Mohon tunggu...
2Aji Setiawan
2Aji Setiawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Simpedes BRI a/n Aji Setiawan ST KCP Bukateja no cc: 372001029009535
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

www.ajisetiawan1.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tiga Pilar Sumpah Pemuda

27 Oktober 2019   13:10 Diperbarui: 27 Oktober 2019   13:15 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam konteks di Indonesia sejak sekitar 74 tahun kemerdekaan RI, proses transformasi sosial budaya mengalami tiga masa kemandekan sistem pendidikan politik, sosial dan budaya yang berlarut-larut. Proklamasi Kemerdekaan Negara Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 merupakan buah sejarah dan puncak perjalanan panjang perjuangan bangsa Indonesia.

Setiap peristiwa memiliki keterkaitan dan benang merah yang kuat antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lainnya. Momentum berdirinya berbagai organisasi sosial politik yang dimulai dari tahun 1893 oleh Syaikh Hasyim Asy'ari dengan pesantren Tebuireng. Pergerakan dan perlawanan baik kooperatif terorganisir resmi sejak tahun 1901 dengan berdirinya organisasi keagamaan keturunan Arab yakni Jami'at Kheir Rabithoel Alawijah.

Disusul dengan makin terbukanya sikap Belanda, mulailah bermunculan banyak organisasi pemuda dan agama seperti Syarikat Dagang Islam (SDI) tahun 1905, Budi Oetomo (1908), Muhammadiyah (1918), Hoolf Bestuur Nahdlatoel Oelama (HBNO, 1926) dan berpuncak dbengan Sumpah Pemuda I (1925) dan Sumpah Pemuda II (27-28 Oktober 1928), Masyumi (1945) muara akhirnya adalah Proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan satu tonggak sejarah perjuangan pergerakan nasional yang monumental. Rangkaian sejarah itu menggambarkan ikhtiar kolektif bangsa Indonesia membebaskan diri dari imprealisme dalam rangka membangun jiwa dan raga sebagai satu bangsa, yakni Bangsa Indonesia. 

Adalah Ir. Soekarno memandang bahwa ,"Tidak ada dua bangsa yang cara berjuangnya sama. Tiap-tiap bangsa mempunyai cara berjuang sendiri. Oleh karena itu, pada hakekatnya bangsa sebagai individu mempunyai kepribadian tersendiri. Salah satu karakteristik bangsa Indonesia sebagai Negara bangsa  adalah kebesaran, keluasan, dan kemajemukannya.

Dimana Negara bangsa Indonesia yang terdiri dari 1.128 suku bangsa dan bahasa,, 17.508 pulau yang membentang dari Sabang-Merauke ini diperlukan sebuah kesatuan yang kokoh di wadahi dalam bangsa persatuan yaitu Bhineka Tunggal Ika. Untuk itu diperlukan satu konsepsi, kemauan dan kemampuan yang kuat dan adekuat (memenuhi syarat/memadai), yang dapat menopang kebesaran, keluasan, dan kemajemukan Indonesia. 

Para pendiri bangsa Indonesia berusaha menjawab tantangan tersebut dengan melahirkan sejumlah konspesi kebangsaan dan kenegaraan , antara lain yang berkaitan dengan dasar Negara, konstitusi Negara, bentuk Negara dan wawasan kebangsaan yang dirasa sesuai dengan karakter keindonesiaan.  

Bangunan kosmotalisme masyarakat beraneka ragam ini (kemajemukan) akan terwujud bila pertama, proses transformasi budaya, masyarakatnya harus sudah memiliki komitmen yang tinggi atas pembersatuan yang hakiki. Langkah kedua, untuk menuju transformasi sosial politik haruslah semakin diberdayakan pendidikan politik dan demokrasi kepada masyarakat.Ketiga harus disadarinya bahwa kemajemukan adalah keharusan sejarah, 4 pilar demokrasi Indonesia mulai dari Pancasila, NKRI, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika adalah sesuatu yang final meningkat seluruh komponen Bangsa Indonesia

Upaya pemahaman sejarah oleh warga Negara merupakan bagian dari usaha menempatkan bangsa dalam konteks perubahan zaman yang terus berlangsung, sehingga sumber-sumber sejarah akan dapat dijadikan sebagai pemersatu dan pengikat identitas bangsa di tengah perkembangan hubungan dunia internasional. Setiap warga Negara harus mengetahui gambaran sejarah Negara, sehingga Negara berkewajiban untuk sejauh mungkin memperkenalkan visi kesejarahan dan memberikan gambaran tentang sebuah sejarah nasional yang dapat dipahami dari generasi ke generasi. Melalui penegasan kesejarahan nasional, identitas bangsa akan terus terpelihara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Perjalanan bangsa Indonesia tentu tidak bisa tidak lepas dari peran pemuda di dalamnya, sampai-sampai ada kementrian khusus yakni Menteri Pemuda dan Olahraga yang membawahi dan membina organisasi pemuda baik di organisasi agama, politik, ekonomi, hukum, sosial budaya, olah raga, seni , pariwisata dan lain-lain. Ini menandakan betapa peran pemuda tidak bisa dipandang sebelah mata.

Idealisme pemuda dimulai saat usia menginjak dewasa (masa pubertas) tentu menyisakan sebuah harapan sekaligus masalah di kemudian hari. Di mana tantangan masa muda itu bila dipergunakan dengan kegiatan positip akan melahirkan karya cipta anak bangsa, namun bila sudah tergerus oleh himpitan kapitalisme dan hedonisme maka angka pegangguran meningkat dan kriminalitas remaja merajalela dan hanya menyisakan pemuda sebagai sampah masyarakat.

Kesadaran perubahan (daya kritisme pemuda) bila dikelola dengan baik melalui organisasi pemuda   baik secara alamiah (evolusi) maupun yang bentukan (revolutif) melahirkan kesadaran bersama, bahwa pemuda adalah bagian dari agent of  change arah perjalanan bangsa baik di kota maupun di desa. Peran pemuda sangat signifikan, masih sangat banyak pekerjaan rumah yang harus di selesaikan. Penggarapan potensi desa, misalnya ini bukan mission imposibel di mana pemuda menjadi bagian dari pembangunan desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun