PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak akan terlepas dari matematika. Matematika dapat ditemukan dalam suatu budaya. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh suatu kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Hubungan antara matematika, pendidikan, dan budaya dikenal sebagai etnomatematika.
Etnomatematika adalah suatu studi tentang pola hidup, kebiasaan atau adat istiadat dari suatu masyarakat di suatu tempat yang memiliki kaitan dengan konsep-konsep matematika namun tidak disadari sebagai bagian dari matematika oleh masyarakat tersebut. Matematika biasanya dianggap absurd oleh siswa. Jika matematika dikaitkan dengan unsur budaya lokal maka akan terlihat lebih konkret dalam konteks atau permasalahan hidup sehari-hari. Untuk dapat melihat kaitan matematika dengan budaya kehidupan sehari-hari ada suatu pandangan berkenaan dengan hal itu yaitu Etnomatematika. Etnomatematika dicetuskan pertama kali oleh D'Ambrosio (dalam Rosa dan Orey, 2011), "the mathematical practices of identifiable cultural groups and may be regarded as the study of mathematical ideas found in any culture". Di mana etnomatematika mempelajari matematika yang ditemukan pada suatu budaya kelompok masyarakat.
Etnomatematika sangat berperan untuk melestarikan budaya asli agar budaya baru yang muncul tidak menghilangkan budaya asli. Etnomatematika dalam pendidikan juga sangat berperan dalam pembelajaran, hal ini dikarenakan banyak siswa yang membutuhkan pengajaran yang lebih menarik agar matematika yang dianggap sukar oleh siswa bisa lebih mudah untuk dipahami, dan suatu pengetahuan akan menjadi lebih bermakna bagi siswa dalam tahap pembelajarannya dikaitkan dengan konteks atau permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah batik. Seni batik adalah salah satu kesenian khas Indonesia sejak berabad-abad lamanya dan telah berkembang, sehingga merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah budaya bangsa Indonesia. Batik merupakan suatu kain bergambar (memiliki motif atau pola tertentu) yang pembuatannya khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu dan diolah dengan suatu proses tertentu. Tentunya setiap daerah di Indonesia memiliki bentuk atau pola batik yang berbeda. Ada banyak jenis batik dan setiap daerah memiliki corak atau motif batik yang khas. Setiap ragam hias mengandung nilai filosofi yang merupakan ungkapan cipta rasa dan karsa serta doa.
Mempelajari matematika melalui budaya atau kegiatan yang nyata dialami oleh siswa dapat membantu siswa untuk lebih memahami dan tentunya siswa dapat menghargai budaya yang ada. Bahkan untuk siswa yang berbeda budaya dapat menghargai dan menghormati perbedaan budaya yang ada. Hal ini mungkin karena dengan etnomatematika siswa dapat mempelajari matematika secara lebih bermakna dan mendalam. Senada dengan pernyataan D'Ambrosio (dalam Brandt dan Chernoff, 2014) through ethnomathematics, we can help students find success in school and in life because the fundamental values of ethnomathematics include respect for the other, solidarity with the other, and cooperation with the other. Oleh karena itu penulis ingin mengkaji apakah kegiatan yang terjadi di dalam proses pembatikan dan motif-motif batik yang dibuat dapat digunakan sebagai contoh dalam pembelajaran matematika di kelas.
PEMBAHASAN
Etnomatematika adalah suatu studi tentang pola hidup, kebiasaan atau adat istiadat dari suatu masyarakat di suatu tempat yang memiliki kaitan dengan konsep-konsep matematika namun tidak disadari sebagai bagian dari matematika oleh masyarakat tersebut. Matematika biasanya dianggap absurd oleh siswa. Jika matematika dikaitkan dengan unsur budaya lokal maka akan terlihat lebih konkret dalam konteks atau permasalahan hidup sehari-hari. Kaitan etnomatematika pada pembelajaran matematika sendiri bisa kita lihat pada berbagai motif batik yang tersaji di Indonesia. Sebagaimana yang sudah kita ketahui banyak ragam motif batik yang ada di Indonesia sendiri khususnya tersebar di wilayah sekitar pulau jawa.
Dalam pembahasan ini saya akan mengeksplorasi bentuk motif batik di Indonesia yang terdapat di berbagai daerah yang kemudian dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran matematika pada jenjang Sekolah Dasar. Salah satunya terdapat pada motif batik Adipurwo yang mempunyai keterkaitan dengan model matematika berupa pola bilangan. Matematika merupakan ilmu yang sangat luas yang tidak lepas dari kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, matematika dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang erat kaitannya dengan budaya sehingga muncullah etnomatematika dalam pembelajaran matematika. Dalam artikel ini, fokus penulis adalah bagaimana bentuk kaitan etnomatematika dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika yang akan dikaitkan dengan budaya yaitu pembelajaran pola bilangan. Dalam objek-objek pola bilangan yang sangat erat kaitannya dengan pola batik, yang dalam pembuatannya menggunakan konsep-konsep pola bilangan yang sangat bervariasi dan terbilang unik.
Batik yang digunakan sebagai pembahasan dalam artikel ini adalah batik Adipurwo. secara etimologi Adipurwo berasal dari dua kata yaitu kata "Adi" yang berarti unggul dan kata "Purwo" yang berasal dari kata Purworejo. Motif Batik Adipurwo ini adalah salah satu motif batik khas Purworejo yang pada awalnya dibuat hanya untuk kalangan PNS di Purworejo. Namun seiring berjalannya waktu, kini motif batik Adipurwo sudah berkembang dan menjadi motif batik khas Purworejo. Motif Adipurwo memiliki 9 ciri motif yang kesembilan ciri itu merupakan kearifan lokal Purworejo, antara lain: Dolalak, Geblek, Clorot, Bedug Pendowo, Manggis, Durian, Kambing PE, Gula Merah, dan Jahe Merah. Namun ciri Batik Adipurwo terus berkembang, tidak hanya berfokus pada 9 ciri itu saja.
Batik Adipurwo, dalam artikel ini akan menjadi media pembelajaran etnomatematika dalam matematika terkhusus pada materi pola bilangan. Dengan adanya media batik, pembelajaran matematika tidak hanya belajar matematika saja, namun juga belajar matematika dengan budaya batik. Sehingga pembelajaran akan lebih menarik, berkesan dan bermakna. Dan siswa menjadi lebih mengetahui budaya yang ada dan pembelajaran matematika yang abstrak dapat dikonkritkan dengan pendekatan etnomatematika dengan media batik.
Setiap motif dan corak dari suatu batik memiliki filosofi tertentu sesuai dengan daerah asal dari batik tersebut. Motif-motif ini banyak membentuk pola bilangan tertentu. Berikut akan disajikan contoh gambar sebagai bentuk kaitan pembelajaran pola bilangan dengan motif batik Adipurwo, sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Astuti et al., 2019).
Kita amati gambar batik di bawah ini.
Dari gambar motif batik di atas, kita amati terdapat beberapa motif di dalamnya antara lain:
Pola Motif Adipurwo Kombinasi
   1    2    3     4   5    6      7   8   9     10  11   12     13  14  15     16Â
Dari gambar di atas, kita amati bahwa:
1. Motif geblek memiliki pola 1, 7, 13, ...
Ini berarti pada setiap suku untuk pola motif geblek memiliki selisih 6 dengan suku selanjutnya. Jika disesuaikan dengan pola barisan aritmatika dengan beda 6 maka untuk suku ke n diperoleh Un = 6n-5.
2. Motif daun pare memiliki pola 2, 5, 8, 11, 14, ...
Ini berarti pada setiap suku untuk pola motif daun pare memiliki selisih 3 dengan suku selanjutnya. Jika disesuaikan dengan pola barisan aritmatika dengan beda 3 maka untuk suku ke n diperoleh Un = 3n-1.
3. Motif clorot memiliki pola 3, 6, 9, 12, 15, ...
Ini berarti pada setiap suku untuk pola motif clorot memiliki selisih 3 dengan suku selanjutnya. Jika disesuaikan dengan pola barisan aritmatika dengan beda 3 maka untuk suku ke n diperoleh Un = 3n.
4. Motif klanting memiliki pola 4, 10, 16, ...
Ini berarti pada setiap suku untuk pola motif klanting memiliki selisih 6 dengan suku selanjutnya. Jika disesuaikan dengan pola barisan aritmatika dengan beda 6 maka untuk suku ke n diperoleh Un = 6n-2.
Dari paparan di atas, kita dapat mengetahui pola dari setiap motif dan kita dapat mengetahui suku-suku yang mungkin termasuk dalam pola tersebut. Misalkan kita sudah mengetahui beberapa suku dalam suatu pola, maka untuk mengetahui suku selanjutnya dari suku terakhir yang sudah diketahui, kita akan mendapatkannya dengan cara menambahkan selisih dari suku pertama dan suku kedua pada suku terakhir yang sudah diketahui. Pembelajaran matematika yang seperti ini, dapat lebih menarik dan bermakna. Dengan adanya pengenalan motif-motif tertentu, siswa dapat lebih mengenal ragam motif yang disajikan dan dapat lebih mengerti pola bilangan yang mungkin ditemukan dalam suatu sajian motif batik Adipurwo khas Purworejo.
Konsep-Konsep Matematika Pada Batik Madura
Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan atau menggolongkan sekumpulan obyek (Skemp, 1987). Konsep terbentuk dari berbagai pengalaman yang memiliki ciri kesamaan secara umum. Ketika konsep pertama sudah terbentuk, dalam hal ini bisa dikatakan sebagai contoh-contoh konsep. Sehingga semakin banyak pengalaman yang diperoleh semakin banyak pula konsep-konsep yang dimiliki. Konsep adalah ide abstrak yang dapat diasimilasikan dan diakomodasikan dengan pengetahuan sehingga dapat mengelompokkan dan memberikan nama sekumpulan objek. Dengan demikian, untuk membentuk suatu konsep diperlukan berbagai pengalaman yang mempunyai suatu kesamaan.
Penggunaan nama dalam menghubungkan suatu obyek berkaitan dengan proses klasifikasi, yaitu untuk mengenali suatu benda di dalam kelas yang sudah ada. Penamaan berperan dalam pembentukan konsep yang baru. Jika nama yang sama muncul dari pengalaman-pengalaman yang berbeda, akan berpengaruh pada pengelompokkan pengalaman itu ke dalam pikiran dan mengabstraksi kesamaan intrinsiknya sehingga memisahkan kelompok mereka sendiri-sendiri. Dengan demikian, hubungan antara konsep dan namanya dapat dibentuk setelah konsep terbentuk atau dalam proses pembentukannya.
Beberapa motif batik Madura dapat dijadikan alat untuk memperkenalkan konsep-konsep matematika seperti halnya konsep-konsep geometri sehingga mempermudah dalam memahami konsep matematika yang bersifat abstrak antara lain adalah garis lengkung, sudut, titik, simetri, belah ketupat dan jajar genjang, di dalam pembelajaran matematika pada jenjang Sekolah Dasar. Seperti pada gambar-gambar berikut ini yang merupakan hasil penelitian (Zayyadi, 2017).
Batik Madura
Berdasarkan gambar di atas, didapatkan hasil bahwa pemanfaatan konsep-konsep matematika yang terdapat pada beberapa motif Batik Madura adalah sebagai berikut:
1. Dengan ini penulis mengkaji informasi dari beberapa motif Batik Madura seperti halnya jajar genjang dan belah ketupat ini dapat lebih mudah dipahami atau dimengerti oleh siswa. Hal ini lebih berguna daripada memberikan pemahaman/pengenalan secara langsung berbagai bentuk tersebut dikarenakan siswa hanya memahami dalam bentuk abstraknya saja dan tidak memahami dalam bentuk konkrit. Bangun-bangun datar tersebut dapat digali dari kehidupan budaya lokal semisal pada batik Madura. Titik dan garis sejajar juga terdapat pada motif Batik Madura.
2. Dengan demikian pembelajaran matematika di kelas akan lebih bermakna karena hal ini sudah tidak asing lagi bagi siswa, mereka sudah mengenal dan konsep-konsep itu terdapat dalam lingkungan budaya mereka sendiri. Disamping itu pembelajaran matematika ini hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep dan perkembangan pola berpikir siswa serta sifat esensial materi dan keterpakaiannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika hendaknya mengikuti kaidah pedagogik secara umum, yaitu pembelajaran diawali dari konkret ke abstrak, sederhana ke kompleks, dan dari mudah ke sulit. Hal ini sesuai Teori Ausebel yang menyatakan bahwa informasi yang tersubsumsi berakibatkan peningkatan deferensiasi subsume, jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi belajar yang mirip.
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: terdapat kaitan motif-motif batik Adipurwo pada materi pola bilangan yang ada dalam pembelajaran matematika. Siswa dapat memahami pola bilangan sekaligus mengetahui ragam yang ada pada motif batik Adipurwo yang digunakan sebagai media pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, dari hasil kajian artikel ini siswa dapat menentukan motif batik yang mempunyai keterkaitan dengan model matematika berupa pola bilangan, yaitu dengan cara disediakan gambar batik dengan motif batik Adipurwo sebagai media pengamatan siswa. Selain itu siswa dapat mengidentifikasi motif yang disajikan dengan mengamati pola dari motif batik yang sudah diamati dan menuliskan dalam bentuk urutan bilangan. Selanjutnya siswa dapat menentukan pola bilangan yang sesuai. Dari proses identifikasi, siswa mampu menentukan pola bilangan yang sesuai dan mampu menentukan bilangan diurutan selanjutnya.
Kemudian menentukan konsep-konsep matematika yang terdapat pada motif batik Madura,
1) Konsep-konsep matematika yang terdapat pada Motif Batik Madura adalah: garis lengkung, sudut, titik, simetri, belah ketupat dan jajar genjang. 2) Konsep-konsep matematika yang terdapat motif Batik Madura di atas dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan matematika melalui budaya lokal. Dengan demikian pembelajaran matematika di kelas akan lebih bermakna karena hal ini sudah tidak asing lagi bagi siswa, sudah dikenal dan terdapat dalam lingkungan budaya mereka sendiri. Konsep- konsep matematika yang abstrak akan menjadi konkret apabila mereka sudah mengetahui konsep matematika pada motif batik Madura tersebut. Pemanfataannya dalam hal ini kita dapat belajar bangun-bangun datar dan sisi-sisi dari bangun data itu sendiri, mengenal sudut dan titik serta dua garis sejajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H