Mohon tunggu...
Elizza Yuliantari
Elizza Yuliantari Mohon Tunggu... Lainnya - Perempuan

Dalam perpisahan senja lebih bijaksana Ia pergi dengan keindahan sedang kita berpisah tapi masih bersatu

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Muhammad Laki-laki yang Baik

28 September 2024   15:40 Diperbarui: 28 September 2024   15:42 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Bagaimana rasanya menjadi sepasang mata tapi tak pernah saling melihat? Mereka tetap beriringan kendati tak pernah sekalipun mereka bersih tatap dan saling melihat

Rasanya pertemuan denganmu itu sudah lebih dari sewindu, Rio. Tapi entah mengapa saat kesulitan hidup yang menghampiriku belakangan ini, ingatan ini  tertuju padamu. Pria yang semestinya tidak hinggap di pikiran seorang perempuan yang telah membina Rumah tangga dengan Pria lain. Namun biar ku tuliskan beberapa memori tentangmu. Dan ini bagian ke satu

Bukan belakangan ini saja bahkan sejak aku memutuskan pergi dari meja tenis ruang Anggota saat itu. Saat itu hatiku bergemuruh saat aku melihat Naomi tersenyum manis dan manja kepada Rio. Dari sudut mata Naomi terpancar ingin dielus  dan ditepuk sayang punggungnya. Hatiku rasanya tidak sanggup menyaksikan itu. Dari bahasa tubuh Rio memberi sinyal bahwa Rio adalah sosok yang lembut dan penyayang. Ia tampak menikmati kebersamaan dengan Naomi saat itu. 

"Apa-apaan ini" tanyaku dalam hati, mengapa aku merasa milikku direbut, oh tidak aku sudah merasa memiliki Rio, teman satu timku yang hampir beberapa acara aku bersamanya. Oh tidak inikah yang disebut sebagai "wiring tresno jalaran soko kulino" Red Cinta datang karena terbiasa. 

 Hati dan pikiranku sungguh bising dan saling bergolak. Kemana langkah kaki ini harus melangkah. Kemanakah kaki ini mengambil fatwa. Kepada hati ataukah kepada akal pikiranku ini. 

Hasrat dan keinginanku menyukai kebersamaan dengan Rio, dia pria yang baik dan mampu memberi dukungan emosional kepadaku saat aku sedang dilanda "kesal, gundah gulana" Dan harus tetap tampil profesional. 

Hal itu bermula dari tugas pertama kami sebagai seorang pembawa acara sebuah event. Saat itu hatiku sedang berapi-api kesal bukan main karena peserta saat itu adalah Haikal teman sekelas saat kuliah. Dia menunjukkan ketertarikan kepadaku sampai sampai ia membuntuti ku pulang ke Asrama tempatku bermukim di kota ini. Kota pelajar yang terbuat dari angkringan dan rindu.

Cepat-cepat aku memberi tahu Rio bahwa aku sedang kesal karena Haikal muncul di hadapanku. Tapi bagaimana pun juga aku harus profesional membawa acara hari ini dengan semangat, penuh antusias dan totalitas. Ya ampun rasanya hari ini chemistry terbangun. Banyak humor yang spontanitas dan suasana pun cair tidak membeku. Walhasil selesai acara aku makan siang bersama Rio di Foodcourt dekat gedung acara berlangsung.

 Saat itu dengan perasaan aman aku bercakap-cakap dengannya. Percakapan yang biasa terjadi di meja makan. Makan sambil mengobrol di meja makan adalah hal nyaman bagiku. Saat itu aku bercerita bahwa hari ini Ayah dan adikku datang ke sini tapi aku tidak bisa menemani mereka karena aku harus bertugas. Itulah profesionalitas yang aku junjung tinggi.

Ayah dan adikku terpaksa jalan-jalan sendiri menggunakan bis kota. Jalan-jalan yang menyenangkan selalu menggunakan bis. 

Aku bertanya kepada Rio saat itu, apakah aku termasuk seseorang yang memiliki profesionalitas untuk keadaanku hari ini. Di mana hari ini aku ingin sekali bersama keluargaku tapi apa daya aku harus bertugas. Well percakapan itu selesai dengan sebuah pertanyaan konyol ku, namamu pakai bahasa Arab apakah artinya Muhammad yang baik? 

Aku pun melanjutkan mengunyah makanan dan menyedot es teh dingin di tengah cuaca panas dan jam makan siang di tengah keramaian. 

Rio mengambil pensil menuliskan namanya di atas kertas  modul kurikulum milikku. Bukan Muhammad yang baik, tapi Muhammad Pemuda yang baik. Laki-laki yang baik. " Jawab Rio santai

Lantas aku bertanya kembali tentang bagaimana namanya jika di tulis dengan aksara Jawa. Ia mulai menulis aksara jawa. Jemarinya lentik dan gerakan menulisnya lembut. Seseorang yang tuntas motorik halus pikirku sambil tertawa karena Sempat-sempatnya aku mengamati kemampuan motorik dan pedagogi seseorang secara bersamaan.

Untuk beberapa acara aku masih bersama Rio. Masih banyak momen bersama Rio yang berjalan alami dan akan berlanjut di episode berikutnya.

 Rio! kendati tidak ada  lagi hubungan apapun  dia antara kita, kini saatnya kau abadi dalam kisah hidupku.

Dan inilah serial perjalanan menemukan "Muhammad" Pun dimulai. 

Bersambung... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun