Mohon tunggu...
Nazwa Zelveyra
Nazwa Zelveyra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Senang membuat cerita oneshoot sembari mendengarkan lagu Day6 ketika ada waktu luang untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Foto Lama

30 September 2022   13:07 Diperbarui: 30 September 2022   13:13 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Riuh tepuk tangan memenuhi ruangan kala aku memenangkan pertadingan tenis meja. Aku, seorang siswi SD kelas 4 yang pertama kali menyelami bidang olahraga berhasil meraih piala yang ku damba dambakan selama ini. Seluruh peserta berkumpul di lapangan untuk menyaksikan aku dengan temanku melenggang maju ke tingkat selanjutnya. 

Sinar mentari yang menyengat kulitku tidak terasa sama sekali karena rasa kebahagiaan menyelimuti hatiku. Satu langkah berhasil ku lewati, aku tidak menyangka di pertandingan pertamaku, aku bisa mengalahkan lawan lawanku yang terlihat sudah terbiasa berada di arena tanding ini. Setelah aku membawa pulang pialaku, aku pergi ke tempat pak Andri yang sedang berteduh di sisi lapangan. 

Ketika aku mendekati pak Andri, beliau menyunggingkan senyum yang cerah "sipp, keren nih kamu bisa ngalahin yang lain. Lusa latihan sama Hasan dan Purnama ya biar skill kamu nambah bagus" aku balas dengan anggukan semangat. Setelah menghadiri upacara penutupan, aku diantar pulang oleh pelatihku. Aku berlari menuju rumah sambil membawa piala, makanan dan uang yang diberikann oleh pihak sekolah sebagai tanda terima kasih "Assalamualaikum!!! Ma lihat, aku bulan depan ke tingkat kabupaten loh" mama ku memberikan kata selamat dan semangat agar aku lebih giat latihan tenis meja. Najel hanya berlatih 6 bulan sebelum pertandingan pertamanya dimulai. 

Menurut pelatihnya, najel merupakan atlet yang memiliki potensi yang bagus, karena Najel dapat dengan mudah menerima teori teori yang diberikan oleh pelatihnya. Selain belajar dengan pelatih, najel juga sering berlatih bersama dengan papanya. Keluarga Najel menguasai berbagai bidang di cabang olahraga, salah satunya yaitu tenis meja. 

Hari ini merupakan hari Najel berlatih bersama Hasan, Hasan merupakan temannya di SD lain yang jauh lebih berkompeten karena dia telah menguasai permainan tenis meja sejak ia berusia 7 tahun. Setelah memenangkan pertandingan, Najel jarang masuk ke kelas karena ia lebih sering berlatih di jam pelajaran dengan pelatihnya, namun hal itu tidak mengganggu belajarnya, buktinya Najel masih bisa mengikuti lomba lomba di bidang akademik. Najel mempelajari cara bermain hasan, menerapkan teknik tekniknya di permainannya melawan purnama. 

Satu demi satu teknik yang dipelajari Najel coba, namun belum ada satupun yang Najel kuasai karena kurangnya pengalaman dalam bermain tenis meja. "Makanya tinggi, Jel. Tangan kamu tuh yang kependekan jadi gabisa ngambil bola di situ" ucap purnama sambil memberikan ledekan ke arahku, aku berdecak sebal karena apa hubungannya antara tinggi badan dengan bermain tenis meja, padahal aku emang gabisa karena akhir akhir ini tanganku sering kaku karena terlalu sering memegang bet tenis meja. Setelah selesai latihan, tangan Najel lebih kaku daripada sebelumnya. Ia tidak bisa memegang sendok karena tangannya sulit digerakan. Namun hal itu tidak sama sekali membuatnya ingin berhenti bermain. Karena ketika Najel bermain, hati Najel merasa bahagia. Walaupun belum tentu menang, tapi setidaknya Najel berusaha terlebih dahulu. Hasan menghampiri Najel dan bertanya mengenai latihannya hari ini "gimana? Tangannya masih kaku? Kalau masih kaku, coba istirahatin dulu aja 3 hari. Kamu jangan latihan dulu, lombanya masih lama ko" hasan memberikan saran untuk tidak berlatih selama beberapa hari, namun jika tidak dilatih Najel takut dia akan lebih kaku dalam memegang betnya, walaupun hanya 3 hari tapi Najel belum lama ini bermain tenis meja. Semangat Najel semakin menjadi ketika tantenya mengajak membelikan bet dan bola pingpong agar Najel dapat berlatih di rumah, tantenya berjanji jika Najel bisa masuk ke tingkat nasional bet yang pernah membawa tantenya memenangkan beberapa mendali akan diberikan kepada Najel sebagai hadiah. 

Sepanjang perjalanan Najel dibekali oleh teori teori yang baru ia dengar dan belum pernah diajarkan oleh siapapun, ia senang karena seluruh keluarganya mendukung dan mempercayainya dalam bidang olahraga ini. Walaupun beberapa orang meremehkan karena tenis meja merupakan bidang non akademik. Seperti biasa seseorang yang mempunyai prestasi akademik lebih diperhatikan dibandingkan dengan yang mempunyai prestasi non akademik. "mau menang atau kalah gausah dipikirin, yang penting kamu punya pengalaman lomba lawan orang lain. Yang penting kamu yakin dulu aja ok?" nasehat tante aku kepada ku, yaa walaupun tidak semudah itu, kalo misalnya aku kalah kan tetep aja sedih. Semua orang juga pasti pingin menang tanpa terkecuali, bahkan pemula seperti aku juga tetap saja pingin menang, selain karena mendapatkan sertifikat, piala, pengalaman dan makanan, kita juga dapat uang yang lebih banyak dibandingkan ketika kita kalah.

Sepanjang perjalanan pulang dari rumah tanteku, aku makin semangat mendapatkan piala karena ingin seperti tante aku yang di rumahnya banyak sekali piala ataupun mendali tenis meja. Aku berkhayal apakah di masa depan aku bisa seperti itu? Hal hal seperti itu terus memutar di kepala aku, aku tanpa sadar berkhayal banyak hal. Namanya juga anak kecil, Najel berkhayal di suatu saat nanti bisa mewakili Indonesia dalam cabor tenis meja melawan atlet atlet dari luar negeri, dia bisa keliling dunia, dia bisa mencoba makanan khas di luar negeri dan dia juga bisa bertemu sesuatu yang baru di negeri antah berantah tersebut. Lamunan Najel menjadi buyar ketika ternyata dia sudah sampai di depan rumahnya, perjalanan yang jauh terasa sebentar karena Najel memikirkan hal yang belum tentu ia alami, namun tidak apa apa karena siapapun berhak bermimpi yang tinggi. 

Hari ini aku dan mamaku menghadiri rapat di sebuah sd yang sangat jauh dari rumahku, aku ga ngerti rapat itu mau ngebahas apa. Aku hanya ikut menemani mama, sebenarnya aku maksa ikut sih hehehe. Ketika aku sampai di sdn itu, banyak sekali orang tua yang sudah memenuhi aula, dan suasananya sangat berisik "emang mereka ga bisa ngomong pelan pelan ya?" tanyaku kepada mamaku yang dibalas dengan sebuah senyuman dan berakhir dengan kata "ga tau, padahal pelan pelan juga bisa ya". Aku menunggu lama sekali, sekitar satu jam aku menunggu acara ini dimulai, padahal di surat undangan seharusnya acara dimulai 30 menit yang lalu. 

Seperti biasa orang Indonesia selalu lamban, aku jadi cape duluan padahal acaranya aja baru mulai, mana perut aku keroncongan lagi, duh.. Ketika sampai di akhir rapat, membicarakan siapa saja yang bisa ikut lomba tingkat kabupaten diumumkan aula mulai terdengar sangat berisik. Banyak orang tua yang tidak bisa ikut lomba karena suatu hal, mereka bingung kenapa anak mereka tidak diizinkan ikut perlombaan di sana, padahal mereka jelas jelas menang. Mereka sangat dirugikan, Najel merasa sedih karena banyak atlet yang menangis. 

Najel bersyukur ia bisa tetap maju, karena lawan dari cabor tenis meja lumayan banyak. Mereka yang tidak terpilih maju dikarenakan tidak adanya lawan dari kecamatan lain. Padahal kan kalau tidak ada lawan, yasudah terus maju saja ke tingkat provinsi asal ia harus memperlihatkan bahwa ia bisa dan layak mewakili kabupaten ini. Entah apa yang bisa membuat para orang tua diam, aku tidak mendengarkan dengan seksama. Tiba tiba suasana kembali kondusif padahal tadi gaduh sekali. Mungkin mereka diberikan kompensasi? Aku tidak tahu, tapi syukur lah akhirnya telingaku bisa beristirahat sejenak. Ketika aku pulang, mamaku memberitahu aku garis besar dari rapat tersebut. 

Ternyata ketika aku bisa lolos tingkat kabupaten, aku akan bertanding di Cirebon. Aku sangat semangat, keluarga aku yang lain pasti ikut liat dan menyemangati aku, karena jarak antara Cirebon dengan rumah keluargaku itu tidak terlalu jauh. Beberapa hari sebelum pertandingan akhirnya dimulai, Najel lebih sering berlatih dan tangannya setiap hari kaku. Tapi itu bukti bahwa Najel telah berlatih dengan keras. Ia berlatih dari pulang sekolah sampai menjelang maghrib. Padahal ini masih tingkat kabupaten, mungkin Najel merasa sangat jauh kemampuannya jadi dia paksakan dirinya sendiri, padahal itu merupakan sesuatu yang jelek. 

Ketika 3 hari lagi menuju pertandingan, saat Najel sedang belajar ia dipanggil oleh guru olahraganya dan ia diberikan 2 pasang seragam untuk nanti ia bertanding. Ada sepasang baju lengan pendek dan celana lengan pendek berwarna hitam dengan garis berwarna biru tua dan ada lagi sepasang jaket dan celana berwarna biru langit yang sangat cerah. Seragam itu sangat pas di badan Najel yang kecil, namun jaketnya terlihat sangat besar padahal satu ukuran dengan seragam yang nanti ia pakai ketika bertanding. 

Hari ini pertandingan dilaksanakan, aku diantar mamaku dan pelatihku ke tempat tujuan. Sebelum berangkat aku diberikan susu dan kue untuk mengisi perutku yang sudah terisi, tapi gapapa aku suka makanan. Apapun makanannya akan aku makan, yang penting enak dan bikin kenyang. Perjalanan sedikit lama karena jaraknya cukup jauh, akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Seperti biasa banyak jajanan yang berserakan di luar gerbang, banyak juga manusia yang memenuhi tempat tersebut. Mereka membawa alat tempurnya masing masing, tapi ada juga yang belum apa apa udah nangis duluan, aku bingung kenapa mereka nangis. Mereka tertekan apa gimana sih? 

Ada banyak ruangan yang dipenuhi anak anak sedang pemanasan sebelum olahraga, mereka memiliki tinggi badan yang cukup tinggi apalagi di cabor voli dan basket. 

Pertandingan dibagi menjadi 2 hari, hari pertama babak penyisihan dan hari kedua babak final yang menentukan siapa yang maju mewakili kabupaten ini. Penyambutan sudah dilaksanakan dan sekarang kami akan memulai pertandingannya, sebelum memulai pertandingan kami diberikan waktu untuk berlatih dulu bersama pelatih masing masing. Ketika aku berlatih bersama pelatihku aku diberikan banyak tepuk tangan karena aku berhasil menyemes bola yang diberikan kepadaku, itu membuatku lebih percaya diri. Beberapa pertandingan telah dilaksanakan, banyak raut wajah yang terlihat senang karena mereka bisa masuk ke babak final, namun tidak sedikit juga yang menangis karena mereka kalah. 

Aku mulai gugup dan tertekan ketika banyak sekali anak yang menangis, aku ga suka keramaian yang seperti ini. Mereka membuatku gugup sekali, padahal awalnya aku percaya diri. Tiga puluh menit lagi aku akan bertanding memperebutkan tiket melenggang ke babak final, anak yang menangis semakin banyak. Aku bingung kenapa mereka tidak disuruh keluar saja, mereka sangat mengganggu aku dan atlet lain yang belum bertanding. Giliran pertandingan aku, mungkin aku terlihat biasa saja namun telapak kaki ku berubah menjadi es. 

Aku sangat gugup ketika mendengar tangisan ditambah lawanku memiliki tinggi badan yang sangat tinggi dan memiliki lengan yang panjang dan akan memudahkan ia mendapatkan poin. 

Di babak pertama aku belum terbiasa melawan dia, padahal teknik yang ia pakai jauh sekali dibandingkan aku. Aku memakai berbagai teknik namun selisih poin selalu jauh, aku bingung kenapa tiba tiba aku seperti ini padahal aku kan sudah biasa. Di poin poin terakhir aku beberapa kali menang berturut turut, namun tetap saja aku masih belum bisa mengejar ketertinggalan poin yang aku miliki dengan yang dia miliki. Jadinya aku kalah di babak pertama. 

Pertandingan di babak kedua sudah dimulai, aku mulai percaya diri karena aku bisa memimpin pertandingan ini, selisih poin berbanding terbalik, tadinya aku yang tertinggal sekarang dia yang tertinggal. Ketika aku mulai enjoy dengan pertandinganku, fokusku mulai pecah karena ada seorang anak yang dibiarkan menangis dengan suara yang sangat kencang dibelakangku. Aku kesal dan ingin memarahi anak itu, atau memberitahu ibunya agar membawa anaknya keluar ruangan. Karena aku memikirkan hal itu, tanpa aku sadari poin telah berbalik. Ternyata sekarang ia yang memimpin pertandingan kembali, aku mulai cemas apakah aku tidak bisa melaju ke babak final? Apakah aku berhenti di babak penyisihan? Karena aku terlalu banyak melamun hal hal yang tidak penting, aku kalah dalam pertandingan hari ini. Ternyata ia bisa masuk ke babak selanjutnya. Aku kesal, aku marah, aku sedih. Semua perasaan itu bercampur ketika wasit mengatakan dia yang menang. Seharusnya aku, aku yang bisa mengambil tiket tersebut. Tanpa sadar aku menangis di pelukan mamaku, karena aku tidak terima kekalahan ini. 

Permainan aku lebih baik dibandingkan dia, dia hanya memaikan teknik teknik dasar saja. Mamaku menenangkan aku dan memberitahu bahwa ini cuma permainan ada yang menang dan ada juga yang kalah, kekalahan itu sudah sangat biasa. Bahkan atlet atlet mancanegara pun pasti pernah merasakan apa itu rasanya kalah dalam sebuah pertandingan. Tapi aku tetap saja tidak terima, dan menangis tanpa henti di luar ruangan karena aku tahu bahwa tangisan itu membuat orang tidak nyaman. 

Pelatihku mengatakan bahwa permainanku sudah sangat bagus, mungkin belum rezekinya jadi aku belum bisa menang dan meyakinkan aku bahwa suatu saat nanti aku bisa menggapai mimpiku Ya, kekalahan Najel membuatnya ia menangis. Padahal di awal pertandingan dia bingung kenapa banyak anak yang menangis, ternyata beberapa jam setelahnya ia akan menangis juga. Huh dasar anak kecil, mencibir terlebih dahulu padahal tanpa ia tahu ia juga akan menangis. 

Najel tertawa ketika melihat sebuah foto yang teman lamanya kirim mengingatkannya akan sebuah pertandingan tenis meja yang melekat di hatinya sampai sekarang, kenapa dulu dia sebodoh itu sampai dia kalah dalam pertandingan. Padahal jika mental dia kuat, mungkin saja dia pernah bertanding di Cirebon. "dasar mental tahu" cibirku kepada diriku yang lalu. Tapi karena kekalahan itu aku sadar bahwa tidak semua hal akan berjalan sesuai keinginan aku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun