Mohon tunggu...
Elizza Yuliantari
Elizza Yuliantari Mohon Tunggu... Lainnya - Perempuan

Seorang perempuan, seorang anak, seorang Ibu, seorang Istri juga seorang manusia. Bukan pecinta kopi tapi penikmat beras kencur

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jangan Takut Tidak Bisa Menyebrang karena Selama Ada Calo, Semua Bisa Diatur Sayang!

20 April 2024   15:07 Diperbarui: 20 April 2024   15:11 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Lebaran tahun 1445 H atau 10 April 2024 berbeda mengapa?. Jawabnya pertama karena meski awal puasa berbeda lebaran tetap sama.

Kedua karena lebaran tahun ini cukup spesial bagiku seorang perempuan yang memutuskan merantau meninggalkan kampung halaman sejak usia 15 tahun untuk menimba ilmu di sebuah gang Suronatan Kota Yogyakarta akhirnya  bisa sholat Id di lapangan yang sama setelah 15 tahun waktu berlalu.

Ketiga pulang kampung tidak sendiri tapi bawa suami dan anak perempuan 5 tahun dengan trip yang cukup jauh dari Bantul Yogyakarta menuju Pekon Banyuwangi kecamatan Banyumas kabupaten Pringsewu.

Lalu apa saja yang terjadi selama perjalanan mudik  ke kampung halaman masa kecil kali ini. Cerita kali ini tentang perjalanan. Seperti kisah para musafir yang ingin sampai tujuan. Selama perjalanan ada beberapa kejadian yang patut ditulis di sini untuk bisa diambil faidah.

Saat perjalanan  menuju Lampung kami mulai berangkat tanggal 7 April 2024  tepatnya hari Minggu setelah sholat tarawih. Kami sengaja mengambil jam malam untuk berkendara agar sesuai edaran  dinas Perhubungan bahwa tol Semarang -Cikampek akan dibuka pukul 00.00.

Setibanya di pintu tol ternyata masih ditutup dan tetap diberlakukan one way dari arah Jakarta menuju Jogja. Subhanallah beberapa kali dibuat berputar-putar oleh google Map dan akhirnya kami putuskan lewat jalan arteri Pantura. Tentu rute yang panjang dan driver kami kali ini bukanlah driver biasanya. Alias driver dadakan atau orang Lampung biasa menyebutnya dengan supir tembak. 

Keadaan driver yang dadakan dan belum pernah melakukan trip ke Lampung menjadi tantangan tersendiri. Tujuan menggunakan driver agar kami bisa lebih banyak istirahat selama perjalanan menjadi kurang istirahat karena harus ikut mengawasi selama perjalanan.

Naasnya saat sampai daerah Brebes tiket penyebrangan dari Merak menuju Bakauheni sudah habis terjual sampai tanggal 10 April posisi saat itu masih tanggal 8 April pagi. Muncul putus harapan tapi  optimis harus tetap dong. Jika kehabisan tiket dan tidak bisa menyebrang ke pelabuhan kemungkinan terburuk kami akan menginap di Merak dan sholat Id di Merak bukan di Lampung.

Perjalanan pun tetap berlanjut sesampainya di Cikampek  kami beristirahat di Rest Area sebentar dan aku memutuskan bertanya kepada seorang Polisi yang sedang bertugas. 

"Pak mau tanya, ini saya mau nyebrang ke Merak tapi saya cek di aplikasi kok sudah habis, terus  masih macet enggak di pelabuhan. Kami takut terjebak di antrian Sepajang 19 KM"  tanyaku meminta informasi

"Ibu mau ke mana"

"Ini tadi pagi saudara saya sudah berhasil menyebrang. Sudah sampai Bengkulu. Tiket habis karena sudah dibeli semua sama Calo. Jadi nanti beli tiket di Calo selisih 100-200 RB dari harga aplikasi Bu, jadi berani aja. Insya Alloh aman" ujar Pak Polisi yang Budiman. 

Hari itu, aku merasa diayomi oleh petugas polisi itu. Harapanku untuk bisa sholat Id di kampung halaman kembali menyala abangku. Sungguh perjalanan memberikan banyak hal. Aku menyukai perjalanan ini.

Sesampainya di pelabuhan Merak mengantrilah kami agar bisa masuk kapal setelah membeli tiket kapal Ferry melalui calo. Sungguh di luar dugaan kapal yang kami tumpangi sepenuhnya full lesehan. Tidak disediakan kursi untuk duduk.

Kami bergabung bersama penumpang yang lain duduk beralaskan koran berbahasa Korea. Saling berusaha untuk terlelap meski sekejap. Di dalam hati ini berdoa semoga kapal ini selamat sampai tujuan. Mampu bersandar di dermaga dan lautan manusia yang ada di kapal ini bisa berkumpul bersama keluarga yang mereka rindukan di kampung halaman.

Penyebrangan dari Jawa menuju Sumatra melalui selat Sunda berhasil. Kami pun memutuskan mencari hotel di dekat pelabuhan Bakauheni dan penuh semua. Kami putuskan untuk sholat subuh terlebih dahulu dan bertanya kepada juru parkir kira-kira penginapan mana lagi yang masih kosong. Sungguh kebaikan kami dapatkan. Petugas masjid mengijinkan kami dan rombongan pemudik lain untuk istirahat di dalam masjid. Tulang ekor ini rasanya sangat lega dan berterima kasih.

6 jam kemudian kami sampai dengan selamat tiba di rumah induk, rumah nenek kami semasa kecil yaitu Ibu Warsini Allahu yarham. Meski nenek telah tiada, kenangannya.masih menetap di sini. Di hati dan pikiran. Sampai jumpa semoga berkenan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun