Mohon tunggu...
2Aji Setiawan
2Aji Setiawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Simpedes BRI a/n Aji Setiawan ST KCP Bukateja no cc: 372001029009535
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

www.ajisetiawan1.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Ekosistem Industri Halal Indonesia

3 November 2019   12:58 Diperbarui: 3 November 2019   13:13 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Animo dan minat masyarakat Muslim menyelenggarakan haji dan umrah atau wisata religi juga memunculkan optimisme bagi perkembangan industri pariwisata halal yang terus bergeliat di tanah air. Perbaikan regulasi, pengawasan, pembiayaan, dan pelayanan yang dilaksanakan Kementerian Agama melalui Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah berimplikasi positif bagi pembenahan industri yang memadukan unsur religi dan wisata ini. Jemaah haji Indonesia sebanyak 231.000 (tahun 2019) adalah jumlah terbesar jemaah haji di dunia. Ada informasi bahwa Arab Saudi akan menambah kembali kuota haji Indonesia sampai 250.000 jemaah.

Belum lagi kalau mereka menawarkan paket wisata religi di tanah air yang destinasinya tak kalah dengan negara lain. Misalnya ziarah Wali Songo yang digemari oleh masyarakat muslim Jawa dan Kalimantan. Kini ziarah seperti ini melibatkan sektor-sektor bisnis yang krusial: travel agent, tiketing, transportasi, edukasi, kuliner, pembimbing ziarah, dan berkecambahnya ekonomi sektor riil di kalangan masyarakat sekitar lokasi ziarah. Masjid-masjid bersejarah dan berarsitektur indah di berbagai kota menjadi incaran para pelancong yang ingin memuaskan dahaga spiritual. Kuburan atau makam wali dan penyebar agama Islam tak pernah sepi dari ziarah setiap hari. Artefak-artefak kebudayaan termasuk didalamnya museum tak luput dari jepretan wisman yang segera diunggah via media sosial.

Berjalan berkelindan dengan itu, market islamic/moslemfashion terus menanjak. Saat ini Indonesia jadi kiblat islamic fashion dunia. Desainer-desainer busana muslim Indonesia memiliki market cukup besar di Asia bahkan dunia, termasuk di Uni Emirat Arab. Di sektor ini, menurut laporan State of the Islamic Economy Report, 2019 menempatkan Indonesia sebagai negara kedua tertinggi setelah UEA (Uni Emirat Arab).

Kementerian Perindustrian menyebutkan tahun 2018-2019 pengembangan industri fashion muslim dilakukan dengan melibatkan sebanyak 656 pelaku IKM fesyen dan 60 desainer. Dengan tujuan mewujudkan Indonesia sebagai kiblat fashion muslim dunia, baru-baru ini dihelat Muslim Fashion Festival Indonesia (MUFFEST) 2019 di Jakarta. Menariknya, MUFFEST 2019 menggaungkan tawaran trend fashion Muslim 2020 yang diarahkan sebagai identitas busana muslim Indonesia.

Satu sektor lagi yang tengah digenjot pemerintah adalah kawasan industri halal. Kementrian bersama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengembangkan kawasan industri halal untuk memperluas jangkauan produk makanan dan minuman, kosmetik, ekonomi kreatif, dan garmen. Selaras dengan model ini, beberapa waktu lalu Presiden Jokowi meresmikan Halal Park sebagai embrio dari proyek halal district, di Kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta.Menurut inisiatornya, Diajeng Lestari,Halal District ini rencananya akan menjadi pusat gaya hidup halal di Indonesia, selain ekosistem bagi para pelaku bisnis yang bergerak di industri halal. Industri yang dilibatkan dalam proyek ini mulai dari mode, makanan dan minuman, pariwisata, perbankan, hingga financial technology (fintech) syariah.

Meski baru, konsep Halal Park sebenarnya banyak dicontohkan beberapa negara mode dunia, misalnya Milan, Italia yang membangun Fashion District. Wisatawan yang datang ke Milan bisa tahu kemana mereka harus pergi bila ingin berbelanja produk fashiondengan kualitas terbaik. Kira-kira nantinya Halal Park akan menjadi pusat untuk menemukan produk-produk halal dan berbasis syariah. Konsep yang realistis karena ekosistem halal sudah mewabah kemana-mana. Market halal Indonesia termasuk salah satu terbesar. Sehingga dari sisi produktivitas,inisiasi halal park ataupun kawasan industri halal lebih memberi jalan lempang bagi hilirisasi berbagai produk halal yang sudah ada segmennya masing-masing. Ekosostem yang dibangun tuntas: dari hulu ke hilir.Stimulus ke pelaku usaha yang bergerak di berbagai sektor halal dilakukan melalui halal supply chain management yang memadai, sisi hilir digarap melibatkan multi-stakeholder halal melalui pembangunan berbagai sarana seperti halal district dan semacamnya.

Kalau kita berhasil memadukan ini, optimis semua kekuatan untuk mengangkat industri halal Indonesia ke tingkat dunia akan terlaksana. Sebagai motor pertumbuhan ekonomi, ladang kreativitas dan produktivitas generasi muda, dan mengangkat industri halal sebagai sumber kesejahteraan umat seperti harapan Presiden Jokowi, di mana ekonomi syariah di Indonesia mempunyai omzet Rp 45000 trilyun, bukan hanya silat lidah atau isapan jempol dan sangat menggiurkan untuk membangkitkan ekonomi nasional.(***) Penulis adalah pemerhati masalah sosial dan ekonomi, alumni Jurusan Teknik Manajemen Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia , Yogyakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun