Ayah Kathleen sampai dirumahnya dan tidak lama setelah itu ia mendapat panggilan dari Bibi Kathleen. Ayah Kathleen pun mengangkat panggilan tersebut. Terdengar suara adiknya itu diiringi dengan tangisan dan kecemasan seraya mengatakan “Kakk….Ibuuu……Ibuuu sudah meninggalll…” Mendengar hal tersebut Aayah Kathleen kaget dan pikirannya kacau.
Kemudian ia menginformasikan kepada adiknya dalam panggilan tersebut untuk bersiap ke kampung halaman secepatnya. Ayah Kathleen mengabari anaknya dan istrinya, Kathleen yang mendengar bahwa Neneknya sudah meninggal langsung menangis “Ayah bohong kann? Ayah pasti bohong kann? Neeneekkk…..Jangan pergiiiii…..” Kathleen histeris dan langsung ditenangkan oleh Ibunya.
Jam menunjukan pukul 14.20 semua keluarga yang ada di kota langsung tancap gas pergi ke kampung halaman, perjalanannya tidak terlalu lancar. Ada beberapa kecelakaan yang terjadi di jalan tol dan membuat kemacetan yang lumayan lama. Sekitar pukul 16.00 pihak keluarga dikampung mengabari lagi dan mengatakan bahwa jenazah Nenek mau langsung dikuburkan saja apa menunggu kedatangan mereka dulu.
Ayah Kathleen menjawab “Jika Nenek harus menunggu kita dulu untuk pergi ke peristirahatan terakhirnya kasihan Nenek, lebih baik langsung kuburkan saja” anggota keluarga dikota menyetujui hal itu dan pihak keluarga di kampung langsung mengikuti arahan dari Aayah Kathleen.
Dalam perjalanan Kathleen lemas tak berdaya, dia pun terlelap di pangkuan sang Ibu, Sekitar pukul 16.45 mereka baru sampai di kampung halaman. Kathleen bangun dalam kondisi pucat dan langsung menghampiri Ayahnya. Seluruh keluarga dari kota mengunjungi dulu rumah keluarga kampung dan mereka langsung ditunjukan jalan menuju makam Nenek.
Tangis Kathleen semakin pecah saat melihat makam Neneknya, ia pun teringat akan janji yang ia ucapkan pada saat Neneknya masih hidup. “Aku tidak akan mengecewakanmu nekk…tidak akan!…” Hari itupun dipenuhi dengan luapan air mata dan kesedihan yang tak terbendung serta limpahan do’a untuk Nenek.
Hari-Hari berlalu, terasa semakin berat bagi Kathleen maupun keluarganya. Namun yang namanya kehidupan pasti ada takdirnya. Kathleen saat ini sudah berusia 17 tahun, banyak hal-hal sulit yang dilaluinya. Tak jarang ia menyerah dan menangis dengan semua masalah dan kejadian yang ia hadapi.
Namun dengan semangat dan keinginan kerasnya untuk mewujudkan apa yang Neneknya harapkan. Sampai akhirnya Kathleen bisa mengontrol emosi dan rasa sedihnya, ia pun merangkak sedikit demi sedikit mulai kembali menyusun kegiatan pembelajarannya.
Banyak hal yang ia sudah raih dalam perjalanannya menuju remaja. Ia berpengalaman menjadi studygram atau orang yang sering membagikan catatan belajarnya di akun sosial media. Dan meraih peringkat 3 besar dikelasnya, ia juga mengikuti kegiatan literasi yang diadakan sekolahnya juga meraih beberapa kejuaraan seni bela diri karate.
Salah satu hal dan motivasi yang Kathleen tanamkan pada dirinya yaitu “Rasa sakit dan penderitaan adalah hal wajar dalam kehidupan manusia, hal itu dapat membuatmu menjadi lebih kuat untuk menjalani kehidupan berikutnya” Kathleen mengajak Ayahnya dan keluarga di kota untuk mengunjungi makam Neneknya karena sudah cukup lama ia tidak berkunjung.
“Aaayaah…..kau dimanaaa? Ayaahh?” ucap Kathleen sambal celingak-celinguk di dapur rumahnya. Ayah Kathleen pun menjawab “Ayah ditaman! Kesini sajaa Kathleen” Kathleen pun langsung pergi ke taman dan berbicara pada Ayahnya untuk mengunjungi makam Nenek. Ayahnya pun setuju dan mereka langsung bergegas pergi dihari itu juga.