatan di sisi lain bagi Sergio Ramos.
Insiden Mo. Salah menimbulkan pro kontra dan menimbulkan hujatan cukup serius bagi Sergio Ramos selaku "lawan tanding", yang menarik untuk diulas secara khusus tersendiri. Apakah memang Sergio Ramos bersalah atas Mo. Salah atas yang dihujatkan pada dirinya?. Ataukah itu murni "kecelakaan"?, nah terlalu Panjang untuk diulas didalam bab ini!.
Kejeniusan Strategi Zizou
Keberanian Manager Zinedine Zidane dalam menerapkan pola permainan yang tepat dan mengganti disaat yang tepat, serta permainan Real Madrid yang sarat pengalaman menjadi kunci utama. Strategi Liverpool terkesan monoton dengan pola permainan yang diterapkan oleh Jurgen Klopp. Begitu saat Mo. Salah ditarik keluar lantaran cedera, pola permainan tidak berubah dari skema 4-3-3.
Keteledoran Loris karius mengawali gol Real Madrid pada menit ke 51'. Mungkin lantaran ia kurang fokus hingga melemparkan bola ke Karim Benzema yang berada paling dekat di depan matanya, bukan kepada pemain setim Liverpool lainnya. Hal yang sungguh menjadi penyesalan tersendiri, menjadi bumbu drama kedua, setelah insiden Mo. Salah.
Setelah gol yang diciptakan mane, sebagai penyeimbang kedudukan 1-1 pada menit ke 55 sudah tidak ada sesuatu tekanan berarti dari kubu Liverpool.
Rotasi pemain dan pola permainan yang tidak mengikuti ritme hasil lapangan membuat tambahan faktor kegagalan Liverpool yang hanya menguasai 34% penguasaan bola. Dengan minimnya shoot on target dan banyaknya pelanggaran yang mereka buat sendiri semakin memperlihatkan Klopp hanya terpaku dengan pola yang sama, monoton. Tidak hanya Loris Karius yang menjadi penyebab paling banyak yang harus dievaluasi.
Kejeniusan strategi dalam meramu pola permainan yang oke dan pas, itu serta merombak disaat yang pas membuat Jurgen Klopp harus belajar banyak dari Zinedine Zidane.
Bale, Man of The Match
Sementara Sumbangan gol-gol Real Madrid tidak jauh-jauh dari trio BBC (Bale, Benzema, dan Cristiano) sekaipun Zidane sering merombak rombak formasi tapi nyatanya formasi ini yang memang mantap buat pola Real Madrid dengan catatan semua trio dalam kondisi fit.
Determinasi Isco yang dirasa kurang dan tidak membuahkan hasil dari berbagai peluang yang ada, meleset dan melenceng hingga hanya membentur mistar gawang, merupakan situasi yang langsung bisa terbaca oleh sang manager. Disaat yang pas dan tidak menunggu lama, buru-buru Garet Bale masuk pada menit ke 62untuk merotasi Isco.
Bale masuk bagaikan Predator "haus dan lapar". Umpan-umpan matang tereksekusi dengan baik dan sempurna. Hanya butuh waktu berselang dua menitan setelah pergantian dengan Isco, Bale sudah menciptakan gol.
Gol sepeda, tapi saya lebih cenderung menyebutnya dengan gol salto, yang nyaris sama saat gol yang diciptakan oleh Ronaldo pada pertandingan perempat final leg ke-1 kontra Juventus. Saking briliant nya gol tersebut sampai-sampai Ronaldo mendapat standing aplaus dari pubik pemirsa Juventus di Allianz arena, masih ingat betul saya aksi spektakuler CR7 tersebut.
Dimenit 64 Bale menciptakan gol yang hampir sama itu setelah berhasil memanfaatkan umpan silang manis dari Marcelo.
Man of the match menjadi pantas diberikan kepada Bale dengan ketajaman dan skill permainan yang cepat dengan power terlebih dengan tambahan gol yang tercipta dimenit ke-83 lagi-lagi Karius menciptakan blunder nya sendiri, saat bola yang sudah ditangkapnya terlepas menuju jalanya sendiri, sehingga kedudukan semakin menjauhkan Liverpool dari pencapaian trophy Liga Champions untuk kali ke-6.
Tiga Thropy Satu Pelatih
Pencapaian Tropy Liga Champions Real Madrid diraih beruntun selama tiga kali pada tahun 2016, 2017, dan 2018 yang kesemuanya dimasa kepelatihan Zinedine Zidane.
Ditahun 2016, Real Madrid berhasil mengalahkan rekan senegara Spanyol, sekaligus sekota, Atletico Madrid pada partai puncak. Stadium San Siro, Milan, Italia, menjadi venue perhelatan puncak. Skor 1-1 yang dilanjutkan dengan adu penalty dan skor akhir 5-3 untuk Real Madrid.
Sementara untuk episode 2017, Real Madrid berhasil menumbangkan Juventus di partai puncak. Stadium Millenium, Cardif,, Wales, menjadi saksi kejayaan CR7 saat itu. Skor telak 4-1 menjadi hasil akhir yang harus rela diterima Bufon dan kawan-kawan.
Kini di 2018 Real Madrid berhasil mencatatkan sejarah di Stadium NSC Olimpiyskiy, Kiev, Ukraina, dengan menundukkan Liverpool. Skor cukup telak 3-1 menjadi skor akhir pertandingan yang baru kemaren berlangsung.
Pencapaian ini menjadi sangat sulit untuk disamai oleh klub lain dengan perolehan tiga kali beruntun, terlebih dengan kepelatihan yang sama. Moment ini menciptakan sejarah baru. Secara tersendiri bagi Real Madrid dan Zinedine Zidane selaku Manager klub.
Inilah hasil pemahaman dan pengalaman serta pengetahuan akan kemampuan pemain yang dimiliki oleh manager Zinedine Zidane selama yang ia terapkan dalam semua episode pertandingan di La Liga Spanyol pada tiap musimnya selama masa kepelatihannya di Real Madrid.
Trophy La Liga bolelah lepas dari genggaman Real Madrid dan harus rela dibawa pulang Barcelona. Tapi dengan berhasilnya Real Madrid dalam mempertahankan gelar Liga Champions secara beruntun sebanyak tiga kali, merupakan sesuatu pencapaian yang lebih elite, lebi prestige dan lebih mengena sepanjang masa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H