Jika hanya mengikuti perasaanku saja, saat itu aku pun ingin berlari ke arah Mehmet dan berkata "yes" aku akan hidup bersamamu di sisa usia yang ku miliki. Justru yang kulakukan sebaliknya. Aku menolak perasaannya dan tetap bersama dengan Abdul Mahmud untuk sebuah alasan setia pada sebuah janji yang sudah pernah ada.Â
"Ojo Kabari aku,nek koe nikah Karo Abdul Mahmud" Jangan kabari aku jika kamu menikah dengan Abdul Mahmud pesan terakhir yang diucapkan oleh Mehmet untukku.Â
"Jangan mengeluh kepadaku, jika kau menyesal dengan pilihanmu nanti" ucap Mehmet dengan nada kemarahan pada suaranya. Aku tahu hal ini tidak sederhana.
Lantas bagaimana aku harus bersikap dan mengambil keputusan untuk hubungan asmara putriku ini. Akankah aku mengijinkan putriku bersama Narwatsu putra dari pak Mehmet Mantan kekasihku yang putus sebelum jadian itu.
Akankah aku bisa bersikap santai tanpa keraguan. Bahwa yang sudah biarlah sudah. Tapi sungguh aku khawatir melepas putriku bersama Narwatsu.
Aku dulu tidak begitu mempersoalkan jika Mehmet penikmat Alkohol dan beberapa obat terlarang. Toh itu sudah berlalu hanya bagian dari mencari jati diri. Jatinya untuk membangun rumah. Tinggal diri tanpa jati Alisa tidak punya jati diri.
Entahlah, saat itu aku sangat rasional dalam masalah jatuh cinta. Saat itu aku sudah tahu. Kecanduan  obat-obat terlarang dan alkohol tidak bisa seratus persen kembali "bersih" total. Ia pasti akan meninggalkan sisa. Hasrat untuk kembali lagi tetap akan ada, entah kapan ia akan datang lagi. Aku pun tidak siap akan itu. Dan itu hanya kekhawatiranku akan masa depan. Masa depan seseorang tentu masih suci. Tidak pantas bagiku untuk menghukumi.
Buah jatuh tidak jauh dari pohon. Benarkah Narwatsu lelaki Sholih yang kelak bisa menjadi Imam bagi Putriku Maryam.
"Mah, Mah" Tanya putriku sekali lagi. Aku jawab dengan senyuman. "Bawalah Narwatsu ke sini. Jika kau yakin dan tidak merasa terburu-buru ajak juga keluarganya. Mari kita berkumpul, saling bicara dan mengenal. Tentu Mamah sudah berpesan jauh-jauh hari bukan. "Jangan  pernah terburu-buru untuk jatuh cinta"
Beritahu Narwatsu, Mamah ingin bertemu dengan Pria hebat yang bisa membuat putrinya kasmaran. Pintaku sambil menyeringai.
Dalam hatiku yang penuh ragu, Ya Allah berilah aku petunjuk. Aku serahkan semua ini padamu. Aku Ridha akan takdir ini. Bantulah aku menjadi ibu yang dewasa secara badan, hati juga akalnya.