Mohon tunggu...
Iwan Setiawan
Iwan Setiawan Mohon Tunggu... -

Berjuang!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menghemat Tanpa Menaikan (Bagian Pertama..)

11 November 2014   18:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:04 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Delapan puluh triliun, lima ratus milyar rupiah)

Demikian terdapat selisih lebih antara subsidi rill dengan subsidi dalam APBN 2015 sebesar Rp 195,5 triliun (Rp 276 – Rp 80,5 triliun)

Mengikut formulasi diatas, pada perhitungan scenario kenaikan harga BBM, maka simulasi perhitungan akan menggunakan harga eceran setelah pajak yakni sebesar Rp 6.500/ltr

[1] Martinez, C., Javier. 2006. dikutif dari Prakarsa, Subsidi dalam penguatan kebijakan fiskal pro kemiskinan, policy Brief. 14 juni 2013

[2] Pada saat ini, subsidi BBM hanya diberikan pada beberapa jenis BBM tertentu (minyak tanah/kerosene, minyak solar/gas oil, dan premium).

[3]http://ekonomi.inilah.com/read/detail/2149390/oktober-2014-konsumsi-bbm-bersubsidi-384-juta-kl#.VFt97TSsXfI

[4] APBN-P 2014 menurunkan kuota BBM bersubsidi menjadi 46 juta/kl dari sebelumnya 48 juta/kl pada APBN 2014

[5]http://www.tempo.co/read/news/2014/01/08/090543168/Pemerintah-Masih-Impor-Minyak-24-Juta-Kiloliter

[6]http://katadata.co.id/berita/2014/09/23/subsidi-bbm-2015-disepakati-rp-276-triliun

[7]http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/09/09/130741626/Biaya.Produksi.Tak.Pernah.Transparan.Kenapa.Premium.Harus.Naik.

[8]http://www.esdm.go.id/berita/migas/40-migas/5593-penjelasan-perhitungan-subsidi-bbm-1.html

[9] Pertimbangan menggunakan bensin karena bensi merupakan bahan bakar yang paling besar dikonsumsi masyarakat dibandingkan bbm bersubsidi lainnya (solar, minyak tanah dan lpg)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun