Mohon tunggu...
Kang Miftah
Kang Miftah Mohon Tunggu... Administrasi - Kontributor Kompasiana

Kompasianer 2012 Hp : 081586662186

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Sukses Ibu Tiga Anak, Lulus S2 UT Gak Pake Lama

18 Agustus 2016   21:18 Diperbarui: 19 Agustus 2016   01:05 1367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kali ini ijinkan penulis bercerita tentang sahabat seperjuangan semasa kecil yang sama sama berstatus double alias sudah menikah dan punya buntut. Menurut hemat penulis, sahabat yang satu ini adalah satu dari sekian wanita Indonesia yang terbilang sukses mengenyam pendidikan S2 di Universitas Terbuka. Ibu tiga anak ini, layak mendapat gelar ibu rumah tangga teladan karena kegigihannya dalam menuntut ilmu serta mampu menginspirasi banyak orang. Lantas, apakah rumus ampuh yang beliau jalankan sehingga bisa lulus S2 super cepat di Universitas Terbuka? Mari kita simak cerita lengkapnya.

Pagi menjelang siang tepatnya hari Kamis, jam kantor sudah menunjukan pukul 09.00 WIB. Percakapan di Group WA Mahasiswa UT mendadak sibuk. Isi percakapan yang di bahas seputar ketersediaan modul, cara menginput data di web kampus, tutorial online, ketersediaan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) sampai jadwal ujian. Ada juga mahasiswa yang memilih menjadi silent readers (istilah saya bagi mahasiswa yang kerjaannya cuma menyimak tanpa membalas komentar sama sekali). Biasanya, tipikal mahasiswa silent readers ini kebanyakan orang orang yang malu bertanya atau karena sibuk ngurusin kerjaan di kantor.

Saat terlibat percakapan dengan sahabat mahasiswa, tiba tiba bayangan penulis langsung mengingat sosok wanita hebat bernama lengkap “Shanty Indriyani. Ya.. Nama itulah yang bikin adrenalin penulis memuncak ingin segera mengetahui banyak hal tentang bagaimana seorang Santy bisa melewati ujian maha berat dengan status ibu tiga anak dan bisa lulus S2 di Universitas Terbuka dengan IPK diatas 3. Dalam isi percakapan dengan penulis, setidaknya ada 5 point yang dianggap kata kunci agar lulus cepat kuliah di universitas terbuka.

Pertama, harus banyak membaca modul. Pesan ini sengaja penulis beri tanda khusus supaya temen temen bisa dengan mudah mengingat. Menurut penuturan Santy, tidak aneh kalau disela sela mengasuh ketiga anaknya yang masih bocah, beliau sering bawa buku agar bisa menyerap ilmu pengetahuan. Sejatinya, seorang mahasiswa manapun, kalau ingin lulus kuliah dengan nilai memuaskan, jangan pernah jauh dari buku. Jadikan buku sebagai sahabat terbaik. Begitulah pesan yang penulis tangkap dari beliau.

Kedua, Bikin peta konsep dari buku yang dibaca. Naah, di point kedua ini, beliau menekankan agar kita memetakan materi modul dan hal hal apa saja yang dianggap khusus dan penting untuk di ingat. Peta konsep ini ibarat kompas penunjuk arah dalam belajar. Kalau bahan ajar ini sudah terpetakan dengan baik, tentu saja kita akan lebih mudah mengingat.

Ketiga, Selesaikan Tugas Dengan Baik yang di kasih dosen.Kalau sudah denger kata “Tugas”, terkadang batin ini sering di buat jiper. Padahal beban yang kita bayangin belum tentu seberat yang kita jalanin. So.. Jangan diambil ribet. Kata kuncinya, kalau dapet tugas dari dosen  “ya kerjakan” ulah loba teuing ngalamun (jangan kebanyakan melamun) bahasa sunda red. Pungkasnya.

Keempat, Gunakan waktu belajar di seperempat malam.Terdengar berat tapi ini sudah banyak bukti. Seorang Santy yang notabene sudah punya tiga buntut, setiap malam harus berjibaku ngemong anak dan memastikan ketiga putranya tidur tanpa mimpi setiap malam. Disela anaknya istirahat, beliau bangun tengah malam lalu belajar sampai tiba waktu subuh.  Kisah heroic ini bikin merinding bulukuduk.

Penulis mengamini dan sangat mengagumi jejak langkah beliau. Sepengamatan penulis, orang orang sukses dalam karier, kebanyakan dari mereka adalah yang bisa memanfaatkan waktu seperempat malam lalu membangun relasi dengan Allah (beribadah) dan belajar. Sekaliber Alberthiene Endah sang penulis biografi orang orang terkenal di dunia, dalam catatan pendeknya pernah menulis kalau dirinya selalu bangun jam 3 dini hari demi mengejar deadline. Apalagi kita sebagai mahasiswa bukan?

Kelima, Jauhi penyakit Kurap (kurang rapi), Kudis (kurang disiplin), Kutil (kurang teliti) dan Kuper (kurang perhatian).Weleh weleh weleh… Gue kira ini nama nama diagnosa baru di dunia kedokteran hewan? Heheheh… Just kidding. Yah sehebat dan seberprestasinya Shanty, tentu saja beliau juga punya banyak kekurangan. Untuk mewujudkan mimpi besarnya itu tidak cukup hanya bermodalkan kemauan. Tapi butuh ketelitian, disiplin diri yang konsisten, memperhatikan kerapihan, serta focus dalam belajar.

Lalu kendala apa yang sering Shanty temukan saat menjalani keseharian sebagai ibu tiga anak merangkap mahasiswa S2 UT?

Menurut pengakuannya kepada penulis, hambatan terberat yang dialami santy adalah kalau sedang banyak tugas tiba tiba suami dan anak tercinta di rundung sakit. Kesemuanya itu terkadang mempengaruhi planning yang beliau buat. Beliau harus pandai menyisihkan waktu untuk belajar. Satu ketika beliau pernah dihadapkan pada suasana super extreme. Kejadian ini tepatnya pada saat kehamilan anak ketiga. Beliau harus berjuang mengikuti ujian lalu di hari ketiga ujian, dirinya nekad meminta jadwal lahiran anak ketiganya dipercepat demi mengejar jadwal UAS, dengan alasan tidak mau ketinggalan ujian.

Berkat kerjasama dengan sang dokter diiringi semangat pantang menyerah dalam diri seorang Santy, akhirnya persalinan beliau berjalan lancar. Tapi perjuangan beliau belum berakhir. Beberapa minggu pasca lahiran putra ketiga, sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap anak dan demi menunjang tumbuh kembang si buah hati, beliau rela menyempatkan diri memerah Asi di sela sela ujian. Lalu perahan asi tersebut diantar jemput oleh ayahnya. Hm.. Maklumkah, kalau sudah menginjak jadwal ujian, bisa menghabiskan waktu seharian penuh di kampus. Katanya..

Sambil melanjutkan catatan pendek ini, penulis sesekali menghela napas panjang demi menyerap intisari hidup seorang Shanty Indriyani. Satu hal yang ingin saya ungkapkan dalam hati adalah.. “DUH kalau dibandingkan seorang Santy Indriyani, perjuangan saya ini belum seberapa lho…

Kang Miftah

Bogor, 18 Agustus 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun