Mohon tunggu...
Kiara Vie
Kiara Vie Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Kepergian Koilo

22 September 2016   19:17 Diperbarui: 22 September 2016   22:58 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi oleh Made Wiradana pada Cerpen KOMPAS

Selayaknya menjadi hal yang memalukan jika Orang Tua menikahkan Anaknya dua kali dan tidak dalam kondisi bercerai. Tapi Mami Ink kelihatan sebaliknya, ia begitu bangga. Begitu mendamba. Sedang Papi Or masih sama, dingin dan tanpa ekspresi.

Demikian kau lihat suamimu gagah sekali. Setelan kemeja putih dengan jas berwarna salem, dasi dan celana warna senada. Duduk berdampingan dengan perempuan lain, mengucapkan janji suci di depanmu, disaksikan oleh matamu hingga seolah-olah dadamu meledak seketika.

Tapi, kau perempuan hebat. Kau tidak menangis. Kau tersenyum kaku, mencium kening kedua mempelai dengan luwes sambil mengucapkan selamat. Setelah usai akad nikah itu. Menyalami semua saksi, termasuk juga Papi dan Mami mertuamu. Berpamitan pulang dan menumpahkan kesedihanmu di sana, di kamar pribadimu.

"Dia belum hamil juga!" Mami Koilo merutuk, memberi tahumu lewat telephon pagi-pagi sekali.

"Sudah cek ke Dokter, Mi? Apa kata Dokter?"

"Sudah, dan hasilnya baik-baik saja. Tapi ini sudah berjalan empat bulan, Wei!" Mami Koilo masih mengomel, mengungkapkan kecewanya dari seberang sana.

"Sarankan ke beberapa Dokter. Barangkali ada perubahan." Kau menjawab sekenamu, mengambil tas kerja dari atas meja makan dan melangkahkan kakimu menuju mobil.

"Bukan seperti itu, Wei, ini salahmu!"

"Salahku? Maksud, Mami?" Kau menghentikan langkahmu tepat di depan pintu. Kali ini emosi menghinggapimu kembali seperti dulu, sewaktu belum ada Aster, sewaktu kau selalu dipersalahkan soal anak dengan keadaanmu yang belum hamil juga setelah enam tahun menikah. Juga kesibukan pekerjaanmu yang membuat Koilo terabaikan.

"Aku mengurus Suamiku dengan baik, Mi. Mami bisa lihat bukan? Bahkan tidak kuambil pembantu di rumah ini agar aku bisa berbuat penuh untuk segala urusanku sebagai istri sekaligus perempuan." Katamu waktu itu di saat kalian bertengkar dan Mami mertuamu meragukan fungsimu sebagai istri.

"Seharusnya kau tidak membiarkan Koilo kelelahan saat ia di rumahmu. Kau cukup melayaninya di meja makan, bukan di tempat tidur!" Jawab Wanita itu berapi-api.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun