Mohon tunggu...
Elizza Yuliantari
Elizza Yuliantari Mohon Tunggu... Lainnya - Perempuan

Seorang Pujakusuma Putri Jawa kelahiran Sumatera pada 27 Juli 1993. Sebuah catatan seorang pujangga dari Asia Barat 😆 era peradaban Plastik

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seribu Kali

30 Januari 2023   10:02 Diperbarui: 30 Januari 2023   12:09 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Deburan ombak menghanyutkan pasir

kepiting tampak sedang lari-lari kecil

meninggalkan rumah pasir yang kini tinggal air

sempat kau katakan bahwa kau tak memiliki hubungan dengan seorang wanita pun 

hatiku pun  berdecak tenang juga lega

aku pun tak menjalin kasih dengan seorang pria.

memang benar adanya aku pernah menaruh rasa pada seorang pria, tapi itu hanya sebatas rasa yang hinggap datang lalu pergi selamanya.

rasaku padanya tidak pernah berlanjut

hanya sebuah rasa dalam kejapan mata

akhirnya kita memulai hubungan kita tanpa ada yang tahu siapapun jua. hanya kau dan aku saja.

Hingga tiba suatu masa, aku mengajakmu pada sebuah acara untuk meminta sebuah keseriusan dari sebuah rasa cinta yang sudah terbina. aku kira sudah waktunya kaki ini melangkah kesana

malam yang gelap pekat terasa begitu mencekat. saat ku tahu sebelumnya kau menaruh rasa padanya, gadis bermata sendu karibku sewindu lalu

gadis bermata sendu itu amat yakin kau tak kan pernah jadi milikku

aku pun tergugu termenung dalam tangis dalam sendu

setelah ku tanya mengapa bisa gadis bermata sendu begitu yakinnya, rupanya ia berada di angka delapan atas rasa cintamu padanya

lalu kau anggap aku ini apa?

hanya sebuah pelarian dari cinta bertepuk sebelah tangan, hanya sebuah dermaga untuk berlabuh.

deburan ombak telah menghancurkan istana pasirku, istana yang baru saja ku buat dalam sekejap.

pedihnya mengapa aku tak berani berlari meninggalkan istana pasirku lantas beranjak

membangun istana batu bataku yang baru

aku tetap memilihmu, bersamamu kendati perasaanmu padaku amat rapuh seperti pasir.

aku memberimu waktu, memberimu hari baru

kesempatan terluka oleh hal baru adalah jaminanku. 

aku terus maju kendati tak mau

rupanya aku belum mampu untuk tidak mencintaimu, 

kendati benci aku masih tetap mencintaimu

dengan segenap hati yang telah kau koyak dan retakan dengan pengakuanmu

adai saja dulu kukatakan ini padamu

aku yakin, nafasku tidak akan memburu

dan tiada lagi cemburu

sungguh aku ingin bilang ini kepadamu

dengarkan baik-baik wahai sayangku!

bilang saja bila tak cinta

bilang saja kau lebih memilihnya bahkan jauh mencintainya.

dari pada kau menipu perasaanmu sendiri

aku kira sudah saatnya berakhir sampai di sini 

cukup

 berhentilah menipuku terutama menipu perasaanmu

 lepaskanlah aku, biar aku menemukan cinta baru

tapi aku pun sudah tahu

kau tak pernah begitu

aku masih terlalu baik untuk kau lepaskan

aku tak perlu sesal dalam diriku

biarlah kini ku pandangi ombak dan laut ini,

di sini dulu kita pernah saling bersaksi untuk tidak pergi meski di antara kita saling menyakiti..

mari kita hidup damai dan relakan semua yang terjadi, aku tetap di sini kendati sudah seribu kali aku ingin pergi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun