Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Media Hantu Menguji Toleransi Kita

17 Agustus 2016   22:40 Diperbarui: 18 Agustus 2016   02:44 1011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kubilai Khan dikenal memiliki toleransi yang sangat tinggi. Dia menjadi tokoh pemimpin dunia pertama yang menyatakan hari-hari besar agama Budha, Kristen, Yahudi, dan Islam dijadikan hari libur resmi kenegaraan, sebab wilayah kekuasaannya sangat luas sampai seluruh Cina, Korea, Burma, Vietnam, dan Kamboja. Pasukan Mongolia pernah melakukan agresi militer ke Jepang dan Jawa (Kerajaan Singasari), namun tidak berhasil. Dalam hal libur resmi kenegaraan yang terkait dengan hari-hari besar Agama, Indonesia sudah mencontohnya, dan itu memang salah satu point penting bagi nilai toleransi di Indonesia.

Sejarah dunia mencatat bahwa Mongolia adalah satu-satunya negara yang kekuasaannya mendekati dominasi atas seluruh dunia (global domination). Kekuasaannya waktu itu adalah: China, Mongolia, Russia, Korea, Vietnam, Burma, Kamboja, Timur Tengah, Polandia, Hungaria, Arab Utara, dan India Utara. 

Jadi tidak semua orang bermata sipit itu Cina, tapi bisa jadi keturunan Mongolia, namun yang terjadi di Indonesia kaum gagal belajar sejarah itu menuding orang Cina bila ada yang dianggapnya tidak sejalan dengan ideologinya. Keturunan mongol memang sudah lama ada di Indonesia dan beranak-pinak hingga sekarang, selain dari Yunan. Artinya tidak semua manusia itu kejam dalam arti suka membunuh, atau tidak mempunyai toleransi yang tinggi terhadap keberagaman umat beragamanya. Kubilai Khan sangat menghargai umat beragama, tidak memihak dan tidak melarang mereka mendirikan tempat ibadahnya.

Catatan Buram Manusia 

Pada dasarnya manusia itu lemah, terlalu egois demi menumpahkan darah, mengutuk sesama manusia, mengutuk kehidupan, bahkan mengutuk apa saja yang tidak sesuai dengan egoismenya. Manusia akan terus berteriak demi moralitas yang luhur dan mulia, namun sering lupa diri untuk mempraktikkan apa itu sifat luhur dan mulia. Benarkah zaman semakin maju menuju lembah gelap di ujung jalan dalam abad yang penuh krisis moral ini?

Catatan buram sejarah manusia akan terus tertulis sebagai wilayah tingkah laku yang sengaja maupun tidak sengaja sebagai hasrat akan keberadaan sebagai fakta historis. Sementara penyebab metafisisnya atau validasi objektifnya kadang tidak menjadi perhatiannya.

Meskipun ide tentang Tuhan dan pengalaman religius yang diimplikasikan muncul dari zaman yang sangat jauh, hal tersebut dapat dan telah digantikan berulang kali oleh "bentuk" religius yang kita sebut agama itu. Sejak itulah manusia mulai meninggalkan cakrawala arketipe dan pengulangan tidak lagi dapat mempertahankan dirinya sendiri kecuali ide tentang ALLAH dalam Agama yang dibuatnya, hanya untuk mengasumsikan eksistensi Tuhan sebagai "pentasbihan".

Lalu kenapa manusia beragama sering lupa diri akan kebersamaan sebagai manusia? Mereka lebih merasa menjadi manusia ketika menolong orang yang sama daripada orang yang tidak dikenalnya. Begitulah yang sering terjadi, manusia masih lebih mementingkan egoismenya daripada perintah Allah yang sebenarnya.

Media Hantu

Beruntunglah kita yang tinggal di Indonesia yang mempunyai Pancasila sebagai dasar negara kita, walau era media sosial sudah menggurita dan menelan waktu kita di setiap harinya, bahkan bisa membuat kecemasan atau ketakutan yang over dosis, bisa juga membuat suatu penyakit, paranoid, yang membuat hidup sangat tak nyaman dan masalah menjadi makin kompleks, namun sendi-sendi kerukunan masih bisa terjalin erat dengan perekat dari sila-sila Pancasila yang mestinya kita bangkitkan kembali, hayati, dan terapkan dalam kehidupan yang semakin modern ini.

Media sosial bisa jadi media hantu yang bisa membuat orang terganggu, cemas, dan takut apalagi bila menghadapi bullying dari netizen yang sering tak jelas identitasnya itu, bak hantu yang siap meneror 24 jam kepada siapa saja, dan kita akan terganggu bila tak mampu mengatasi kecemasan dan ketakutan menghadapi hantu bullying itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun