Anak-anak dan remaja diperkenalkan kepada Pancasila sebagai konsep yang abstrak, tanpa diberikan contoh nyata bagaimana nilai-nilainya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya, banyak generasi muda yang merasa nilai-nilai Pancasila tidak relevan dengan kehidupan mereka.
Di tengah keberagaman masyarakat Indonesia, Pancasila seharusnya menjadi alat pemersatu. Namun, dalam beberapa kasus, pemahaman sempit terhadap nilai-nilai Pancasila justru melahirkan diskriminasi. Contohnya, penafsiran eksklusif terhadap sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, kerap menjadi alasan untuk membatasi hak-hak kelompok agama minoritas.Â
Hal ini berlawanan dengan semangat asli Pancasila sebagai payung yang menaungi semua perbedaan dalam masyarakat Indonesia. Untuk mengatasi tantangan ini, revitalisasi Pancasila menjadi kebutuhan mendesak. Revitalisasi ini harus dimulai dari pembaruan kurikulum pendidikan yang lebih aplikatif dan relevan.Â
Pembelajaran Pancasila dapat disajikan melalui studi kasus nyata yang sesuai dengan pengalaman generasi muda saat ini. Dengan demikian, nilai-nilai Pancasila tidak hanya menjadi hafalan, tetapi juga panduan dalam menghadapi tantangan hidup. Selain itu, ruang digital dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan Filsafat Pancasila secara kreatif dan inovatif.Â
Media sosial, misalnya, dapat menjadi platform untuk menyebarluaskan konten edukasi Pancasila dalam format menarik seperti video pendek, infografis, dan podcast. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap Pancasila tetapi juga membuatnya lebih mudah diterima oleh generasi muda.
Dalam ranah politik, pemimpin bangsa harus menjadi teladan nyata dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila. Pengambilan kebijakan yang berlandaskan keadilan, persatuan, dan demokrasi inklusif akan memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap Pancasila sebagai ideologi yang relevan dan dapat diandalkan. Kontekstualisasi Pancasila juga diperlukan agar ia tetap fleksibel dalam menghadapi perubahan zaman.Â
Kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat menjadi kunci untuk memastikan Pancasila dapat berkembang secara dinamis. Dialog yang terbuka dan inklusif tentang Pancasila perlu digalakkan, sehingga ideologi ini dapat terus relevan dengan kebutuhan bangsa.Â
Pada akhirnya, pengembangan Filsafat Pancasila adalah bagian dari upaya merajut keindonesiaan yang berkeadilan, inklusif, dan berkelanjutan. Kompleksitas tantangan yang dihadapi Pancasila mencerminkan dinamika bangsa Indonesia yang beragam. Dengan komitmen bersama untuk menjaga dan mengembangkan Pancasila, Indonesia dapat tetap berdiri kokoh sebagai bangsa yang berdaulat, bersatu, dan berkeadilan sosial.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H