Mohon tunggu...
M. Taufiqurrahman
M. Taufiqurrahman Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Mahasiswa Doktor Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

Menulis dan meneliti

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merajut Ke-Indonesiaan, Dinamika Pengembangan Filsafat Pancasila

5 Desember 2024   06:55 Diperbarui: 5 Desember 2024   06:58 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Filsafat Pancasila merupakan fondasi ideologis yang telah membentuk karakter dan kepribadian bangsa Indonesia. Sebagai landasan negara, Pancasila tidak hanya berperan sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi juga menjadi titik temu dari keragaman nilai, budaya, dan agama yang hidup di Nusantara. 

Namun, seiring perkembangan zaman, tantangan dalam mengembangkan Filsafat Pancasila menjadi semakin kompleks. Di satu sisi, Pancasila harus tetap relevan dalam menghadapi arus globalisasi dan perubahan zaman. 

Disisi lain, ia harus menjaga akar filosofis dan historisnya agar tetap terhubung dengan keindonesiaan yang autentik. Salah satu aspek penting dalam dinamika pengembangan Filsafat Pancasila adalah cara ia didefinisikan dan dimaknai oleh berbagai lapisan masyarakat. 

Dalam dunia akademis, Pancasila sering dikaji sebagai sistem filsafat yang mencakup lima nilai fundamental: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Demokrasi, dan Keadilan. Nilai-nilai ini dirancang sebagai kerangka besar yang dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. 

Namun, dalam implementasinya, sering terjadi distorsi akibat pengaruh politik, ekonomi, dan kepentingan tertentu. Akibatnya, nilai-nilai Pancasila terkadang terkesan jauh dari kehidupan sehari-hari masyarakat. 

Pergeseran generasi menambah tantangan dalam mempertahankan relevansi Filsafat Pancasila. Generasi muda yang lahir di era digital memiliki pandangan dunia yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. 

Mereka lebih terbuka terhadap nilai-nilai global seperti kebebasan individu, kesetaraan gender, dan hak asasi manusia nilai-nilai yang sering kali dipersepsikan tidak sejalan dengan tafsir tradisional Pancasila. Situasi ini memunculkan pertanyaan mendasar: bagaimana Pancasila dapat tetap relevan tanpa kehilangan jati dirinya sebagai ideologi kebangsaan?.

Selain itu, globalisasi dan digitalisasi menghadirkan tantangan tersendiri. Globalisasi membawa berbagai ideologi baru, seperti individualisme dan materialisme, yang secara perlahan merasuki pola pikir masyarakat Indonesia, terutama di kawasan perkotaan. Digitalisasi menciptakan ruang diskusi yang luas, namun berisiko melahirkan penyalahpahaman tentang nilai-nilai Pancasila. 

Media sosial, yang seharusnya menjadi platform edukasi, sering kali berubah menjadi medan perdebatan tanpa arah. Akibatnya, Pancasila kerap direduksi menjadi sekadar slogan politik yang kehilangan makna mendalamnya. 

Salah satu persoalan krusial dalam pengembangan Filsafat Pancasila adalah pendekatannya dalam sistem pendidikan. Kurikulum pendidikan Pancasila sering terlalu teoritis dan kurang kontekstual. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun