Mohon tunggu...
Philip
Philip Mohon Tunggu... Operator - Belajar menuangkan isi kepala menjadi tulisan karena setiap tulisan akan menemukan takdirnya sendiri.

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Roman

Ketika Tergoda Rasa Benci!

5 Maret 2024   18:55 Diperbarui: 5 Maret 2024   18:58 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Berawal dari pertengkaran di dalam ruang itu, ternyata menyakiti hatinya.

Rasa kebencian meracuni pikirannya, nalurinya tergoda untuk memikirkan caranya membalas rasa sakit hatinya.

Ketika ia, mengetahui aku akan ditunjuk untuk menduduki posisi X, ia melakukan berbagai cara agar saya tidak mendapat posisi tersebut. Ia mencoba menghubungi a,b,c hinga z. dan akhirnya upayanya berhasil.

aku pun batal mendapat posisi X.

belum puas sampai disitu, ia merangkul orang-orang, yang tadinya berseberangan dengan dirinya untuk berada di pihaknya.

Seperti para politikus, hari ini menyerang lawan politiknya dengan kritikan pedas,,eee tahu-tahu esok atau lusa sudah berada dipihak yang sama.

"eee tadi si mrs. s cerita ke aku, kamu, tadi ada bertengkar dirinya ....coba lah minta maaf" ucap trekan kerja yang sependek pengetahuanku mereka berdua tidak dingin dalam berbicara.

aku terseyum sajja, hitung-hitung menjadi amal kebaikan membuat hubungan mereka yang tadi rapuh menjadi lengket lagi.

eeee tarnyata belum sampai disitu rasa kebenciannya, lagi-lagi ia melihat kesalahnnku, untuk menyedutkanku.

Bagaikankan petinju yang memukul lawannya hinga terpojok di ring tinju.

"eeee kak, itu loh Mrs. S, yang menyampaikan ke Pimpinan"..

Lagi- lagi aku terpojok, reputasiku rusak.

Saat pulang bepergian dari perjalanan ibadah. terkecuali diriku, semua rekan-rekan kerja diberi bingkisan oleh-oleh. dan share di grub wa.

"mungkin saat berdoa wajahku tak nampak, hingga aku tak diberi oleh-oleh" selorohku pada Ibu yang duduk disamping meja kerjaku.

....

"kamu yang sabar, jangan marah-marah, sabar dikit lah"

Ucap Mr. H, orang yang punya wewenang di bidang Promosi.

membuatku terkejut, citra buruk apa lagi yang tergambarkan padaku. ku teringat saat ku marah pada Mrs. S diruangannya.

cerita tentang kemarahanku sudah tersebar. ku akui kemampuan orang yang menghembuskan dan membingkai ceritanya, hingga mempengaruhi persepsi orang lain terhadapku.

rentetan fakta-fakta tendensius yang dapat mengelorakan amarah.

haruskah ku mendatanginya, dan membentaknya lagi dengan nana tinggiku.

"ooohh...jangan, lakukan itu"

"justru akan semakin memperburuk situasi dan memperkuat gosip tersebut"

jadilah seperti karakter sesat timur, dalam cerita Legenda Pendekar Pemanah Rajawali.

Saat ia dituduh membunuh guru kwee ceng. Ia tidak tersulut emosi,tetap bersikap positif dan terus menunjukan kualitas dirinya yang sebanarnya kepada orang-orang di sekitarnya.

"Jangan cepat marah dalam hatimu, karena kemarahan berdiam dalam dada orang bodoh"

Tetaplah tenang, pagi-siang-malam masih terus berganti.Setiap orang ada masanya. Setiap Masa ada orangnya

Gunakan waktu dengan bijak. Perbaiki apa yang sudah rusak. semua akan indah pada waktunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun