Menjadi yang terfavorite atau Kompasianer of The Year itu bukan untuk mengejar MARTABAT tapi memang berbau MARTABAK, walau menulis di Kompasiana bisa menjadi modal personal, yang ditulis dan yang menulis bisa berlanjut dengan perbuatan nyata perilakunya, budi baik, dan prestasi yang menimbulkan rasa hormat. Mau tak mau menjadi yang TER tak mungkin diraih hanya dengan sekedar membangun wacana. Setelah melalui seleksi ketat, 12 nominator Kompasianer Terfavorite 2012 sudah ditetapkan adminnya, semua pembaca yang punya akun lama maupun baru diharapkan untuk ikut berpartisipasi memberikan VOTE-nya di sini. Tidak ada salahnya untuk memeriahkan pengelola Kompasiana yang punya gawe tahunan ini kita tetap memberikan berbagai kontribusi yang kita bisa. Semua Kompasianer begitu semangat mempersiapkan diri, semua komunitas yang terbentuk di Kompasiana dirangkul untuk ikut tampil, suatu kehormatan yang baik dari pengelolanya. Berbagai hadiah ditebar untuk kita semua, sungguh acara yang pasti meriah sekali. Kompasianer Tervaforite belum ditetapkan, kampanye berlanjut, Tante Paku terus merajut, membongkar surat-surat yang di simpan di kaleng kompi ini, apa saja sih isinya?
Ah ada mbak Neny Silvana yang unik, ekspresif, dan menarik ini, dia mengatakan :
Tidak itu saja, berbagi canda tawa adalah menu saya kepada siapa saja tanpa harus dimasukkan dalam hati, sebab dikerjain dengan cara apapun saya hanya tersenyum, sebab saya pun bisa melakukan hal yang sama, dan itulah bentuk keakraban persahabatan di dumay ini, utamanya di Kompasiana. Berbagi tulisan di dumay memang jangan mudah tersinggung selama kita mampu memahaminya, jika tidak mampu, bertanya saja kepada penulisnya. Jika tidak setuju berterus-teranglah sebab dari dulu philip terus terang, terang terus, masak kita tidak bisa berterus-terang?
Saya memang berusaha berada di antara komunitas-komunitas yang ada di Kompasiana ini, saya pun tidak pernah keberatan untuk dimasukkan kemana saja, tanpa konfirmasi pun saya tak pernah menegurnya, bahkan saya anggap suatu kehormatan dijadikan anggota komunitasnya.Dan saya paling jarang mencantumkan LOGO komunitas yang saya ikuti, bukan malu mengakui, melainkan dalam setiap tulisan saya tidak ingin berlindung dalam komunitas tersebut, tapi siap bertanggung jawab dengan apa yang saya tulis sendiri ini, KECUALI ada event YANG MENGHARUSKAN MEMASANG LOGO, saya pun HARUS mematuhi aturan main tersebut. Mereka pun bisa memakluminya sebagai tanda kedewasaannya, bahkan langsung akrab dan tak segan menjadikan Tante Paku ikut dalam karya fiksinya, wow saya pun ikut ngakak membacanya, menjadi hiburan tersendiri sepulang kerja. Seperti tulisan dari sahabat Komunitas Desa Rangkat Ibay Benz Eduard.
RT Kenthir Amalludin pun ikut membuat cerita khas beliau dengan judul (Humor) Pantat Partai Baru 2014 (Ketuanya Kompasianer loh) :
Dan saya pun menjadi salah satu KANDIDAT KENTHIRES ABADI dari salah satu anggotanya yang bernama Mas Mus, ini screenshotnya :
Anggota Kenthirer lain yang cukup produktif bila lagi kumat, Revangga Dewa Putra juga menulis dengan judul : [Humor]“Perseteruan antara Bain Saptaman & Tante Paku”
Dan Herry Fk pun tergelitik menulis tentang Kampanye Hitam Tante Paku dalam ajang pemilihan Kompasianer Terfavorite 2012 ini :
Makna Sharing dan Connecting semakin terasa bila kita mampu menangkapnya dengan benar, tak mudah marah bila dijadikan lakon, selama itu sebagai hiburan dan cara mengakrabkan diri, bukan memaki-maki tanpa argumen yang bisa dipertanggungjawabkan. Barangkali saya lah yang paling sering MELAKONKAN para sahabat di sini bila sedang terjadi KEKISRUHAN, tentu saja saya berusaha membidiknya sebagai refleksi diri berbalut humor satire. Dan cara saya MENGABSEN pun menjadi inspirasi tersendiri, seperti artikelnya Pak De Sakimun di bawah ini :
Seringnya saya MENGABSEN para Sahabat Kompasianer ini sebagai kecintaan saya terhadap mereka, nama yang unik, tulisan yang menarik, keakraban yang cantik, dan membangkitkan semangatnya untuk terus menulis di sini. Hal ini memang membuahkan banyak tulisan tentang Tante Paku, mereka berbalik mengamati saya, seperti artikel-artikel di bawah ini sebagai TANDA KASIH mereka kepada saya, sungguh membuatku terharu dan termenung, indahnya persahabatan maya bisa berlanjut ke dunia nyata.
Nyimas Herda menorehkan isi hatinya di sini :
Riko Chan pun langsung kirim inbox ketika tak terduga ternyata yang memberi nilai pada tulisan-tulisannya hanya Tante Paku, setelah fitur baru memunculkan Kompasianer pemberi nilai, ia mengucapkan banyak terima kasih sambil tertawa, dan menuliskan kegembiraannya di sini :
Kompasianer yang paling sering berkunjung di ranah HUMANIORA, Adam Fadhlurahman pun melakukan pengamatan terhadap Tante Paku, inilah cuplikan artikelnya :
Kompasianer dari Timur Tengah pun ikut gerah mengamati sepak terjang Tante Paku, hingga membuat mereka tidak kuat menumpahkan kata-kata penuh makna, seperti Aang Suherman di sini :
Ada juga Bunda Khadijah, Kompasianer dari Madinah, yang cantik cerdas dan penuh perhatian pada sesama insan, ikut menorehkan kecintaannya pada Tante Paku, yang membuat saya melambung merenung seperti gunung. Dan saya pun ikut GUSAR ketika beliau menerima SURAT KALENG dari OKNUM yang tak berperikemanusiaan dengan nickname Gundik Arab itu, serial DUNG DUNG RAB yang saya tulis sebagai tanda simpati saya, dan tulisan itu pun mengalir berseri dan disambut banyak sahabat untuk ikut berperan mengungkap siapa dibalik akun GUNDIK ARAB dan ABU JAHAL itu dengan artikel-artikel yang cerdas sesuai pengamatannya. Screenshot di bawah ini tulisan Bunda Khadijah spesial untuk Tante Paku :
Dan Darsem yang kena BANNED ADMIN karena mengikuti permainan kasar lawan debat di lapak lawannya hingga tak berdaya menunjukkan bukti, terpaksa berganti nama menjadi LOVELY DARSEM untuk terus mengejar kelicikan lawannya itu. Ia dan lawan debatnya menginspirasi saya untuk menulis agar ketegangan sejenak reda. Artikel itu membuatnya sangat terkesan hingga menuliskan artikel khusus ditujukan kepada saya.
Kompasianer yang juga seorang pengacara Sutomo Paguci pun pernah menuliskan pengamatannya tentang beberapa Kompasianer dalam judul : Ketika Jumlah Komentar Lebih Banyak dari Klik.
Kompasianer Ariyani Na ikut menumpahkan curhatnya dengan judul : Cuma Tulisan Iseng.
Sementara sahabat saya di komunitas KOMPOSONO (Kompasianer Solo Raya) tak mau ketinggalan menuliskan tentang saya, baik setelah mengamati artikel-artikel Tante Paku, juga setelah bisa bertemu di dunia nyata. Sahabat KOMPOSONO saya itu antara lain :
Selengkapnya bisa di baca di sini
Artikelnya bisa di baca di sini
Dan di bawah ini cuplikan tulisan-tulisannya Johan Wahyudi :
Kalau mau membaca silahkan klik di sini
Silahkan klik di sini
Selengkapnya bisa di buka di sini
Sementarayang sering nongkrong di kanal Bola Bubup Prameshwara tak mau ketinggalan jadi pengamat Kompasianer, ini artikelnya yang ngrasani Tante Paku :
Dan Kandar Tjakrawerdaja yang baru pertama Kopdar dengan Tante Paku pun mempunyai cerita tersendiri, berhasil dicatat dalam artikel berjudul : Sisi Lain dari Kopdaran Kompasianer Solo: Mbak Niken yang ’Gagal Bersin’
Fitri. y Yeye pun tak tinggal diam ketika ada keributan di lapak Johan Wahyudi yang tengah mengkritisi soal FIKSI dengan judul Aku Cinta Damai! Suratku untuk Pak Johan Wahyudi
Bahkan ada Kompasianer yang pernah debat keras di kanal Agama dengan saya, walau penuh dengan kegeraman, namun tak kuasa untuk NGAKAK terpingkal-pingkal sampai sakit perut ketika saya menulis kelakuannya itu. Dan dia pun lama menghilang sebab kanal AGAMA sudah dihapus, ketika muncul, beliau yang pernah kena BANNED dan berganti nama ini pun menuliskan kekangenannya pada Tante Paku di sini :
Begitulah kenyataannya, dalam debat berdarah-darah pun ada yang bisa dijadikan hiburan, yang bermusuhan pun bisa tertawa barengan, betapa luar biasanya pengaruh sebuah tulisan itu, hingga mampu melupakan darah tinggi mereka, walau setelah itu KUMAT lagi untuk mencaci maki kembali.
Ada juga yang BAHAGIA ketika membaca tulisan Tante Paku yang mengecoh dengan judul-judul serial INI DIA, salah satunya Kompasianer Primus74, simak saja judulnya :
Almarhum Kompasianer David Solavide yang kita hafal ciri khasnya bila berkomentar yaitu HOA HOA HOA HOA.......Sebelum meninggal pernah menulis tentang cara berkompasiananya di sini :
Sementara di belantara maya yang lain saya pun menemukan beberapa yang menaruh perhatian pada tulisan-tulisan Tante Paku, ada yang sahabt Kompasianer ada yang bukan member di sini :
Juga ada yang menulis dengan kecintaannya sendiri, judulnya : Menelusuri Jejak Langkah Sang Tante Penjual Paku.
Demikianlah beberapa surat kaleng yang tersimpan di kaleng kompi yang berhasil saya temukan, apakah ini bagian dari NARSIS atau EKSIBISIONIS, ya terserah pembaca saja menilainya, sebab memang begitulah kenyataannya. Yang jelas ini memang MENDOKUMENTASIKAN tulisan tentang saya oleh mereka, danbagi yang belum membubuhkan VOTE-nya silahkan dipilih sesuka hati nuraninya di sini.
Tulisan tentang TERFAVORITE sebelumnya :
1. Wawancara Dengan Kompasianer yang Menolak Gelar Terfavorite Versi Admin
2. Ini Dia Kompasianer Favorite yang Banyak Disukai
3. Catatan Terfavorite 2012
4. Refleksi Kompasianer Terfavorite 2012
5. Ini Dia Nama-nama Alay Kompasianer Terfavorite 2012
6. Strategi Jitu Menjadi Kompasianer Terfavorite
Illustrasi : Kompasiana.com, PHI.com, Facebook.com,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H