Mohon tunggu...
Nazwa Zelveyra
Nazwa Zelveyra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Senang membuat cerita oneshoot sembari mendengarkan lagu Day6 ketika ada waktu luang untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Foto Lama

30 September 2022   13:07 Diperbarui: 30 September 2022   13:13 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Ternyata ketika aku bisa lolos tingkat kabupaten, aku akan bertanding di Cirebon. Aku sangat semangat, keluarga aku yang lain pasti ikut liat dan menyemangati aku, karena jarak antara Cirebon dengan rumah keluargaku itu tidak terlalu jauh. Beberapa hari sebelum pertandingan akhirnya dimulai, Najel lebih sering berlatih dan tangannya setiap hari kaku. Tapi itu bukti bahwa Najel telah berlatih dengan keras. Ia berlatih dari pulang sekolah sampai menjelang maghrib. Padahal ini masih tingkat kabupaten, mungkin Najel merasa sangat jauh kemampuannya jadi dia paksakan dirinya sendiri, padahal itu merupakan sesuatu yang jelek. 

Ketika 3 hari lagi menuju pertandingan, saat Najel sedang belajar ia dipanggil oleh guru olahraganya dan ia diberikan 2 pasang seragam untuk nanti ia bertanding. Ada sepasang baju lengan pendek dan celana lengan pendek berwarna hitam dengan garis berwarna biru tua dan ada lagi sepasang jaket dan celana berwarna biru langit yang sangat cerah. Seragam itu sangat pas di badan Najel yang kecil, namun jaketnya terlihat sangat besar padahal satu ukuran dengan seragam yang nanti ia pakai ketika bertanding. 

Hari ini pertandingan dilaksanakan, aku diantar mamaku dan pelatihku ke tempat tujuan. Sebelum berangkat aku diberikan susu dan kue untuk mengisi perutku yang sudah terisi, tapi gapapa aku suka makanan. Apapun makanannya akan aku makan, yang penting enak dan bikin kenyang. Perjalanan sedikit lama karena jaraknya cukup jauh, akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Seperti biasa banyak jajanan yang berserakan di luar gerbang, banyak juga manusia yang memenuhi tempat tersebut. Mereka membawa alat tempurnya masing masing, tapi ada juga yang belum apa apa udah nangis duluan, aku bingung kenapa mereka nangis. Mereka tertekan apa gimana sih? 

Ada banyak ruangan yang dipenuhi anak anak sedang pemanasan sebelum olahraga, mereka memiliki tinggi badan yang cukup tinggi apalagi di cabor voli dan basket. 

Pertandingan dibagi menjadi 2 hari, hari pertama babak penyisihan dan hari kedua babak final yang menentukan siapa yang maju mewakili kabupaten ini. Penyambutan sudah dilaksanakan dan sekarang kami akan memulai pertandingannya, sebelum memulai pertandingan kami diberikan waktu untuk berlatih dulu bersama pelatih masing masing. Ketika aku berlatih bersama pelatihku aku diberikan banyak tepuk tangan karena aku berhasil menyemes bola yang diberikan kepadaku, itu membuatku lebih percaya diri. Beberapa pertandingan telah dilaksanakan, banyak raut wajah yang terlihat senang karena mereka bisa masuk ke babak final, namun tidak sedikit juga yang menangis karena mereka kalah. 

Aku mulai gugup dan tertekan ketika banyak sekali anak yang menangis, aku ga suka keramaian yang seperti ini. Mereka membuatku gugup sekali, padahal awalnya aku percaya diri. Tiga puluh menit lagi aku akan bertanding memperebutkan tiket melenggang ke babak final, anak yang menangis semakin banyak. Aku bingung kenapa mereka tidak disuruh keluar saja, mereka sangat mengganggu aku dan atlet lain yang belum bertanding. Giliran pertandingan aku, mungkin aku terlihat biasa saja namun telapak kaki ku berubah menjadi es. 

Aku sangat gugup ketika mendengar tangisan ditambah lawanku memiliki tinggi badan yang sangat tinggi dan memiliki lengan yang panjang dan akan memudahkan ia mendapatkan poin. 

Di babak pertama aku belum terbiasa melawan dia, padahal teknik yang ia pakai jauh sekali dibandingkan aku. Aku memakai berbagai teknik namun selisih poin selalu jauh, aku bingung kenapa tiba tiba aku seperti ini padahal aku kan sudah biasa. Di poin poin terakhir aku beberapa kali menang berturut turut, namun tetap saja aku masih belum bisa mengejar ketertinggalan poin yang aku miliki dengan yang dia miliki. Jadinya aku kalah di babak pertama. 

Pertandingan di babak kedua sudah dimulai, aku mulai percaya diri karena aku bisa memimpin pertandingan ini, selisih poin berbanding terbalik, tadinya aku yang tertinggal sekarang dia yang tertinggal. Ketika aku mulai enjoy dengan pertandinganku, fokusku mulai pecah karena ada seorang anak yang dibiarkan menangis dengan suara yang sangat kencang dibelakangku. Aku kesal dan ingin memarahi anak itu, atau memberitahu ibunya agar membawa anaknya keluar ruangan. Karena aku memikirkan hal itu, tanpa aku sadari poin telah berbalik. Ternyata sekarang ia yang memimpin pertandingan kembali, aku mulai cemas apakah aku tidak bisa melaju ke babak final? Apakah aku berhenti di babak penyisihan? Karena aku terlalu banyak melamun hal hal yang tidak penting, aku kalah dalam pertandingan hari ini. Ternyata ia bisa masuk ke babak selanjutnya. Aku kesal, aku marah, aku sedih. Semua perasaan itu bercampur ketika wasit mengatakan dia yang menang. Seharusnya aku, aku yang bisa mengambil tiket tersebut. Tanpa sadar aku menangis di pelukan mamaku, karena aku tidak terima kekalahan ini. 

Permainan aku lebih baik dibandingkan dia, dia hanya memaikan teknik teknik dasar saja. Mamaku menenangkan aku dan memberitahu bahwa ini cuma permainan ada yang menang dan ada juga yang kalah, kekalahan itu sudah sangat biasa. Bahkan atlet atlet mancanegara pun pasti pernah merasakan apa itu rasanya kalah dalam sebuah pertandingan. Tapi aku tetap saja tidak terima, dan menangis tanpa henti di luar ruangan karena aku tahu bahwa tangisan itu membuat orang tidak nyaman. 

Pelatihku mengatakan bahwa permainanku sudah sangat bagus, mungkin belum rezekinya jadi aku belum bisa menang dan meyakinkan aku bahwa suatu saat nanti aku bisa menggapai mimpiku Ya, kekalahan Najel membuatnya ia menangis. Padahal di awal pertandingan dia bingung kenapa banyak anak yang menangis, ternyata beberapa jam setelahnya ia akan menangis juga. Huh dasar anak kecil, mencibir terlebih dahulu padahal tanpa ia tahu ia juga akan menangis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun