Mohon tunggu...
Dua Cerpen
Dua Cerpen Mohon Tunggu... -

2cerpen merupakan komunitas yang mempunyai tujuan membangkitkan minat baca masyarakat. Kami menyediakan cerpen dan berita berkualitas yang bisa dinikmati siapapun yang terdiri dari cerita lucu, cerita rakyat, dongeng, sejarah dan bacaan lain yang terus diupdate.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Indahnya Perbedaan

4 November 2016   09:19 Diperbarui: 4 November 2016   09:33 2276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruri adalah seorang gadis yang masih muda ketika orangtuanya mengirimnya pergi dari rumahnya di Jakarta untuk tinggal di kota besar di Inggris bernama London.

Ruri tidak suka gagasan untuk pergi tinggal bersama sepupu-sepupunya di Inggris, tapi ibunya berkata kepadanya, “Ini merupakan yang terbaik nak. Disini tidak lagi aman dan kamu akan memiliki berbagai  macam pengalaman menarik dengan teman-temanmu yang baru.”

Si Ruri kecil ingin menangis karena dia mencintai ibu dan ayahnya dan dia tidak ingin meninggalkan mereka. Apalagi, dia juga tidak mengenal sepupunya sama sekali. Mereka hanya pernah berkunjung sekali dan Ruri masih terlalu kecil saat itu untuk mengerti apa yang dibicarakan karena mereka tidak berbicara bahasa Indonesia yang membuat Ruri merasa aneh.

Dan hari itu tiba dan orangtua Ruri mengantarnya ke bandara dimana ia akan ditemanin ke pesawat oleh bibinya.

“Aku takut,” kata Ruri pada saat ayah dan ibunya menggandengnya ke bilik kecil dimana orang melihat passport dan tiketnya.

“Bagaimana mungkin kamu bisa takut?” Tanya si ayah. “Bukankah kamu gadis pemberani yang tidak takut ketika ada bom meledak di kota kita? Dan bukankah kamu yang berani pergi kemanapun tanpa peduli akan begal di jalan?”

“Tapi, itu berbeda,” kata Ruri. “Ini adalah rumahku dank otaku.”

Ibu Ruri berlutut disamping sang anak dan memeluknya sambil membelai rambutnya. Dia berkata kepada anaknya: “Aku tahu bahwa kamu akan membuat kami bangga nak. Dan kamu tidak perlu cemas, ayah dan ibu akan segera datang ke London dan kamu bisa menunjukkan semua hal yang kamu lihat disana. Ibu yakin kamu akan berbicara bahasa Inggris lebih baik dari sekarang dan bisa mengajari ibu kata-kata baru.”

Ruri menyukai ide untuk mengajari ibunya kata-kata baru karena Ruri selalu merasa bahwa ibunya dalah wanita terpintar di seluruh dunia.

“Aku kira aku bisa lakukan itu,” kata gadis kecil itu saat bibinya meraih tangannya dan memberitahunya bahwa sudah saatnya untuk masuk ke pesawat karena akan segera berangkat.

Selama perjalanan yang panjang ke Inggris, Ruri kecil berusaha membayangkan hidup barunya akan seperti apa. Dia bertekad untuk belajar dengan baik di sekolah dan dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan membuat orangtuanya bangga. “Aku bisa melakukan ini,” pikirnya. “Aku bisa melakukan ini semudah aku memetik bunga.”

Lalu gadis kecil itu pun tertidur dan bermimpi tentang London. Dia bermimpi tentang jam yang tinggi dan sungai yang lebar; dia membayangkan seorang lelaki tua memakai topi, wanita dengan paying, bis berwarna merah dan rumah besar dimana sang ratu tinggal dengan semua penjaganya yang memakai topi bulu yang tinggi dan sepatu boots.

Tapi ketika ia tiba di bandara di London tidaklah sesuai apa yang dibayangkannya. Langitnya berwarna abu-abu dan sangat berangin dan hujan. Ruri berharap jika dia tidak memakai sandal karena jari-jari kakinya menjadi sangat dingin. Dan yang paling buruk adalah perasaan bahwa semua orang melihatnya dengan aneh.

Ruri menyadari bahwa dia adalah satu-satunya  yang memakai hijab. Seorang gadis yang berada di dekatnya menunjuk kepadanya dan tertawa sambil bertanya kepada ibunya: “Kenapa dia memakai kain itu dan diselipkan di kepalanya?”

Si ibu menarik anak gadis tersebut dan memberitahunya bahwa tidak sopan untuk menunjuk ke seseorang. Ruri ingin memberitahu gadis tersebut jika itu bukanlah sebuah kain, tapi merupakan hijab dan di Jakarta, banyak gadis-gadis, ibu-ibu yang mengenakan hijab karena itu sudah menjadi bagian dari budaya.

Tentu saja, Ruri ingin membuka hijabnya karena dia tidak suka dipandangi secara aneh seperti itu dan dia berharap dia berada di Jakarta yang cerah dan jari kakinya akan merasa hangat.

“Ayo kita pulang,” kata si bibi sambil menuntunnya ke taksi berwarna hitam dengan lampu berwarna oranye diatasnya.

Ruri merasa bahwa supir taksi tersebut terdengar lucu. Tidak seperti guru inggrisnya, supir tersebut sering berkata “Blimey” dan “awright Love, where to?” Ruri kecil tidak mengerti kata-kata tersebut, tapi untungnya si bibi mengrti dan mereka segera melesat melalui kota menuju rumah barunya.

Ruri ingin bertanya kepada bibinya mengapa dia tidak memakai hijab di Inggris meskipun dia selalu mengenakannya ketika berkunjung ke Jakarta. “Dia pasti sedang menyamar,” piker si gadis kecil. Tapi Ruri juga ingat bahwa ibunya selalu berkata untuk tidak menyembunyikan dirinya yang sesungguhnya dari orang lain, maka Ruri merasa bingung mengapa bibinya memilih untuk menyamar di Inggris.

Ternyata London adalah tempat yang sangat aneh. Tiada hari tanpa hujan selama minggu pertamanya disana dan Ruri tidak berpikir tentang musim panas sama sekali. Dia kesulitan untuk mengerti apa yang dikatakan oleh orang-orang, meskipun semua orang bilang bahwa bahasa inggrisnya sangat baik. Dia juga menyadari bahwa tidak sembarang orang yang dapat menyapa ratu di rumahnya yang besar meskipun ada ratusan kamar untuk menyambut tamu.

Gadis muda itu sangat kecewa atas rumah barunya dan dia merindukan ibunya, ayahnya dan temannya. Bahkan makanannya terasa berbeda: warnanya abu-abu seperti cuaca disana dan berasal dari sebuah kotak yang diambil dari freezer, tidak seperti ibunya yang sering memasak rendang, gado-gado dan kue nastar.

Ketika tiba saatnya bagi Ruri untuk pergi ke sekolah barunya, dia merasa sangat cemas dan berusaha untuk meyakinkan bibinya bahwa dia terlalu lemah untuk bangun dari tempat tidur.

“Aku tidak ingin pergi,” katanya. “Aku tidak tahu siapapun dan orang-orang terus saja melihatku!”

“Ada banyak anak-anak di sekolah yang juga mengenakan hijab seperti kamu nak,” kata si bibi. “Aku yakin kamu akan berteman dengan banyak orang hari ini, lihat saja nanti.”

Tapi itu tidak terjadi sama sekali, awalnya. Memang ada gadis lain yang mengenakan hijab, tapi mereka semua lebih tua dari Ruri dan mereka tidak mau berbicara dengannya. Gadis-gadis di kelasnya menunjuk dan menertawakannya. Mereka semua memiliki rambut berwarna coklat dan pirang dan mata yang berwarna biru, dan mereka tidak mau berteman dengan si gadis baru karena dia berbeda dari mereka dan mempunyai kulit yang gelap dan mengenakan hijab. Sangatlah tidak nyaman merasa berbeda dari yang lain dan Ruri berharap sekali lagi jika ia berada di rumah bersama ibunya.

Pada saat istirahat makan siang, dia duduk di pinggiran taman bermain sambil membuat rencana untuk kembali ke rumahnya di Jakarta, lalu seorang anak laki-laki mendekatinya.

“Namaku Stephen,” kata anak laki tersebut. “Apakah kamu mau berbagi sebagian milkshake-ku bersama-sama?” anak laki tersebut menawarkan Ruri strawberry milkshake dengan sedotan diatasnya.

Ruri merasa bahwa milkshakenya sangat enak dan harus menahan dirinya untuk meminum semuanya.

“Tidak usah perhatikan yang lain. Mereka juga suka berlaku kejam kepadaku karena aku tinggal bersama ibuku. Ayahku meninggalkanku dan sekarang hanya aku berdua bersama dengan ibuku. Ibuku itu sangat hebat dan merawatku dengan sangat baik, tapi kami tidak memiliki banyak uang dan mereka selalu menertawakanku karena mereka berkata aku miskin dan memiliki pakaian yang kotor.”

Anak laki tersebut lalu tertawa lebar. “Mereka itu konyol. Mereka tahu apa sih?”

Ruri tertawa karena Stephen memiliki senyum yang manis dan dia juga memiliki tanda kumis dari milkshake karena dia meminumnya langsung dari botol.

Gadis muda itu mengakui bahwa dia tidak pernah membiarkan pendapat orang lain mengganggu dirinya sebelumnya, lalu kenapa harus dia mulai sekarang?

“Kamu betul,” kata gadis itu, “Mereka tau apa sih!” dank arena telah diberikan milkshake, Ruri mengeluarkan beberapa buah nastar dari kantongnya dan membagi kue itu kepada teman barunya.

“Menurutku, syal kepalamu terlihat sangat keren,” kata Stephen sambil memakan nastar tersebut dengan satu gigitan.

“Namanya hijab,” Ruri memberitahunya

Tiba-tiba Stephen menarik bajunya keatas kepalanya sehingga ia juga memakai sejenis hijab. Ruri tertawa sangat keras karena anak laki tersebut terlihat sangat lucu. Dia membayangkan kalau orangtuanya akan menyukai Stephen karena dia adalah anak yang kuat dan selalu melihat hal yang positif dalam hidup ini. Hal tersebut merupakan pelajaran yang diberikan oleh ibunya.

Lalu mereka tanpa mengenal waktu, bermain banyak permainan, seperti ‘Truth or Dare’, berlarian di taman bermain, saling mengejar di seluruh tempat. Mereka bertukar cerita dan Ruri bercerita tentang kehidupannya di Jakarta dan Stephen bercerita tentang hal-hal menarik yang bisa dilakukan di London, seperti main di taman atau pergi ke kebun binatang atau pergi ke bioskop.

Tidak lama setelah itu, anak-anak lain memperhatikan bahwa seberapa senangnya Ruri dan Stephen bermain berdua, dan mereka segera berkumpul di sekitarnya untuk ikut bermain dan berbagi cerita. Sebelum bel berbunyi yang menandakan agar anak-anak kembali ke kelas, ada sekumpulan anak-anak yang mendengarkan Ruri bercerita tentang kehidupan di Jakarta dan bagaimana dia haru bersembunyi dibawa ranjang ketika ia mendengar ada ledakan bom di dekat rumahnya, atau bagaimana ia berkunjung ke rumah pamannya yang berada dekat dengan pantai saat liburan. Anak-anak tersebut terkesan dengan cerita-cerita dari Ruri dan tidak bisa menahan diri untuk bertanya.

Sebaliknya, Ruri bertanya tentang Inggris dan mengapa disana sangat dingin meskipun sekarang sedang musim panas, dan mengapa ratu tidak menyukai pengunjung. Pertanyaan ini membuat anak-anak lain tertawa.

Pada akhirnya, seorang guru harus keluar ke taman bermain untuk memanggil anak-anak agar kembali ke kelas karena mereka tidak sadar bahwa bel telah berbunyi karena mereka sedang bersenang-senang.

Dalam perjalanan kembali ke kelas, Ruri merasa bersyukur terhadap Stephen karena ia telah menunjukkan sesuatu yang sangat penting. “Bahwa tidak apa-apa untuk menjadi berbeda,” dia berkata pada dirinya sendiri. Bahkan, perbedaan itu bisa menjadi sangat indah. “Dan dengan pemikiran ini dipegang teguh dalam pikirannya, Ruri bertekda untuk membuat kehidupan baru untuk dirinya sendiri di Inggris dan membuat orangtuanya bangga. “Siapa tahu mungkin saat ibu dan ayahku sampai disini, mereka akan tahu bagaimana saya bisa bertemu ratu.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun