Hai kamu
hampir sebulan berada dalam rekomendasi pesan teratasku
padahal tak satu pun kata masuk dalam kotak pesan ku
aku tahu kini tak mudah lagi untuk sekedar menyapaÂ
karena dulu kita teman dan sudah lama berjauhan
yang lebih menyebalkan adalah teman tapi cinta
teman tapi nyaman
sungguh kejam kutukan pertemanan tapi cinta iniÂ
hingga kau jatuh ke dalam sumurÂ
lantas  berharap air itu surut
menguras air di dalam sumur bukanlah mustahil
kelak bila tiba musim kemarau air itu akan surut
dan kau pun berhasil kembali ke permukaan
 lebih banyak waktu untuk menahan tubuhmu yang mulai basah kuyup dan menggigil
akhirnya kau keluar dari sumur yang ku buat
kau menemukan tempat lain untuk berteduh
pelukan eratmu masih dikenang oleh gadis itu
ah ku tak tahan menahan cemburu
tapi siapalah aku, aku adalah seseorang yang ada di hatimu tanpa identitas
lihat aku sudah berapa kali menahan cemburu, tapi apa daya aku bukanlah siapa-siapamu
hingga ku sangat sadar dan berlalu tanpa perlu menugnggu lagi ragu.Â
selamat tinggal teman tapi cintaku
kau datang sembari mengatakan kau adalah Qosim  dalam Laila Majnun
sungguh aku ingin meraih tanganmuÂ
tapi aku tak bisa  ku tak berdaya
telah datang tangan meraihku menuju maghligaiÂ
namamu tak pernah terhapus kendati angan bersamamu telah pupus
kemarinÂ
bersama masa lalu aku datang mengetuk pintu hatimu
berharap ada kelegaan antara aku dan kamu
aku salah tak bertanya kabarmu lebih dulu
aku langsung pada permintaan maafku
karena ku tak sanggup menahan rasa bersalah dalam qalbu
bukan karena aku ingin kembali memulai bersamamu
tapi lebih kerana
 aku ingin kau ampuni aku
tapi pahit ku rasa
saat ku dengar kata-katamu
apakah dunia ini berhenti sehingga masalah tetap sama?
sungguh seketika itu aku tahu bahwa aku adalah jalangkung
datang tak diundang pulang tak diantar
sungguh orang merugi itu adalah aku
karena aku datang namun aku lupa bahwa sesungguhnyaÂ
aku telah terusir
sekarang setelah melihatmu tidak ada dalam deretan pesanku
aku ingin berkata
impas?
aku sudah membayar impas
aku sudah masuk ke dalam sumur yang ku buat sendiri
dulu kau masuk sumur sendiri
kini aku juga sendiri
bila saat itu air sumur mengering saat kemarau
ku harap begitu juga
kini aku lega, aku sudah membayarnya
hutang perasaan itu pun lunas
kini saatnya Teletabis berpisah...
dadah..
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI