Mohon tunggu...
2330021049 ALDA FIRZA FARIDA
2330021049 ALDA FIRZA FARIDA Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1 GIZI [Kelas B]

Literasi adalah langkah awal dari cara pandang kita.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Putri Kecil Mama

4 November 2021   14:29 Diperbarui: 4 November 2021   14:42 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mencubit hidungnya, “tentu mama akan datang. Siapa yang akan melewatkan hari yang menyenangkan itu hm.”

Aku dan Eliza tertawa.

🔲 🔲 🔲


Mungkin jika di luar sana kegiatan ibu dan anak yang kerap kali berbeda dan tak seiring, Namun itu berbeda dengan kami, kami lebih sering melakukan segala hal secara bersama-sama, seperti menggosok gigi bersama, mempersiapkan sekolah bersama, belajar bersama, memberinya dongeng sebelum tidur, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Secara tidak langsung hal itu akan menjadikan dirinya menjadi pribadi yang teratur dan rapi. Dengan cara itulah aku mendidiknya. Seperti malam ini, kami berdua sama-sama belajar dan mengerjakan tugas sekolah hingga jam sembilan malam lalu menggosok gigi bersama. Setelah itu, memberi Eliza dongeng sebelum tidur. Setelah kupastikan ia telah tertidur, dengan pelan aku mencium puncak kepalanya dan berbisik, “mimpi indah putri kecil mama.”

🔲 🔲 🔲


Aku melirik jam tanganku. Kurang lima belas lagi acara sekolah Eliza akan dimulai. Namun, sampai saati ini bel sekolah tak kunjung berbunyi karena pelaksanaan ujian yang sedikit lebih lambat dari sebelumnya. Aku mendesah pelan sedangkan jariku mengetuk-ngetuk meja dengan perasaan gelisah.

Kring kring

Tepat setelah bel berbunyi, aku mengambil tas dan berlari kecil menuju gerbang sekolah. Aku semakin menambah kecepatan lari sembari melihat ke arah sekeliling. Dengan napas tersengal-sengal dan tangan bertumpu di kedua lutut, aku mendongak-menatap plat nama sekolah Eliza. “Syukurlah,” batinku.

Aku melangkah memasuki sekolah Eliza menuju aula, tempat sekolah menyelenggarakan acara. Aku melihat Pak Leo melambai, lantas aku menghampirinya dan bertanya, “Apakah acaranya sudah dimulai?”

Pak Leo menggeleng. “Sepertinya kau harus duduk disana,” ujarnya seraya menunjuk kursi di atas panggung.

“Baiklah. Terima kasih pak,” balasku.

Sesuai perkiraanku, memang hanya tersisa diriku untuk menempati kursi itu. Dengan intruksi penyelenggara, aku naik ke atas panggung dan duduk dikursi yang telah disediakan. Setelah beberapa anak yang lain memberi ucapan kepada orang tua mereka. Kini giliran Eliza. Berbeda dengan anak yang lain. Eliza bergerak maju dan menggenggam tanganku kemudian tersenyum.

“Mama. Mama adalah seorang ibu terbaik yang Tuhan kirim untuk Eliza. Eliza sangat bersyukur memiliki mama. Doa yang terbaik dari Eliza selalu mengiringi mama. Selamat hari ibu, mama. Eliza sayang mama untuk hari ini, besok, dan untuk selamanya.”

Hatiku menghangat mendengarnya. Perlahan air mataku menetes. Aku tersenyum haru dan memeluknya.

“Mama juga menyayangimu.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun